Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Kinan dan dirlan tidak percaya, dengan apa yang sedang mereka lihat. apalagi melihat penampilan zhafira dan eric, sangat jauh berbeda dengan sebelumnya.
"Bu di luar mobil mewah milik siapa?" Kinan yang merasa penasaran pun, segera bertanya kepada Retno.
"Mobil mana?"tanya Retno,yang memang belum sempat melihat ke depan rumah.
" Ya itu, di depan rumah kita bu!"
"Oh, itu mobil milik bosnya suami fira." celetuk Retno ketus.
" Oh, begitu. Aku kira mobil mereka." Menatap zhafira dan eric dengan tatapan mengejek. " Aku sangat lelah." Kinan berjalan menghampiri Retno dan duduk di sampingnya. "Bu aku haus.... " rengek Kinan manja.
Retno pun tersenyum saat melihat Kinan yang terlihat manja. "Sebentar ibu akan minta bude mu, untuk membuatkan minuman kesukaan mu." ucapnya, mengusap puncak kepala Kinan penuh perhatian.
Tak lama kemudian, dewi pun datang dengan membawa minuman untuk zhafira dan eric.
"Loh, kok cuma dua mbak?" tanya Retno heran.
Dewi hanya melirik sekilas. " Memang kenapa Retno? Apa kamu juga mau?"tanyanya santai.
Retno pun berdecak kesal, saat melihat dewi, seakan mengejeknya.
"Kamu kalau buat minuman itu jangan pilih-pilih. Ingat, di sini ada banyak orang. Jadi lebih baik, kamu buatkan lagi minuman untuk kami." sela heru,tidak ingin di bantah.
Dewi tidak menyahut lagi, memilih pergi ke dapur untuk membuatkan minum sesuai dengan perintah heru.
Retno tersenyum miring, hatinya bahagia karena heru selalu membelanya.
Sementara zhafira, merasa sakit hati melihat sang ibu masih sana di perlakuan semena-mena, oleh keluarganya sendiri.
Di samping zhafira, terlihat eric tersenyum sinis, saat melihat sikap semua orang di sana yang tidak berubah.
Zhafira pun hendak menyusul dewi ke dapur, namun di tahan oleh eric.
Zhafira menghela nafas kasar, saat melihat dewi di perlakukan seperti seorang pembantu.
"Bu maafkan aku. Aku janji setelah ini akan membawa ibu, keluar dari rumah ini." gumam zhafira di dalam hati.
Di kursi seberang, dirlan terlihat tidak suka dengan kedekatan zhafira dan eric. hatinya merasa tidak rela, melihat zhafira yang mesra dengan eric.
Apalagi selama ini, zhafira tidak pernah membalas pesan yang selalu dirlan kirim. bahkan panggilan telepon pun, tidak perna zhafira angkat.
Dewi datang kembali, dengan membawa minuman untuk mereka semuanya.
"Ini silahkan minumannya." Dewi menyimpan satu per satu gelas di meja.
"Terima kasih bude." ucap Kinan, terdengar manja.
Sesekali Kinan melihat ke arah eric, yang terlihat tampan, sebab baginya kini penampilan eric sangat berbeda dengan waktu pertama kali, dia melihatnya.
"Ehem...!" Dirlan berdehem keras, saat menyadari tatapan Kinan pada eric. hal itu membuatnya semakin kesal.
Kinan yang tersentak pun, langsung mengalihkan pandangannya pada dirlan yang menatapnya tajam.
Kinan tersenyum tipis, menyadari jika kini dirlan sedang kesal kepadanya.
"Sayang bagaimana dengan pemeriksaannya? Apakah cucu ibu baik-baik saja?" tanya Retno,tersenyum.
Zhafira terkejut, mendengar kabar Kinan sedang mengandung. sebab pernikahan mereka, baru saja genap satu bulan.
"Kamu sedang hamil kinan?" tanya zhafira, terkejut.
Kinan tersenyum miring. "Iya aku sedang hamil, Fira. Aku hamil anak mas dirlan." Bergelayut manja pada dirlan.
Zhafira pun tersenyum. "Aku senang mendengarnya. A
khirnya kalian akan segera mempunyai anak. Kalau boleh aku tahu, berapa bulan usia kehamilan mu, Kinan?" tanyanya ingin tahu.
Kinan terdiam, dia bingung harus menjawab apa. pasalnya menurut pemeriksaan dokter kini usianya kehamilannya menginjak tiga bulan.
Dia tidak mengatakan sebenarnya, karena dirlan sendiri juga tidak tahu dengan usia kehamilan Kinan saat ini. sebab setiap melakukan pemeriksaan, Kinan selalu meminta agar dirlan menunggunya di luar.
"Kehamilan ku masih terlalu muda, Fira. Dokter bilang, kehamilan ku masih berusia tiga minggu." ujar Kinan berbohong.
Zhafira mengangguk, sebenarnya dia merasa tidak percaya dengan perkataan Kinan. sebab melihat dari bentuk tubuhnya, perut Kinan terlihat sudah membesar.
"Kamu sendiri bagaimana fira? Apa kamu sudah hamil?" Retno memicingkan mata, terlihat sedang mengejek zhafira.
Kini zhafira terdiam, bagaimana dia bisa hamil,malam pertama pun mereka belum melakukannya.
"Aku sudah duga, jika kamu belum juga hamil, fira." sahut heru, sinis. "Aku yakin jika kamu itu tidak akan mampu punya anak. Karena aku yakin, jika kamu itu mandul." Sambung heru memaki zhafira.
"Ayah!" Dewi menatap tajam heru,byang terus saja menyudutkan zhafira. "Jangan berkata seperti itu. Semua hal sudah di atur oleh Tuhan. Jika Fira belum hamil, maka bukan berarti dia mandul.Mungkin Tuhan mempunyai rencana lain untuk Fira dan eric." ujar dewi tegas.
Heru dan Retno tersenyum sinis, mereka tetap yakin jika zhafira memang mandul.
"Sudahlah, aku yakin jika anak mu itu mandul dewi. Untung saja dirlan memilih Kinan, sehingga dia bisa dengan cepat memiliki keturunan."
"Benar itu,yah. Aku juga senang karena sebentar lagi akan mempunyai cucu." sahut Retno memanasi.
Zhafira terlihat mengepalkan tangan, karena dengan seenaknya mereka mengatakan jika dirinya mandul, tanpa mengetahui hal yang sebenarnya.
Berbeda dengan eric yang terlihat santai, melihat keluarga heru yang sangat suka memojokkannya.
"Bu." Zhafira menatap dewi. "Aku ingin ibu ikut dengan, ku." ucapnya tiba-tiba.
Dewi terdiam, sebenarnya dia juga ingin pergi dari rumah itu. tapi dewi takut jika nanti dirinya hanya akan menjadi beban bagi zhafira dan eric.
"Apa maksud mu, Fira?" tanya heru, dengan nada tidak suka.
Zhafira menghela nafas. "Aku ingin ibu ikut bersama ku, kek." jawabnya memberi memberitahu.
"Tidak...! Ibu mu akan tetap di sini. Jangan harap kamu bisa membawanya pergi dari sini. Sebab ibu mu juga pasti tidak akan mau ikut dengan mu." sela Heru, menatap tajam zhafira.
"Benar Fira. Kamu jangan sok deh. Bibi tahu jika buat makan kalian saja masih susah. Ini lagi, sok-sokan mau bawa ibu mu. Mau di kasih makan apa ibu mu nanti, fira!" sela Retno mencibir.
Zhafira hanya melihat Dewi yang hanya terdiam, apakah ibunya itu juga meragukan dirinya dan eric.
Zhafira sedikit kecewa dengan sikap dewi, yang seakan membenarkan perkataan Heru dan Retno.
Apalagi kini semua orang di sana, terlihat sedang mengejeknya. jika saja mereka tahu yang sebenarnya, mungkin saja mereka akan berpikir ulang untuk menghina zhafira dan eric.
"Fira, bukan maksud ibu seperti itu. Sebenarnya ibu juga ingin ikut bersamamu, tapi ibu takut jika nanti hanya akan membebani mu dan suami mu."ujar dewi, menatap zhafira lembut.
Kini zhafira tahu, jika ibunya mengkhawatirkan keadaannya dengan eric.
"Ibu ikut saja bersama kami." Eric yang sejak tadi terdiam, kini membuka suara.
Zhafira yang mendengar perkataan Eric, merasa bahagia dan terharu.
Begitu pun dewi yang merasa terharu, karena untuk pertama kalinya dia mendengar Eric, memanggilnya dengan sebutan ibu.