Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Tukang parkir pun mengucapkan terima kasih, setelah itu merekapun naik keatas motornya masing-masing.
"Mau kemana lagi nih?" tanya Arsy pada mereka semua.
"Ke bar yuk!" ajak Naufal iseng.
"Yuk, agar nanti pulangnya kita dipenggal," jawab Arsy.
"Bercanda doang, serius amat," ujar Naufal akhirnya. Mana mungkin mereka berani datang ke tempat seperti itu?
Baru rencana saja, jika didengar oleh orang tua mereka, mereka sudah kena marah habis-habisan.
Apalagi jika di dengar oleh Diva dan Darmendra. Bisa-bisa mereka kena hukum. Diva sangat melarang anak, cucu dan cicitnya pergi ketempat seperti itu.
Menurutnya itu menyebabkan rusaknya perilaku untuk anak-anaknya dan juga cucu, cicitnya.
Jika berkelahi melawan pembegal, perampok, bahkan mafia sekalipun, Diva tidak masalah. Asal jangan pergi ketempat seperti itu, biarpun mereka tidak minum minuman beralkohol.
Sejak dulu, bila ada acara apapun, bila diadakan di tempat seperti itu, mereka pasti dilarang untuk ikut. Lagipula mereka tidak punya teman lain selain keluarga mereka saja.
Saudara-saudaranya sudah cukup untuk dijadikan teman dan tidak ada istilah saling sikut atau teman makan teman.
"Jangan karena candaan, kita semua terkena imbasnya. Bercanda ya bercanda, tapi ada batasnya." Arsa buka suara.
"Iya, iya. Tidak lagi kok," sahut Naufal dengan senyum khasnya.
"Walaupun kita minim agama, tapi jangan sampai kita minim akhlak," timpal Arsy.
Naufal terdiam, niatnya cuma ingin bercanda pada saudaranya, ternyata malah kena semprot.
Lagian, bercandanya ngajak ketempat yang dilarang keras oleh sesepuh mereka. Jangankan menginjakkan kaki ketempat itu, menyebutnya saja sudah dapat teguran keras.
Si tukang parkir yang masih ada disitu mendengar pembicaraan mereka pun ikut tersenyum.
"Pasti mereka dari kalangan keluarga yang baik, perilaku mereka sopan terhadap yang lebih tua," batin pria itu.
Kemudian merekapun menghidupkan mesin motornya masing-masing. Lalu segera pergi dari tempat itu.
Mereka kembali mengitari jalanan kota yang tidak pernah sepi oleh banyaknya kendaraan. Namun semua itu tidak menyulitkan mereka untuk terus melajukan motor mereka.
Setelah merasa cukup, mereka pun kembali kekediaman masing-masing dan berpisah di persimpangan jalan tadi tempat mereka bertemu.
Mereka hanya melambaikan tangannya satu sama lain. Sebagai kode mereka. Arsy dan Arsa yang satu arah, sementara Naufal dan Naura berbeda arah.
Saat tiba di mansion, suasana didalam mansion sudah sepi. Karena sudah jam 00.30 malam.
Mereka masuk dan langsung menuju kamarnya masing-masing. Karena besok hari libur, jadi mereka tidak perlu khawatir jika bangun kesiangan.
"Baru pulang?" tegur suara saat keduanya hendak masuk kedalam kamar.
"Papa?" Keduanya menoleh serentak.
"Darimana saja jam segini baru pulang?"
"Jalan-jalan Pa, nongkrong di warung pinggir jalan, setelah itu muter-muter di jalanan kota," jawab Arsy.
"Papa belum tidur?" tanya Arsa.
"Tadi sudah tertidur, tapi terbangun saat mendengar suara kalian datang," jawab Ars.
Arsa dan Arsy saling pandang, padahal mereka berjalan cukup pelan saat naik tangga. Apalagi saat membuka pintu kamar.
"Ya sudah Pa, kami mau istirahat," ucap Arsa.
Ars mengangguk, tidak terasa jika keduanya anaknya sudah memasuki usia pubertas atau remaja.
"Rasanya baru kemarin aku menggendong mereka, sekarang mereka sudah memasuki usia dewasa." gumam Ars saat kedua anaknya sudah masuk kedalam kamar.
Ars pun turun ke bawah, tadinya ia ingin mengambil air minum karena stok air minum didalam kamarnya habis.
Arsa langsung berbaring diatas tempat tidur, lalu ia bangkit lagi dan masuk kedalam kamar mandi.
Ia ingin mandi agar bisa tidur dengan lebih nyaman. Karena jika tidak mandi, ia akan sulit tidur. Apalagi setelah dari luar.
Tidak perlu waktu lama, Arsa sudah selesai mandi dan hanya memakai bathrobe. Setelah itu iapun akan tidur.
Begitu juga Arsy, hal yang dilakukannya juga sama. Ia tidak bisa tidur dengan nyaman jika tidak mandi terlebih dahulu.
Setelah selesai mandi, Arsy melihat ponselnya ada pesan masuk. Arsy pun membaca pesan tersebut yang ternyata dari Naura.
'Aku sudah sampai rumah, besok libur, kita kemana lagi.'
"Aku ke restoran.'
'Ok, aku juga mau kesana.'
Arsy hanya membaca pesan tersebut dan tidak lagi membalasnya. Kemudian ia menyimpan kembali ponselnya dan berbaring di ranjang.
Sudah jam 1 dinihari, ia harus segera tidur meskipun besok libur, namun Arsy harus ke restoran.
Sementara disisi lain ...
Zio yang sedang berbaring diatas tempat tidur, entah kenapa sejak tadi begitu sulit memejamkan matanya.
Zio bangun dan berjalan menuju sebuah ruangan yang terdapat mini bar disana. Zio mengambil satu botol minuman dan menuangkan nya.
Sebagai seorang ketua mafia, banyak koleksi minuman yang terdapat di mini bar miliknya itu. Namun Zio tidak pernah mabuk, karena minuman yang ia minum adalah non alkohol.
Sedangkan yang mengandung alkohol hanya sebagai koleksi saja. Ada kalanya ia minum yang beralkohol, namun tidak banyak. Dan tidak menyebabkan mabuk.
Zio mengambil ponselnya lalu menelepon Tio. Saat panggilan terhubung, Tio yang sudah tertidur pun terbangun karena ponselnya berdering.
"Sudah kau temukan orang yang memberikan obat kepadaku waktu itu?" tanya Zio langsung ke intinya.
"Belum Tuan," jawab suara berat dari seberang telepon.
"Lambat sekali cara kerja mu, apa perlu minta bantuan hacker misterius?" tegas Zio.
"Beri saya waktu Tuan, tempat Tuan berada waktu itu tidak terjangkau cctv," ujar Tio.
Ya, waktu itu Zio datang ke bar seorang diri, kebetulan tempat itu tidak terjangkau cctv, jadi Tio kesulitan mencari pelakunya.
Zio memesan minuman yang non alkohol, tapi saat diminum, ia malah pusing. Merasa tidak baik-baik saja, iapun segera keluar dari tempat itu.
Namun beberapa orang malah mengejarnya dengan mobil. Beruntung ada seorang seorang gadis yang pemberani menolongnya.
Sejak saat itu, Zio pun jatuh cinta pada gadis itu. Padahal dia sendiri sangat sulit untuk jatuh cinta.
"Gadis itu, dimana aku akan mencari mu? Belum lagi gadis pilihan kakek dan kakek terus mendesak aku untuk menerima pilihannya," batin Zio sambil meneguk anggur merah dari gelasnya.
Zio duduk bersandar di kursi, pikiran nya benar-benar kacau saat ini. Memikirkan gadis pilihan sang kakek saja sudah membuatnya mumet.
"Sayang sekali, aku sudah keduluan tidak sadarkan diri waktu itu. Sehingga gadis itu pergi," gumam Zio.
Namun Zio merasa bersyukur karena ada orang yang sudah menyelamatkan dirinya dari pembunuhan tersebut.
Jika tidak, mungkin klan mafia mereka hanya tinggal nama saja. Karena ketua mereka sudah dibunuh. Zio menghela nafas, kemudian ia kembali ke kamarnya untuk tidur.
...**************...
Arsy sudah bersiap-siap untuk ke restoran miliknya. Meskipun kemarin ia sudah datang, namun hari ini ia juga datang lagi.
Kebetulan ini hari Minggu. Biasanya pengunjung akan lebih ramai dari hari biasa. Arsy juga ingin membantu mereka dan ikut melayani pelanggan yang datang.
paham...
jd jangan terlalu sombong