Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Menuai Hasil Dari Perbuatan Buruk Pada Ibu.
Pak Agam mengirim seseorang ke Singapura untuk memata-matai Doni dan Shanum, hari itu datang kabar jika Shanum terlihat dibawa ke dalam mobil dalam kondisi pingsan tadi malam dan siang ini Shanum sedang dalam keadaan kritis di rumah sakit.
"Rum," Pak Agam melihat Bu Arum baru saja selesai melaksanakan sholat Dhuha di ruangan khusus beribadah.
"Ya, Pak."
"Aku bilang apa semalam, panggil aku Mas."
"Iya, Mas Agam."
"Semalam tidur mu nyenyak, Izy nggak mendengkur kan. Dia maksa banget pengen tidur dengan kamu, maaf ya."
"Saya malah lebih senang, Neng Izy tidur sama saya. Sudah lama saya nggak bisa peluk anak, Mas."
Pak Agam merasa kasihan, Bu Arum sudah bercerita tentang kehidupannya 2 tahun ke belakang setelah ditinggalkan oleh almarhum suaminya dan ketiga anak-anaknya malah menjauh.
"Ngomong-ngomong, Mas. Kenapa Izy manggil kamu Ayah tapi manggil Mama ke almarhumah ibunya bukan Bunda?"
Bibir tipis Pak Agam tersenyum, pikirannya tertuju ketika Izy kelas 5 SD.
"Sejak kecil, Izy manggil Bunda sama ibunya. Tapi, saat sifat tomboy nya keluar di kelas 5 SD... dia sering adu mulut dengan anak-anak lelaki di sekolah. Terus, mereka meledek Izy... kata mereka tomboy kok manggilnya Bunda kayak anak cewek aja. Akhirnya Izy protes dan merengek sama Ibunya, nggak mau manggil Bunda lagi dan mau ganti manggil Mama."
Bu Arum tersenyum membayangkan rengekan Izy saat kecil, sekarang aja gadis itu sering membuat dia terkekeh dengan segala kelucuannya.
"Lalu, kenapa panggilan Ayah pada Mas... nggak ikut berubah jadi Papa biar satu pasangan sama sebutan Mama."
"Aku yang larang, aku bilang nyaman dipanggil Ayah. Izy awalnya kesal padaku, tapi lama-lama dia akhirnya terima dan terus manggil Ayah sampai sekarang."
"Lucu banget kayaknya putrimu itu sejak kecil, Mas."
"Lihat kelakuannya sekarang, ya itu... bercanda mulu."
"Anak-anakku juga dulu seperti Izy, sebelum mereka menikah dan punya pasangan masing-masing. Pulang kuliah, Yasmin dan Ahmad akan rebutan masakan ku. Kata mereka, masakanku tak ada duanya dan terbaik. Mereka berdua akan berantem, kadang memperebutkan ayam goreng karena ingin ayam yang paling besar. Sementara Shanum... dia anak yang paling kalem. Dia selalu mengalah pada kakak-kakaknya. Kadang, saat kedua kakaknya masih sibuk ribut... diam-diam Shanum akan ambil daging paling besar lalu menaruhnya di piring ku. Katanya, Ibu paling capek di rumah jadi makan harus paling enak dan banyak."
Bulir bening mengalir di wajah Bu Arum, ia sungguh merindukan semua kenangan masa lalu. Baginya, lebih baik rumah ramai dengan pertengkaran anak-anak nya yang memperebutkan makanan namun terasa hangat daripada sekarang setelah ketiganya beranjak dewasa dan membuat rumah menjadi dingin dan ia hidup kesepian sendirian.
Pak Agam ingin sekali merangkul pundak Bu Arum untuk menenangkan sebab melihat bahu Bu Arum bergetar karena menangis, namun ia tak berani dan hanya menenangkan lewat kata-kata.
"Sabar, Rum. Memang ada masanya anak-anak kita akan meninggalkan kita, hanya saja... seharusnya komunikasi kalian lancar. Terus saja doakan kehidupan anak-anak mu, Rum."
"Aku mencemaskan Shanum, Mas."
Maaf, Rum. Aku harus merahasiakan dulu keadaan putri bungsumu. Bukan apa-apa, aku takut kamu jatuh sakit karena kepikiran terus... apalagi orang yang aku sewa untuk memata-matai mengatakan kondisi Shanum sedang kritis setelah mengalami keguguran.
"Doakan saja, semuanya akan baik-baik aja."
Bu Arum mengangguk, "Terimakasih atas bantuan kamu, Mas."
"Kok Ayah malah bikin Ibu nangis sih! Ayah nakal ya, Bu?" tiba-tiba saja Izy sudah ada diantara mereka dengan bersedekap melotot pada Ayahnya.
"Iya, Ayah nakal sama Arum. Kenapa?"
"Ish! Kalau mau nakal, harus nikah dulu! Nggak boleh!"
"Kamu itu ya!"
"Izy telepon Pak penghulu sekarang deh! Kayaknya Ayah udah nggak tahan mau nakalin Ibu."
"Nak! Kamu tau apa soal nakal? Kata-kata darimana itu!" Pak Agam bangun dari sofa berkacak pinggang.
"Ya tau lah, kan ada pelajaran biologi di kampus. Membahas tentang perkembangan biakan manusia, yaitu proses reproduksi manusia. Izy juga tahu... kalau Izy lahir dari kenakalan Ayah pada almarhumah Mama. Jadi, sebelum Izy punya adik... sebaiknya Ayah sama Ibu Arum nikah dulu."
Bu Arum yang masih terisak memikirkan ketiga anaknya sontak tertawa. Keceriaan dan bercandaan Izy bisa membuat hati Bu Arum kembali menghangat.
.
.
.
Lain lagi dengan kehangatan di keluarga Pak Agam, di rumah Yasmin terjadi kegemparan. Seorang wanita datang mengaku hamil anak suaminya, Yasmin bahkan hampir pingsan mendapati selama ini suaminya telah selingkuh dan menghambur-hamburkan uang pada wanita selingkuhan.
Halim terburu-buru datang dari perusahaan siang itu, mendengar wanita selingkuhannya berani datang ke rumah barunya. Padahal Halim sudah mewanti-wanti agar wanita selingkuhannya tidak muncul di depan istrinya.
"Mah! Papa bisa jelasin! Dia bukan__"
"Bukan apa, Bang? Kau ingin mengelak, kalau aku bukan istri siri mu? Aku punya banyak bukti saat pernikahan siri kita diadakan dan udah aku tunjukkin sama istri sah mu ini!"
"Tega ya kamu, Bang! Abang bukan hanya selingkuh, tapi juga menikahi wanita ini secara diam-diam tanpa sepengetahuanku! Bahkan wanita ini bilang... Abang selalu memberikan barang-barang mahal yang dia mau! Rumah! Mobil! Kau ternyata suami bajinggaan, Bang...! Aku mati-matian berhemat saat kamu bilang perusahaan sedang goyah! Beberapa bulan ini, aku bahkan nggak pernah kirim uang lagi ke Ibu di kampung! Aku sengaja memblokir nomer Ibu karena aku nggak mau Ibu tahu... bila putrinya terancam jatuh miskin! Ibu selalu bertanya padaku, apa aku baik-baik saja! Aku nggak ingin Ibu ikut kepikiran...! Abang minta aku jangan bawa Ibu ke rumah setelah kematian Bapak, aku turuti mau mu Bang! Aku sudah jadi anak durhaka! Tapi apa balasan mu? Kau tega mengkhianati aku?!"
"Mah, dengarkan dulu Papa!"
Plak
Dengan geram Yasmin menampar wajah suaminya, untuk pertama kalinya setelah ia menikah Yasmin berbuat kurang ajar pada Halim. Tak pernah sekalipun Yasmin membangkang keinginan sang suami, ia selalu berbakti sebagai istri karena ajaran dari sang Ibu jika wanita sudah bersuami harus berbakti pada suaminya agar masuk surga.
Sekarang apa? Semua kata bakti sampai ia rela menelantarkan sang Ibu berbuah pengkhianatan!
"IBU....! Maafin Yasmin Bu!" wanita yang telah dikhianati suaminya itu menangis histeris, ia meninggalkan suaminya dengan istri sirinya di ruang tamu. Ia masuk ke dalam kamar dan langsung menelepon adik laki-lakinya, ingin menanyakan kabar Bu Arum yang hilang pada adiknya itu.
Hati-hati dengan perasaan seorang Ibu atau kau akan menuai hasil dari segala perbuatanmu buruk pada Ibumu.