Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terganggu
"Kamu baik-baik saja, kan?" suara bariton itu menarik kepala Alysa memandanginya. Sekarang, kedua bola matanya sudah lebih jelas bisa melihat siapa orang yang ada didepannya.
"Are you okay?"tanya Reyhan lagi.
Mata Alysa berkeliaran melihat sekitar, mencoba memastikan agar Rian tidak dapat melihat pemandangan ini. Menurut Alysa, tidak elok rasanya kalau sampai Rian tahu Alysa berpamitan ke toilet, sedangkanya kenyataannya Alysa justru bicara dengan orang lain. Walaupun itu diluar kendalinya.
"Pak Reyhan." cicit Alysa takut.
"Kamu sama siapa disini?" tanya Reyhan.
"Maaf Pak, saya harus ke Toilet, saya permisi." Alysa bergegas berjalan melewati Reyhan.
Alysa mengutuk hari-harinya akhir-akhir ini, bagaimana semesta sering sekali mempertemukan dirinya dengan Reyhan. Dunia Alysa setelah bertemu dengan Reyhan mendadak menjadi sempit sekali.
"Ya Tuhan apalagi sekarang?" keluh Alysa.
Alysa membasuh wajahnya oleh air, berharap bisa meredamkan perasaan kalutnya. Hari ini cukup membuat Alysa mengeluarkan banyak energi. Perangnya batin serta fisik saling berbenturan membuat Alysa rasanya ingin marah saja.
Sudah merasa lebih baik, Alysa keluar dari dalam toilet. Tepat ketika membuka pintu kamar mandi, tubuh tinggi besar Reyhan menyambut Alysa.
"Alysa." panggil Reyhan.
"Pak Reyhan." sentak Alysa.
"Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Reyhan lagi.
"Saya baik-baik aja. Bapa ngapain disini? Depan toilet perempuan. Penguntit." cetus Alysa.
"Saya menunggu kamu. Ngapain kamu di dalam toilet lama sekali?" tanya Reyhan.
Alysa mengerutkan alisnya. "Bapak ngapain nunggu saya? Bapak jangan macem-macem ya, saya bisa teriak kalau saya mau." ancam Alysa.
Reyhan membuang nafas kasar. "Kamu bisa tidak, sekali saja bicara baik-baik dengan saya." kata Reyhan.
"Baik-baik Bapak bilang? Bagaimana saya bisa baik, setelah apa yang dilakukan Bapak pada saya, Bagaimana?" tanya Alysa.
"Saya melakukan apa? Bahkan saya belum me...." Alysa segera menutup mulut Reyhan.
Alysa mendorong tubuh Reyhan pada tembok. "Jangan pernah berani bicara apapun lagi, kalau Bapak tidak ingin nama Bapak rusak." ancam Alysa.
Sekuat tenaga Alysa bernjinjit menutup mulut Reyhan. Ia tidak ingin sampai orang lain mendengar soal perempuan panggilan untuk dirinya. Reyhan mencoba melepaskan mulutnya dari bekapan Alysa.
"Diem, saya bilang diem. Jangan sampai, benar-benar membuat anda rugi dalam situasi ini." ancam Alysa.
Alih-alih membuat Reyhan takut atas ancaman Alysa kepada dirinya. Reyhan justru jatuh suka ketika melihat bola mata Alysa yang tengah melotot lebar seperti akan loncat keluar. Semakin Alysa merapatkan tubuhnya untuk menutup mulut Reyhan, semakin mudah Reyhan menggapai Alysa.
Dalam hitungan detik, Alysa kini justru sudah berubah posisi, ia sudah tidak menawan Reyhan lagi. Sebaliknya, ia justru menjadi tawanan Reyhan. Dosen muda didepan mata Alysa ini kini sudah berani memeluk pingginga Alysa sembarangan.
"Pak Reyhan." Tegur Alysa melotot tidak terima.
Tangannya turun membekap Reyhan. "Sudah puas main-mainnya?" tanya Reyhan.
"Lepaskan saya," pinta Alysa panik.
"Lepaskan? Lepaskan kamu bilang? Kamu tidak salah bicara?" ucap Reyhan.
"Lepaskan saya bilang. Saya bisa teriak," ancam Alysa.
Reyhan berdecih. "Coba saja, biar orang lain tau, ada seorang Dosen dan Mahasiswa yang sedang melakukan tindak seksual disini." kata Reyhan jumawa.
"Jaga bicara anda, saya tidak sudi untuk melakukan hal bejat itu." murka Alysa.
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan fakta uang 300 juta yang kamu ambil?" Reyhan semakin menyulut emosi Alysa.
"Lepaskan saya. Jangan pernah kurang ajar." Kepalan kecil tangan Alysa kini mulai mendorong tubuh tinggi dan besar Reyhan.
Ditengah usaha Alysa untuk keluar dari perangkap Reyhan. Suara kekasihnya Rian mengudara mulai mendekat menuju toilet. Mendengar Rian memanggil namanya dengan panggilan telpon terus berdering, membuat Alysa semakin panik. Jantungnya sudah hampir copot, kalau tidak segera Reyhan membawa Alysa kembali masuk kedalam toilet.
Reyhan menutup pintu kemudian menguncinya cepat. Alysa yang panik setengah mati, kembali menutup mulut Reyhan. "Saya mohon jangan bicara apapun." cicit Alysa.
"Alysa." suara panggilan dari luar pintu kamar mandi semakin sering terdengar.
"Iya sayang sebentar," ucap Alysa dari dalam toilet.
"Kamu baik-baik aja, kan? Ada masalah? Kamu kenapa lama banget." pertanyaan Rian dari luar toilet.
"Iya sayang, sebentar lagi. Tunggu, aku lagi benerin rambut dulu. Kamu duluan aja, nanti aku nyusul."
"Yaudah aku duluan, kamu cepet. Makanannya udah datang, keburu dingin, Saa." sahut Rian.
"Iya sebentar lagi aku kesana. Kamu duluan aja." Selesai Alysa mengucapkan hal itu, tidak ada lagi suara dering telpon maupun suara panggilan dari pintu toilet.
Alysa menurunkan kakinya yang berjinjit pada Reyhan, pun dengan tangannya yang membekap mulut Reyhan. "Pacar kamu?" tanya Reyhan cepat.
"Bukan urusan anda."
"Jelas urusan saya. Urusan kamu dengan saya belum selesai." sahut Reyhan cepat.
Alysa menatap gelisah Reyhan. Celaka, kalau sampai Reyhan menuntut apa yang ia inginkan. Alysa mana mungkin mangkir begitu saja dari Rian. Sudah pasti Rian akan curiga, tapi ia juga tidak punya banyak waktu bicara banyak dengan Reyhan.
"Jangan pura-pura bodoh Alysa. Saya menemui kamu karna uang saya ada di kamu, janji kamu sudah ter-ucap, dan kebutuhan saya belum terealisasikan." tekan Reyhan membuat Alysa melotot menatap Reyhan.
"Saya harus pergi sekarang." Alysa menurunkan tangan Reyhan dari tubuhnya. Secepat itu juga Reyhan menarik tubuh Alysa kembali berada dalam pelukannya.
Keduanya tanpa sengaja saling bertatapan. Reyhan hanyut akan manik mata terang milik Alysa dari dekat. Tidak ingin keindahan itu jauh dari dirinya. Di lain sisi Alysa mulai bergerak meminta dilepaskan.
"Ikut saya Alysa." pinta Reyhan.
Alysa membeku untuk beberapa detik atas pernyataan Reyhan. "Ikut saya. Saya mau kamu malam ini Alysa." ungkap Reyhan serius.
Alysa menggelengkan kepala atas permintaan Reyhan. "Lepas." cicit Alysa.
"Saya mohon lepasin saya."
Tangan Alysa memukul lemah dada Reyhan. Tenaganya sudah habis untuk peristiwa cepat malam ini. Sama sekali dalam pikiran Alysa tidak pernah terpikirkan kalau Reyhan akan bertemu dengan dirinya saat Alysa tengah bersama dengan Rian.
"Pak, saya mohon saya gak bisa ikut." suara Alysa semakin mengecil, matanya sudah memerah. Manik matanya mulai berkaca-kaca oleh air mata.
Dan pada akhirnya, tidak lama dari itu, air mata itu jatuh juga didepan Reyhan. Mata Alysa tidak bisa bohong kalau ia tengah takut, gelisah, dan cemas untuk situasi yang sedang ia alami. Otaknya sudah tidak bisa berpikir bagaimana mencari jalan keluar agar lepas dari Reyhan.
Pikiran Alysa hanya tertuju pada Rian. Ia tidak ingin sampai Rian kembali kesini, kemudian berhasil memergoki Alysa dengan laki-laki lain. Kalau sampai Rian tahu soal Reyhan dan Alysa, bukan tidak mungkin Alysa akan diputuskan oleh Rian saat ini juga lengkap dengan pandangannya kepada Alysa sebagai orang yang bermain api dibelakangnya.