Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Hampir saja Chaby bisa masuk tapi ia terlambat juga padahal tinggal beberapa langkah lagi, eh satpamnya malah menutup dan mengunci gerbang. Sial sial sial.
Ia membanting-banting kakinya sambil mengutuk dirinya sendiri yang terlalu terpesona dengan bangunan mewah itu sampai-sampai lupa waktu. Gadis itu cepat-cepat memasang senyum semanis mungkin ketika sang satpam menatapnya. Berharap pak satpam akan berbaik hati dan membuka gerbang biar dia bisa masuk.
"Maaf non, sekolah ini tuh ketat banget. Kalo udah jam tujuh tepat gerbangnya harus ditutup, gak boleh di buka lagi sampai pulang sekolah." jelas sang satpam panjang lebar.
"Sekali ini aja pak, yah?" paksa Chaby memelas.
"Nanti saya yang di marahin, maaf banget ya non."
"T..tapi pak,"
Chaby ingin memaksa satpam itu lagi namun terhenti karena merasa ada yang menepuk bahunya dari belakang. Ia berbalik melihat ke seorang gadis cantik dengan senyuman lebar yang ditujukan padanya. Dahinya berkerut samar. Ia tidak kenal gadis itu, dan sekarang gadis itu malah berbisik di telinganya.
"Gue tahu cara lain buat masuk kedalam." bisiknya lalu berbalik pergi meninggalkan Chaby yang masih bengong. Maksudnya apaan sih, main datang dan pergi nggak jelas begitu.
"Ayo ikut gue!" seru cewek itu lagi saat menyadari Chaby yang masih bengong di tempatnya berdiri tadi.
Chaby menatap gadis itu lagi. Setelah mencerna kata-katanya baik-baik barulah ia berlari pelan mengikuti sih gadis asing itu. Dirinya jadi penasaran ia akan di bawah kemana oleh sih cewek berambut ikal bertubuh tinggi semampai dengan wajah yang menurutnya sangat cantik itu.
\*\*\*
Sekarang ini mereka telah berada di depan tembok tinggi yang belum pernah di lihat Chaby sebelumnya. Gadis itu menatap bergantian cewek yang ia tidak tahu siapa namanya itu dan tembok yang menjulang tinggi didepannya.
Tinggi tembok itu kira-kira lebih dari dua meter.
Inikah yang di maksud dengan jalan lain masuk sekolah oleh cewek itu? maksudnya mereka akan memanjat tembok itu? Chaby mendesah panjang. Bagaimana caranya ia memanjat tembok setinggi itu, ia bukanlah gadis tomboi yang biasa memanjat-manjat seperti itu.
Pandangannya kembali berpindah ke gadis tadi yang saat ini tengah sibuk mendorong-dorong suatu benda seperti..,
Tangga?
Mata Chaby melotot menatap gadis itu. Darimana ia mendapat tangga itu? jangan-jangan dia mencurinya lagi. Tapi di mana? kok cewek itu kayaknya tahu banget sekolah ini, atau jangan-jangan dia kakak kelas?
"Kita bisa panjat tembok itu dengan tangga ini. Ayo!"
Pikiran Chaby teralihkan dengan perkataan gadis itu. ia lalu melihat tuh mulai menaiki anak tangga.
Chaby merasa ragu, karena walau ada tangga ia tetap takut. Dirinya belum pernah melakukan hal ekstrem seperti itu sebelumnya.
"Lo mau di hukum lari keliling lapangan seratus kali karena terlambat?"
Seru gadis itu dari atas tangga. Chaby masih pikir-pikir tapi entah kenapa ia malah setuju saja dan mulai menaiki tangga itu perlahan-lahan, mengikuti gadis yang sudah lebih dulu memanjat tembok.
Saat berhasil mencapai tembok paling atas, gadis itu menempelkan badannya kuat-kuat dan menahan apa saja yang bisa membuat dirinya tetap seimbang dan tidak terjatuh.
Ia melihat gadis tadi sudah melompat ke bawah dan mencapai tanah, sedang dirinya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia terlalu takut untuk melompat dan tak bisa menggerakkan badannya sedikitpun karena takut jatuh. Hasilnya, dirinya tersangkut di atas tanpa bisa berbuat apa-apa. Sungguh ia sangat takut. Ia takut kalau dirinya bergerak ia akan jatuh dan kakinya patah. Ya ampun, kenapa dia mau-maunya melakukan tindakan bodoh kayak begini sih.
"Cepet lompat." teriak gadis itu pelan.
Namanya Pika.
Pika mendongak menatap Chaby yang memasang wajah ketakutan meski baginya malah terlihat lucu.
"Lo bisa lompatkan?" serunya lagi yang di balas dengan gelengan kepala Chaby.
Matanya mulai memerah dan akhirnya gadis itu menangis karena takut.
"Hei, hei.. kok nangis sih." gumam Pika pelan sambil menatap kanan kiri, takut-takut kalau ada yang melihat mereka dan nantinya mereka ketahuan manjat tembok. Kan nggak asyik kalau kena hukum, padahal sudah capek-capek panjat tembok. Pandangannya kembali fokus ke cewek yang masih tersangkut diatas.
"A..aku n..nggak t...tahu c..cara tu..run..nya...g....gimana." ucap Chaby sesenggukan dengan tubuh yang berbaring kaku di pagar tembok itu.
Pika menahan tawanya. Seumur-umur baru hari ini ia bertemu dengan cewek cengeng kayak begini. Dan entah kenapa ia malah senang. Ia tidak tahu kalau tuh cewek secengeng itu. Namanya juga baru kenal, mana dia tahu. Dia hanya bermaksud membantu cewek itu biar bisa masuk sekolah dan gak ketahuan kalo mereka terlambat. Tapi...
Matanya kembali memandang keatas.
"Udah gak usah nangis, gue bakal cari bantuan." ucapnya lalu merogoh hp dari sakunya dan menelpon seseorang.
😭😭😭😭😭😭