Mengapa Harus Sahabat Ku?

Beberapa hari berlalu..

Setelah satu minggu Rayan kembali ke rumah, ia tertegun saat pembantu mengatakan bahwa kemarin sore Salma dan Dewi datang mengambil barang barang Agis yang berada di rumah itu, Rayan pikir Agis masih berada di rumah mereka, tapi ternyata dia pergi tanpa kata terakhir dan mungkin hal itu memang pantas dia dapatkan.

Rayan masuk ke dalam kamar dan melihat sudah tidak ada barang Agis, dan di lemari hanya ada beberapa pakaian yang sudah tidak terpakai.

Rayan duduk di tepi ranjang termenung mengingat percakapan nya kala itu dengan Agis.

"kenapa sih kamu enggak mau terima Erika ? seharusnya kamu terima keadaan ini, sekarang kamu enggak bisa jalan dan butuh aku ?!"

Namun pernyataan itu salah karena Agis tetap pada pendirian nya, Ia tidak ingin ada orang lain dalam kehidupan rumah tangga nya.

"kenapa sih harus Erika ? kamu tuh benar benar keterlaluan bang, kamu senang kan karena sekarang aku enggak bisa jalan ?

puas kamu bang ?"

Rayan menunduk kepala nya lalu bulir bening itu menetes membasahi permadani yang berwarna merah maroon.

Rayan benar benar menyesal atas kesalahan nya, kalau saja ia sedikit bersabar mungkin saat ini mereka masih bersama dan tidak akan pernah ada kecelakaan yang menyebabkan Ia kehilangan bayi mereka.

Apa nanti reaksi Agis jika mengetahui hal itu ? Rayan yakin kalau Agis akan semakin membenci nya.

Terbayang kebersamaan mereka di kamar itu, Canda tawa serta sikap manja Agis yang membuat rayan merindu tapi semua itu sudah hilang dari genggaman, ia tidak akan bisa meraih nya lagi.

Kemarin datang surat dari pengadilan untuk nya perihal gugatan cerai yang Agis layangkan, Rayan sudah menandatangani nya dan mungkin Rayan tidak akan datang ke pengadilan karena ia tidak akan sanggup berpisah langsung dengan agis biar nanti pengacara yang akan mengurusi perkara itu.

**

Siang itu Erika memberanikan diri mendatangi kafe Agis, terlihat Agis tengah duduk di kursi roda nya sembari mengecek sesuatu.

"Agis....!"

sapa Erika membuat Agis mendongak lalu terpaku melihat Erika di hadapan nya.

**

Keduanya kini duduk berhadapan, Agis tidak tahu apa maksud Erika mendatangi nya di kafe.

"Agis aku datang untuk meminta maaf pada mu, dan urungkan niat mu untuk bercerai dari bang Rayan sebab seharusnya aku lah yang pergi dari kalian..."

Agis tersenyum getir mendengar perkataan Erika yang bagi nya seperti sebuah lelucon.

Agis menghela nafas panjang menatap Erika dengan wajah penyesalan nya, memiliki sahabat seperti Erika bak duri terlindung yang menikam hati.

"Aku sudah mengambil keputusan itu, kamu tidak perlu merasa tidak enak hati bukan kah kamu sudah biasa mengambil makanan yang tengah aku santap jadi anggaplah seperti itu ?!"

Jawab Agis membuat Erika tertegun mengingat kebiasaan buruknya dulu memang selalu merebut makanan yang tengah Agis santap.

"Aku bisa berbagi makanan, minuman atau pakaian dengan mu Erika, tapi tidak dengan suamiku !"

sambung Agis menatap wajah Erika yang langsung memucat.

"Mana bisa aku menerima sesuatu yang sudah kamu nikmati !"

Tambah Agis menghela nafas berat lalu kembali menatap Erika yang membeku.

"aku sempat tidak percaya dengan kelakuan kalian yang minus, Aku tidak tahu salah apa sampai kalian tega bermain curang di belakang aku ? nafsu atau kalian saling jatuh cinta karena selalu bersama ?"

Tanya Agis sambil terisak sebab rasa perih itu kembali menganga dan berdarah lagi.

Agis tak menyangka kalau Erika berani mendatangi nya, Ia benar benar tidak tahu malu.

"Aku meminta mu jadi sekertaris Rayan bukan untuk menjadi selingkuhan nya, tapi ternyata kamu serakah sama seperti Rayan, enggak aneh kalau kalian sama-sama !"

Timpal Agis semakin membuat Erika diam, Ia sadar akan kesalahannya yang sudah mengkhianati sahabat nya sendiri.

"Bukan satu dua tahun kita menjalin persahabatan, dan kamu tahu bagaimana aku terhadap mu, bahkan kita sudah seperti saudara !"

Erika menelan Saliva pahit nya, sesak karena penyesalan itu tak berarti apa apa.

"Aku tahu gis, mungkin kamu tidak akan pernah memaafkan aku atas apa yang sudah terjadi !"

"lantas untuk apa kamu menemui ku ? kamu mau lihat bagaimana aku jatuh dan hancur ? asal kamu tahu Erika sampai mati aku tidak sudi di madu ? bukankah lah lebih baik berpisah dari pada harus menelan empedu pahit, dan yang paling parah ironisnya empedu itu dari seseorang yang aku percayai dengan sangat, tanpa aku sadari bahwa manusia kapan pun bisa berubah!"

cerca Agis membuat Erika membeku.

"sebaiknya kamu pulang! sebab aku tidak akan pernah menarik kata kata ku sendiri !

Aku akan memberikan Rayan seperti makanan yang dulu selalu kamu ambil dari ku."

Ujar Agis lalu menarik kursi rodanya pergi meninggalkan Erika sendiri.

Salma memperhatikan Agis masuk dengan derai airmata di pipi nya, sungguh ironis orang yang begitu di percaya tega menghianati.

Salma tahu betul kedekatan mereka dan sangat di sayangkan semua harus berakhir pahit karena rasa iri.

Erika beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan kafe tersebut, Ia tidak bisa berkata apa apa di depan Agis. kesalahan nya tak termaafkan dan itu adalah resiko nya sendiri karena sudah mengambil milik Agis, persahabatan nya hancur dan ia kehilangan seseorang yang selalu sigap membantu nya dalam kesusahan.

*

**

***

bersambung..

terima kasih yang sudah mampir 😍😍