Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Setelah usia Faiz enam bulan dan sekarang masa-masanya aku sibuk untuk mulai memperkenalkan makanan pada Faiz. Bang Tara dan teh Nina sibuk untuk pindahan ke rumah baru aku malah gak bisa bantuin karena mengurus Faiz.
"Maaf ya teh udah bikin teh Nina capek" ucap ku pada teh Nina yang sedang beres-beres dapur.
"Gak apa neng, lagian ini udah tugas saya" balas nya dengan ramah.
Aku sejak kenal dengan teh Nina merasa pas saja karena usia kita yang tidak jauh jadi aku nyambung.
"Sayang" panggil bang Tara, aku pun menghampirinya.
"Itu lemari mau di simpan dimana? " tanya nya karena lemari yang aku pesan kemarin baru datang.
"Oh, simpan di ruang kelurga saja, karena itu untuk lemari pajangan" jawab ku dan bang Tara keluar lagi untuk memberitahu orang yang ngirim lemari, aku pun mengikutinya.
Butuh waktu lama sampai selesai membereskan rumah ini karena saking luasnya. Setelah satu minggu barulah selesai dan sudah rapi rumahnya jadi tinggal di tempati saja.
"Neng, apa gak tambah lagi pembantunya?, rumah segede ini teh Nina gak sanggup bersihinnya sendiri"ucap teh Nina saat kami sedang nongkrong depan rumah sambil ngajak main Faiz.
" Teh Nina tenang saja, untuk bersih-bersih nanti teh Nina di bantu sama mama dan kakak saya, teh Nina lebih fokus ke Faiz saja"balas ku.
"Loh masa mama neng di suruh kerja" ujar teh Nina.
"Teh Nina ini kaya bukan orang kampung saja, mama itu paling anti jika pekerjaan rumah harus di kerjakan orang lain, gak akan ke pakai jadi biarin saja"ucap ku.
" Iya juga ya"balas nya dan aku hanya tersenyum.
Bang Tara menjemput keluarga ku sekalian melihat kelanjutan proyek yang sebentar lagi rampung. Aku nyuruh teh Nina untuk masak lebih banyak karena ingin menyediakan untuk mama dan yang lain.
Tepat jam lima sore bang Tara pulang bersama mama, mbak Bella dan Alma.
"Mama" panggilku lalu memeluknya, aku kangen banget karena hampir setahun aku tidak bertemu mereka.
"Mama juga kangen sayang" balas nya.
"Erika, kamu gak salah beli rumah gede amat, kaya di sinetron saja" ucap mbak Bella yang kagum melihat rumah bang Tara.
"Mbak tanya bang Tara saja" balas ku.
"Itu pertanda jika bang Tara orang kaya asli gak seperti bang Rusli yang ngaku-ngaku kaya" ujar Alma membuat aku kaget dan langsung menatap bang Tara namun sikapnya biasa saja dan malah dia hanya tersenyum.
Semua orang masuk dan mbak Bella lagi-lagi kaget saat melihat makanan di meja makan yang banyak.
"Wah kita makan enak ni" ujarnya lalu duduk.
"Bela kamu bisa gak, jangan kaya gitu sopan dikit" tegur mama dan membuat aku tersenyum.
Mama langsung minta Faiz di gendongnya karena dari dulu mama ingin banget gendong cucunya. Selama Faiz sama mama aku mengajak Alma bicara untuk membahas kelanjutannya untuk kuliah.
"Kamu sudah temukan kampus mana yang akan kamu masuki? " tanya ku.
"Sudah kak, cuman aku bingung untuk biaya hidupnya karena kampusnya lumayan jauh jadi aku ingin kos di sana" jawab nya.
"Ya sudah jika kamu maunya begitu biar nanti kakak sama bang Tara cariin kosannya" ucapku.
"Makasih lo kak"
Aku tersenyum dan menepuk pundaknya. Lalu bangkit untuk melihat mama karena takut capek gendong Faiz.
Besoknya aku dan bang Tara langsung mengurus urusan Alma hingga selesai dan Alma langsung pindah ke kosan karena minggu depan dia sudah mulai masuk kuliah jadi dia tidak tinggal di rumah kami.
"Makasih lo nak Tara sudah bantu Alma ngurusin tempat tinggalnya" ucap mama saat kami sedang makan malam.
"Jangan sungkan ma, sekarang kalian tanggungan jawab aku" balas bang Tara.
"Oya, untuk kak Bella sementara kakak kerja dulu di toko bunga milik mbak Elisa" beritahu ku.
"Oke" jawab nya.
Kak Bella sekarang sikapnya sudah berubah sejak pisah dengan bang Bima. Setelah makan semua orang pergi istirahat aku dan bang Tara pun masuk ke kamar. Aku langsung tidur karena lelah seharian Faiz rewel.
Esoknya bunda dan mbak Elisa datang ke rumah untuk menemui mama dan kelurga yang lain.
"Adik mu kemana Erika? " tanya bunda.
"Dia udah mulai kuliah bun terus dia gak tinggal disini tapi di deket kampus karena gak mau bolak balik jauh" jawab ku.
"Oh, padahal kan ada Davin yang bisa di tumpangi" ujar mbak Elisa.
"Alma suka gak mau kalau belum kenal" jawab ku.
Bunda dan mama mengobrol aku dan mbak Elisa membicarakan masalah kak Bella yang ikut kerja dengannya. Mbak Elisa senang jika ada temannya di toko bunga karena karyawannya baru saja keluar.
Karena Faiz tidur akhirnya aku membawanya ke kamar dan setelah menidurkan Faiz aku melihat ponselku dan aku terkejut saat ada pesan masuk sebuah foto yang menunjukan bang Tara bertemu lagi Intan.
"Ni orang gak ada kapok-kapoknya ya" gumam ku.
Aku percaya bang Tara gak akan melakukan hal yang di lewat batas. Aku segera bersiap dan langsung pamit ke semua orang.
"Kamu mau kemana? " tanya bunda.
"Aku nitip Faiz ya bun, aku ada perlu ke luar" jawab ku.
Bunda pun mengangguk dan aku langsung pesan taksi lalu pergi. Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di tempat yang di kirimkan orang itu yang mengirim pesan pada ku. Aku melangkah masuk ke sebuah hotel dan tujuan ku pertama adalah restoran hotel ini dan benar saja bang Tara sedang di restoran bersama rekan kerjanya. Namun saat aku hendak melangkah mendekati bang Tara tiba-tiba aku di tarik seseorang dan itu adalah Intan.
"Lo kepancing juga ya" ucapnya.
"Mau lo apa? " tanya ku dengan suara dingin.
"Mau gue ya Kian, gue pengen lo tinggalkan dia" jawabnya.
"Jangan mimpi deh lo, dia itu udah cinta banget sama gue" ujar ku dan membuat Intan kesal.
Intan langsung menarik ku dan entah mau di bawa kemana aku ini. Namun aku tidak diam saja aku langsung mengambil ponsel dan menghubungi no yang ada di kontak ku siapa pun agar jika aku terjadi apa-apa ada orang yang nolong.
"Lo mau apakan gue! " tanya ku pada Intan.
Intan hanya tersenyum lalu muncul dua orang pria lalu mendekati ku dan memegang kedua tangan ku. Intan mendekat dan dia mengeluarkan sebuah jarum suntik kemudian langsung menyuntikan ke tangan ku.
"Hanya butuh waktu setengah jam lo akan merasakan efek dari obat itu kemudian seseorang akan datang membantu kamu meredakan nya." ucap Intan.
"Awas ya lo Intan" teriak ku.
"Gak akan ada yang bisa nolong lo" ucapnya lalu menghubungi seseorang dan menyebutkan nomor kamar.
"Selamat menikmati" ucapnya lalu pergi meninggalkan ku.
Aku mulai merasakan tak nyaman di tubuhku.
jangan Aku lebih baik Nama Tokohnya jadi ceritanya semakin menarik 🙏✌️👍
Ck ck...