Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Lun Bu Koan.
Cukup lama Xiao Yuen memikirkan tentang saran para sahabat baru nya itu, sebelum mengambil keputusan apa yang harus dia lakukan.
"Apa Bu Koan menerima saya, saya sebatang kara, tidak bisa membayar biaya belajar disana?" tanya Xiao Yuen.
"Yang aku dengar, banyak Suhu di Bu Koan itu yang mau menerima murid meskipun tidak dibayar" ujar paman Bu, ayah dari Bu Leng Cia.
"Tuan muda!, terima saja saran itu, hitung hitung menambah pengalaman, dari pada tuan muda bepergian tanpa tujuan pasti!" tiba tiba Xiao Yuen mendengar suara Qilin Emas berbicara langsung kedalam telinga nya, tanpa ada seorang pun yang mendengar ucapan Qilin Emas itu.
"Baiklah paman paman bertiga, saya ikut kalian ke Kau Lun Bu Koan, semoga saja saya di terima disana" ujar Xiao Yuen sambil membungkukan badan nya beberapa kali.
"Kalau begitu, segera selesaikan makan kalian, karena hari ini juga kita ke kota Xuhe ikut kapal, baru dari Xuhe ke Shi King kita ikut kereta kuda" ujar paman Lee.
Selesai makan, mereka segera pergi ke dermaga sungai untuk mencari kapal yang mudik ke Kota Xuhe, dari kota Xuhe, mereka melewati jalur darat menuju ke kota Shi King.
Dari gerbang dermaga itu, Xiao Yuen mengetahui jika kota ini bernama kota Xibo, sebuah kota kecil di muara sungai Xibo.
"Apakah kau punya uang untuk membayar biaya ke kota Xuhe?" tanya paman Lee lagi.
"Berapa biaya kapal kekota Xuhe paman?" tanya Xiao Yuen.
"Lima keping Tail emas, kalau tidak punya, biar paman bayarkan!" jawab pria paro baya itu.
"Tidak usah paman, saya masih punya kalau cuma lima keping Tail emas!" ujar Xiao Yuen buru buru, dia tidak ingin membebani orang tua baik hati itu.
Untung Xiao Yuen sudah mempersiapkan sekitar seratus keping Tail emas di kantong kulit yang tergantung di pinggang nya itu.
Perjalanan dari kota Xibo kekota Xuhe memakan waktu nyaris dua hari satu malam, pada ke esokan sore nya, barulah mereka tiba di kota Xuhe, sebuah kota yang sedikit lebih besar dari kota Xibo.
Dari kota ini ke kota Shi King memakan waktu perjalanan selama satu hari setengah.
Dari kota Xuhe ini, setiap hari akan banyak kereta kereta yang pergi ke kota Shi King, baik yang bermuatan khusus barang, ataupun penumpang.
Kereta yang terbesar bisa memuat sepuluh orang, sementara yang menengah enam orang, dan yang kecil empat orang.
Paman Lee dan kawan kawan nya menyewa sebuah kereta menengah yang bisa di tumpangi enam orang dewasa, namun karena mereka tiga orang anak anak, sehingga masih bisa memuat satu orang anak anak lagi seperti Xiao Yuen.
Seperti biasa nya, iring iringan rombongan kereta kuda itu berjalan beriringan dikawal delapan orang Piaw Su, empat didepan dan empat orang di belakang. Mereka semua nya menunggangi se ekor kuda yang gagah.
Menjelang sore hari, mereka tiba di sebuah kuil yang befungsi sebagai rumah singgah bagi yang kemalaman dijalan.
Seperti biasa nya, ada sekitar delapan buah kereta kuda yang bermalam di kuil ini.
Bersama rombongan ini, ada pula dua buah kereta kuda kecil berukiran cantik, pertanda itu kereta milik pribadi yang tidak di sewakan.
Di kereta itu masing masing ada seorang gadis kecil yang cantik bersama ayah nya.
Setelah makan, masing masing orang berbaring di lantai kuil beralas kan tikar daun pandan seadanya nya, hanya Xiao Yuen yang duduk bersila di sudut ruangan kuil itu, beristirahat sambil berkultivasi.
Sambil berbaring, kedua gadis kecil itu menatap kearah Xiao Yuen dengan heran.
"Yun yie! Lihat anak laki laki itu, dia tidak bergabung dengan kelompok nya, dia tiduran sambil duduk seperti itu!" kata Seorang gadis kecil itu kepada teman nya.
"Seperti nya dia berkultivasi Mong Lie!" sahut teman nya.
"Dia terlihat rajin sekali, apakah dia tidak punya keluarga?" tanya gadis kecil bernama Mong Lie itu.
"Entahlah Yun Yie, kalau tidak punya keluarga, siapa yang akan membiayai dia belajar di Kau Lun nanti, biaya pendaftaran saja sepuluh keping Tail emas, biaya belajar plus biaya hidup seratus dua puluh keping Tail emas!" sahut Mong Lie.
Xiao Yuen sebenar nya mendengar dengan jelas suara bisik bisik kedua gadis kecil itu, tetapi dia pura pura tidak tahu saja. Lagi pula dia tidak terlalu ambisi dalam belajar di Kau Lun Bu Koan ini, hanya dari pada tidak punya arah tujuan saja. Meski tidak di terima pun, dia tidak sakit hati.
Hingga pagi hari nya, Xiao Yuen masih tetap duduk di tempat nya, berkultivasi menyerap Qi murni.
Setelah selesai makan, mereka bersiap siap untuk meneruskan perjalanan mereka, masih tersisa setengah hari perjalanan lagi.
Menjelang tengah hari, mereka tiba di gerbang kota Shi King, masih harus naik ke kali pegunungan Kau Lun di belakang kota Shi King sekitar perjalanan berkuda seperempat hari lagi baru mereka tiba di gerbang perguruan Kau Lun.
Kau Lun Bu Koan (perguruan silat Kau Lun) ini terletak di lereng pegunungan Kau Lun yang agak terjal, sekitar setengah Lie dari hulu sungai Xibo.
Kau Lun Bu Koan ini terdiri dari empat teras tingkatan, yaitu tingkat dasar bagi yang tidak punya kultivasi apa apa atau usia enam hingga dua belas tahun, barulah tingkat menengah untuk usia dua belas hingga lima belas tahun dan tingkat atas untuk usia lima belas hingga sembilan belas tahun, sedangkan di tingkat empat, adalah tempat kediaman leluhur yang tidak sembarang orang boleh memasuki nya.
Xiao Yuen sedari awal memang tidak terlalu tertarik dengan belajar di perguruan, tidak ingin ada orang yang tahu jika dia punya uang.
Saat Cio Ma, Bik pang, dan Leng Cia mendaftar, ayah mereka memohon agar perguruan itu menerima Xiao Yuen sebagai murid mereka, namun hampir semua tetua menolak nya. Bagi mereka, tidak ada uang pendaftaran, berarti tidak mendaftar.
"Tidak bisakah kalian membuat kebijaksanaan menerima satu atau dua orang miskin?" tanya paman Lee.
"Maafkan kami tuan, itu sudah ketentuan dari perguruan ini, tidak ada uang pendaftaran, berarti tidak mendaftar, silahkan cari perguruan lain yang sekira nya bisa menerima murid tanpa bayaran!" kata salah seorang tetua dengan nada ketus
Mendengar itu, Xiao Yuen yang tidak terlalu berminat menjadi murid perguruan itu segera memutar tubuh nya, ingin meninggalkan tempat itu.
Namun saat Xiao Yuen berbalik ingin pergi dari tempat itu, tiba tiba di depan para tetua muncul seorang pria tua berjubah kuning emas.
Serentak semua tetua yang bertugas menerima murid baru ditempat itu bersimpuh didepan pria tua itu.
"Selamat sore leluhur Lui Kong Ciang Taihiap!" ucap semua tetua ditempat itu.
Pria tua ini adalah Lui Kong Ciang Taihiap (pendekar tangan Gledek) Rao Tan Ho, sang leluhur perguruan ini.
Sementara itu, yang menjabat patriak perguruan silat ini putra sulung nya yang bernama Rao Pang Ong.
"Tunggu!, siapa yang mengijinkan kau pergi?" tanya pria tua itu menatap kearah Xiao Yuen dengan tatapan yang tajam.
"Maaf leluhur, dia seorang Lola yang tidak punya apa apa, tidak ada yang bertanggungjawab dengan kelangsungan pendidikan nya" jawab salah seorang leluhur perguruan.
"Kalau begitu, biar aku yang bertanggung jawab, karena aku memerlukan tenaga nya, ayo nak! Kita masuk, kau ikut bersama ku!" ucap leluhur kepada Xiao Yuen seraya menarik tangan nya, dan mengajak nya masuk.
Ternyata perguruan itu cukup tinggi, dari jalan menuju gerbang ada seratus anak tangga, dan dari gerbang ke alun alun pertama juga seratus anak tangga, di sekeliling alun alun itulah berdiri barak barak tempat para murid tingkat dasar tinggal.
Setelah melewati seratus anak tangga lagi, mereka tiba di sebuah aula kembali yang dikelilingi oleh barak barak pelajar, inilah tingkat menengah, lalu setelah melewati seratus anak tangga, mereka tiba di aula ketiga yang bentuk nya sama persis seperti aula terdahulu, sebuah aula besar yang dikelilingi dengan barak barang pelajar tingkat atas.
Kali ini setelah melewati dua ratus lima puluh anak tangga, mereka tiba di tingkat paling tinggi, berisi sebuah aula kecil sebesar sepuluh depa persegi, dengan sebuah rumah di depan tangga berbatas aula kecil tadi.
Total semua kurang lebih ada enam ratus lima puluh anak tangga yang mereka lewati menuju ruangan leluhur, masih ada lima ratus anak tangga lagi baru mencapai puncak barat pegunungan Kau Lun ini.
Di kiri dan kanan rumah utama itu masih ada bangunan lain yang berdiri berhimpitan dengan bangunan utama, yang berfungsi sebagai perpustakaan milik leluhur.
...****************...