Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Cafe Dinara.
Begitu mobil sudah terparkir, Bastian langsung saja turun, tanpa menunggu sang asisten membukakan pintu terlebih dahulu.
Pandanganya langsung tertuju kearah meja no 9, yang dimana sudah ada sang adik yang menunggunya sejak tadi.
"Lama banget sih mas," gerutu Dinda, setelah sang kakak berhasil duduk dihadapanya.
"Macet, tadi!!" balas Bastian singkat.
Baru sampai Dinda ingin membuka suara, tiba-tiba dari arah depan dia dikejutkan oleh kedatangan sang asisten kakak, orang yang paling dia benci sejak kedatanganya.
Dimas yang baru ingin menggeser kursi untuk dia duduki, malah langsung mendapat semprotan kata-kata dari adik tuanya itu.
"Ngapain sih mas, ajak dia segala?!" bisik Dinda sembari menyenggol lengan sang kakak, tampak menunjukan wajah muaknya.
"Tenang neng Dinda, aa Dimas nggak bakal ganggu jalanya bisnis gelap kalian berdua!!" kekeh Dimas setelah berhasil duduk.
Dinda memutar jengah bola matanya sambil menghela nafas berat, "Gue harap, ketika gue bicara sama kakak gue, lo jangan ikut campur apapun itu!! Cukup lo denger sama diem aja. Okey!!" perintah Dinda dengab menunjuk kearah sang asisten kakak.
Dimas hanya mengangkat tangan oke, dengan gerakan meresleting bibirnya. Pandanganya pun tak luput dari posisi Dinda, seolah pria muda itu tengah memandang indah semestanya.
Bastian mencoba memfokuskan pandangan serta pendengarannya, saat sang adik mulai bercerita.
"Mas, ditempat kuliah aku ya, ada rektor muda yang masih ganteng banget," ucap Dinda sambil membayangkan wajah tampan seorang Dava.
Bastian menganga tidak menyangka, "Kamu suruh aku kesini, cuma buat dengerin cerita gila kamu itu?! Terus apa hubunganya dengan Aisyah, bocah?!" geram Bastian yang sudah bercampur kecemasan.
"Eh eh...tunggu dulu napa mas, begini-begini...!! Temen gue si Mira, pas lagi presentasi kelas rektor muda itu, dia sempet lihat di wallpaper laptopnya, masak iya ada foto bu Aisyah disana mas!! Kan aneh jadinya?!" jelas Dinda dengan beberapa pertanyaan yang belum satupun ada jawabnya.
Bastian terdiam sejenak, apapun yang menyangkut dosen cantik itu, seketika pikiranya langsung over, tanpa dia bisa mengendalikanya.
"Siapa, nama rektormu itu?" tanya Bastian dengan wajah antusias.
"Davanar Sakti Basalamah, mas!!" seru Dinda.
Degh...
'Basalamah?! Apa mungkin ini hanya sebuah kebetulan saja, kalau nama yang ada dibelakang sama seperti nama tuan Bagas Pangarep Basalamah?!' gumam batin Bastian, dengan pikiran yang langsung tertuju oleh sang rekan bisnis.
"Terus mas, tadi aku sempet ngikutin rektor baru itu, dan yang bikin aku heran, dia masuk ke Pengadilan Agama, entah apa yang dia lakukan didalam, yang jelas kedatanganya hanya sebentar saja!!" kata Dinda kembali.
Bastian semakin mengernyit, kedua tanganya bertaut diatas meja dengan pikiran berkecamuk. Tidak mungkin ini suatu kebetulan saja. Apalagi, nama rektor baru sang adik, sangat jelas jika dia bagian dari keluarga Basalamah.
"Begini saja, kamu harus bisa membuktikan apa yang temanmu lihat kepada mas. Dekati rektor muda itu, buat dia agar bisa bercerita banyak tentang apapun padamu!" perintahnya pada sang adik.
Dinda menyungging senyum penuh misteri, lalu memajukan kepalanya dengan sedikir berbisik, "Oke, siap mas!! Kesempatan banget, karena sejak awal aku sudah idam-idamkan pak Dava!!" balasnya sambil berkhayal.
Selepas meninggalkan cafe, Bastian langsung kembali lagi menuju kantor, karena waktu makan siang mereka sudah selesai.
"Dimas, saya punya tugas untukmu!!" seru Bastian menatap lurus kedepan, dengan suara memberat.
'Sakit banget hati aa, neng!! Tega bener neng Dinda bilang kagum sama pria lain didepan aa!!' batin Dimas yang merasa sesak.
Bastian yang merasa terabaikan, sontak saja mengambil majalah, dan langsung dia getukan ke kepala sang asisten dari belakang.
Tok..
"Ya ALLAH tuan, anda ngagetin saja!! Sakit tau..." gerutu Dimas yang masih fokus pada setir mobilnya, sembari satu tanganya mengusap-usap kepala.
"Lagian, siapa suruh ngelamun!!" balas Bastian geram, "Kamu harus mencari tahu, siapa sebenarnya rektor baru yang bernama Dava. Dia saat ini tengah mengajar di Universitas tempat Dinda!!" jelas Bastian kembali.
"Baik tuan!! Informasi akan segera anda dapatkan!" jawab Dimas dengan malas.
** **
Setelah kepulangnya dari persidangan, Melati tak henti-hentinya merajuk, atas apa yang suaminya ucapkan sejak dipersidangan tadi.
Melati masih tidak terima atas perlakuan sang suami, yang menurutnya keterlaluan dengan berniat menceraikannya didepan umum.
"Keputusanku sudah bulat!! Aku akan tetap menceraikan Melati," seru Bagas menatap ibunya.
Melati terduduk lemas diatas sofa, dengan airmata yang sudah mengalir. Dadanya terasa sesak, bingung harus berkata apalagi untuk membuat suaminya bertahan.
Bu Dewi berpindah posisi menghadap sang putra, jelas terlihat raut wajah tidak terima, "Kamu nggak bisa begini, Bagas!! Melati tidak salah apa-apa dalam pernikahanmu dengan Aisyah. Kamu seharusnya tidak berbuat seperti ini, Bagas!" pekik bu Dewi menahan kesal.
Entah apa yang dirasakan Melati saat ini. Tiba-tiba kepalanya mendadak pusing dengan pandangan yang seketika berkabur, mendadak pekat.
"Aishhh..kepalaku rasanya sakit sekali!!" rintih Melati sambil memegang kepalanya, yang kini tengah berdenyut nyeri.
Brugh....
Melati yang merasa sudah tidak kuat, langsung saja ambruk kesamping sofa, dan hal itu membuat Bagas beserta bu Dewi membolakan kedua mata terkejut.
"Melati....." teriak keduanya bersamaan. Detik kemudian, Bagas langsung mendekat dengan perasaan yang sudah tidak karuan.
"Ya ALLAH!! Bagas, cepet kamu bawa kerumah sakit sekarang!!" seru bu Dewi yang sudah panik sekali.
Bagas hanya mengangguk, dan langsung segera mengangkat tubuh sang istri ala bridal styl untuk dibawanya menuju rumah sakit.
Tepat pukul 1 siang.
Mobil mewah yang dibawa oleh bu Sinta, berhasil memasuki rumah sakit Medina Kasih Kota Batu. Setelah dari sekolah Narendra, beliau langsung singgah ke poli gigi anak, karena setelah memakan coklat, gigi Narendra terasa sakit kembali.
"Hiks...rasanya masih sakit omah, bik Inem...." rintih Narendra sambil memegang sebelah pipi gembulnya.
"Sabar sayang, ini kita sudah sampai. Ayo turun!" seru bu Sinta sambil melepas sal belt yang mengikat badannya.
Inem menggendong bocah gembul tersebut, lalu segera memasuki rumah sakit dengan sang nyonya rumah. Sebelum memasuki poli gigi, bu Sinta mendaftar terlebih dahulu. Wanita parubaya dengan jilbab lebarnya, tampak antusias menjaga sang cucu, yang saat ini tengah menunggu giliran mereka untuk dipanggil.
Dret..
Dret...
Bu Sinta yabg sedang menengkan cucunya, sontak pandanganya teralihkan pada ponsel yang bergetar didalam tasnya. Saking paniknya saat tau gigi sang cucu berlubang, bu Sinta sampai lupa mengabari orang rumah, bahwa dia singgah kerumah sakit sebentar.
"Astaqfirullahaladzim....sampai bunda lupa kasih kabar bundamu sayang!" lirihnya, saat melihat nama Aisyah tertera dalam panggilan tersebut.
"Hallo, assalamualaikum bunda?! Apa Narendra sudah pulang??" salam Aisyah disebrang telfon.
Bu Sinta menoleh sekilas kearah sang cucu yang masih berada dalam pelukan pengasuhnya, "Walaikumsalam sayang!! Oh ya, Narendra sudah pulang. Cuma tadi dia ngeluh, katanya giginya sakit lagi. Ini bunda langsung bawa kerumah sakit, mau bunda periksain giginya."
Aisyah yang saat ini baru selesai membuatkan menu makan siang untuk sang putra, sontak duduk sejenak dengan raut wajah sangat panik.
"Apa perlu, Ara susul bunda?? Narendra baik-baik saja, kan?" kata Aisyah terdengar sekali begitu cemas.
"Tidak usah sayang!! Putramu tidak apa-apa. Ini sudah giliran Narendra masuk. Ya sudah, bunda tutup dulu! Assalamualaikum...."
Panggilan terputus oleh bu Sinta, dan dia langsung mengajak sang cucu untuk segera masuk. Namun, baru saja dia akan memegang handle pintu, tiba-tiba bu Sinta mengernyit, saat pandanganya menatap depan arah lobi, yang memperlihatkan mantan menantunya sedang mendorong brangkar darurat masuk kedalam.
'Bukanya itu, Bagas??' batinnya saat hanya melihat Bagas berjarak denganya 'Melati...sakit apa wanita itu?? Apa yang terjadi dengan dia??' gumam bu Sinta kembali, setelah melihat mantan Madu putrinya, kini tengah tak sadarkan diri diatas brangkar darurat.
Saking paniknya, Bagas maupun bu Dewi sampai tidak melihat saat melewati bu Sinta yang tengah berdiri didepan pintu poli gigi, padahal jarak mereka begitu dekat.
Setelah diambil alih oleh tenaga medis, Bagas maupun bu Dewi hanya dibolehkan menunggu didepan ruang IGD. Bagas terduduk lesu diatas kursi tunggu sambil menunduk, tak habis pikir ternyata ucapanya mampu membuat sang istri terpuruk sampai segitunya.
Apa yang terjadi dengan Melati? Apa aku terlalu menyakiti perasaanya, dengan berkata perceraian? Apa begitu sakit yang dia rasakan?
Beberapa pertanyaan berputar hebat dalam kepala Bagas saat ini. Entah merasa bersalah atau tidak, Bagas terlihat bimbang sekali dengan keputusanya barusan.
Dadanya berdegup dua kali lebih kencang, berharap tidak terjadi sesuatu yang menimpa sang istri saat ini. Buliran ketingat membasahi keningnya, bersamaan datangnya rasa cemas yang menyeruat direlung batinnya.
Ceklek..
Pintu terbuka dari dalam, menampakan seorang dokter wanita sudah keluar dengan menyungging senyum hangat.
Bagas sontak saja langsung menghadang langkah dokter tersebut, "Bagaimana keadaan istri saya, dok??"
"Bu Melati tidak apa-apa pak, mungkin kecapean saja. Setelah ini kami akan pindahkan keruang rawat, sambil menunggu hasil tes yang akan keluar!! Saya harap kerja samanya, untuk memperhatikan pola makan, serta istirahat yang cukup pada bu Melati!" jelas dokter tersebut.
Bagas yang masih belum mengerti arah jalan ucapan sang dokter, sontak saja hanya mengangguk, dan langsung mengikuti para tim medis, saat Melati baru saja dipindahkan.
Melati yang baru sadar, mencoba ingin bangkit setengah badan agar bisa bercengkrama dengan suaminya. Namun, seketika perutnya seperti teraduk hebat, hingga membuatnya terasa sangat mual.
"Ughh...ughh..." Melati membekap mulutnya, lalu segera berlari kearah kamar mandi, untuk mengeluarkan sisa makanan didalam perutnya.
"Huek...huek....."
Bagas yang mendengar itu, langsung saja mengikuti langkah sang istri, sambil memijat leher Melati, untuk membantunya menuntaskan rasa muntahnya.
"Huek...huek....."
Nanum, lagi-lagi yang keluar hanya cairan kuning, sehingga terasa pahit yang dirasakan istri kedua Bagas saat ini.
Bagas mengelap wajah sang istri dengan tisu, karena buliran keringat berjatuhan diwajah pucat Melati saat ini.
'Apa yang terjadi denganku? Kenapa lemas sekali badanku. Atau jangan-jangan.....?! Nggak, nggak mungkin' gumam batin Melati, setelah dia kembali berbaring dalam ranjangnya.
Ceklek..
Pintu terbuka dari luar, menampakan dokter yang sama masuk kedalam sembari membawa satu lembar kertas, hasil dari lab.
"Setelah pemeriksaan berserta tes yang saya lakukan, selamat kepada bu Melati, bahwa anda dinyatakan POSITIF HAMIL!!" seru sang dokter tersenyum, sambil menyerahkan hasil lab tersebut pada Bagas.
Degh...
Degh...
Hamil?? Satu kalimat itu mampu membuat 3 orang yang sedang berada didalam ruangan, berhasil memberi pemahaman berbeda-beda di setiap kalimatnya.
Bu Dewi dengan wajah bahagianya, dan langsung memeluk sang menantu untuk memberinya selamat.
Tak halnya dengan Bagas, pria itu masih terdiam sambil memegang hasil lab dari sang dokter. Bagas tidak bodoh, bagaimana istrinya dapat hamil, jika selama kedatangan Aisyah dengan segala permasalahan rumah tangganya, dia sama sekali tidak pernah menyentuh Melati. Lantas, darimana istrinya itu bisa hamil.
'Gawat, bagaimana aku bisa hamil?? Mas Bagas pasti curiga dengan kehamilanku ini. Duhh...bagaimana aku meyakinkan dia?!' batin Melati, yang merasa gusar serta panik, namun dia tutupi dengan senyum bahagianya, seolah bersyukur atas hikmah dari perceraian suaminya dengan Aisyah.
Bagas meremas kuat kertas lab tersebut, dengan pandangan lurus kearah tubuh sang istri. Detik kemudian, dia langsung membanting kertas tersebut diatas lantai, dan menyalangkan tatapan membunuh kearah istrinya.
"Katakan, anak siapa yang ada dalam kandungamu, Melati?! KATAKAN....." bentak Bagas yang emosinya sudah meledak.
Melati mencoba menggapai tangan suaminya, tatapanya berubah sendu agar dapat menarik perhatian Bagas, "Mas, ini anak kamu, darah daging kamu!! Bagaimana mungkin kamu bisa menuduhku seperti itu, jika kamu sendiri yang telah menanamkan benihmu!!" lirihnya.
Bagas memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir hawa panas didalam kepalanya.
"Kamu ini apa-apaan, Bagas!! Istri dinyatakan hamil, bukanya bersyukur, malah nuduh yang nggak jelas!! Melati masih trimester pertama, jadi jangan dibuat pikiran dengan ucapan-ucapan gilamu itu!!" geram bu Dewi yang begitu kekeh membela menantunya.
"Benar mas, keluarga kita akan lengkap. Aku akan segera memberimu putra yang menggemaskan, dan Narendra sebentar lagi akan memiliki adik!!" kata Melati, yang mencoba meyakinkan, walaupun pada kenyataanya dia sedang menghibur dirinya sendiri.
Bagas masih terdiam, karena kepalanya terasa berat setelah pernyataan dari sang dokter beberapa menit yang lalu. Dia memutuskan untuk duduk disofa sebrang ranjang, mengistirahatkan pikiran serta perasaanya, yang mungkin saat ini sedang tidak baik-baik saja.
** **
sudah author up dibab 1 ya. baru tahap review. nati sudah bisa dilihat.
untuk Dava dan Bastian next bab ya 🤗🤗😍
terus sdh berapa lama tdk nyampur sama melati.
laki2 paling ingatnkalau soal LUBANGHGG
terus bagas engga curiga begitu, apalagi klu di pakai sama bagas. punya melati becek,banjir. bau pejunya si bisma.biar dicuci juga msh bau bagian dalammm.
lanjut kak
dan abaikan kemarahan dinda saat menyaksikan dava melamar aisyah
lanjut double up ya kak
emang jodoh aisyah tuh babang dava
lanjut kak