mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkenalan dengan para Member
Keesokan paginya, Yuan terrbangun saat matahari menyengat tubuhnya, semalam dia sengaja tidak menutup tirai supaya angin bisa masuk ke kamarnya.
Yuan juga tidak tahu jam berapa Meri kembali ke kamar, saat terbangun di lihatnya Meri sudah tertidur di sampingnya tanpa terlebih dahulu berganti pakaian apa lagi membersihkan riasan wajahnya.
“sepertinya gadis ini semalam, mabuk.” ucap Yuan sambil beranjak dari tempat tidurnya.
Berjalan masuk ke arah kamar mandi Yuan membersihkan dirinya agar tampak segar, berendam sedikit lebih lama dalam bathtube dengan aroma terapi yang menyegarkan agar dia bisa menghilangkan pusing di kepalanya, karna semalam dia juga terlalu banyak minum alkohol dibanding biasanya .
Entah berapa lama dia berada di dalam kamar mandi, saat keluar Yuan melihat sahabatnya yang tadinya tertidur kini sudah terduduk sambil menikmati teh paginya.
“mandi gih.” sapa Yuan sambil melemparkan handuknya ke arah Meri.
“ntar ah,, aku masih pusing nih.” jawab Meri.
Menangkap handuk yang di lempar Yuan, dan di letakannya di kursi yang ada di sampingnya.
“balik kamar jam berapa semalem.?” tanya Yuan sambil membuat secangkir coklat hangat untuk dirinya sendiri.
“jam tiga’an kali. Entahlah, aku juga gak tahu, aku aja balik kamar di anterin.” jawab Meri sambil mengangkat bahunya.
“di anterin sapa.? gila kamu ya,, gimana kalo kamu gak di anterin kekamar ini tapi ke kamar yang lain.” ucap Yuan dengan sedikit menggoda.
“kagak napa napalah, cowok semalem yang nganterin aku juga lumayan ganteng ini.” ucap Meri kemudian tertawa ngakak.
Meri berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.
Setengah jam kemudian Meri keluar dari kamar mandi, melihat sahabatnya duduk santai menikmati coklat hangat sambil bermain ponsel. Entah sedang bertukar pesan dengan siapa.
“lagi chat’an sama siapa sih.? serius amat.”
Belum sempat Yuan menjawab, ponsel Meri berdering. di lihatnya pada layar muncul nama manager narsis, Meri segera mengangkatnya.
“ya, kenapa.?” jawab Meri.
“okai, sepuluh menit lagi aku sampai di sana.” jawabnya kemudian menutup ponselnya.
“buruan siap siap gih.” ucap Meri kepada Yuan kemudian.
“lah emang kita mau kemana.?” tanya Yuan.
“kak Bram barusan ngabari kalau kita diminta datang ke taman pantai yang ada di belakang sekarang juga.” jelas Meri.
“emang mo ngapain kesana.?” tanya Yuan, tanpa beranjak.
“lah kan semalam udah dibilangin kalau hari ini ada produser yang mau ketemu sama kamu, gimana sih. Kamu kira semalam itu bercanda.?” ucap Meri sewot.
“lah iya,, aku kira semalem cuma becandaan doang. Kamu dan kakakmu bersama teman temannya.” jawab Yuan dengan wajah innocent.
“diiiih nih anak, masak bercanda sama mereka yang aku sendiri juga gak kenal siapa mereka. Yang aku kenal cuma kak Bram doang, karna dia sepupu gue. Buruan siap siap.” lanjut Meri menarik tangan Yuan agar berdiri dari sofa untuk bersiap siap.
Sepuluh menit kemudian Yuan sudah siap dengan riasan tipis, memakai rok jeans di atas lutut di padukan dengan sweater putih lengan panjang yang di tarik sedikit ke sikunya.
Dengan rambut diikat ekor kuda dengan poni, Yuan tampak begitu segar. Meri yang melihat sahabatnya, gatal ingin menggodanya.
“wah,, wah,, wah… aku yang perempuan aja bisa jatuh cinta sama kamu, apa lagi kaum jantan di luaran sana.” ucap Meri dengan tatapan menggoda.
“’jantan. Kamu kira ayam. Aku gak doyan sama ayam.” celoteh Yuan.
“beneran, aku bisa jatuh cinta sama kamu.” ucap Meri menggandeng lengan Yuan.
“diiih,, dasar kamunya aja yang lesbong.” ucap Yuan.
“sialan, kagak. Aku masih doyan perjaka tau.” Meri sewot, dan melepaskan lengan Yuan berjalan mengambil ponselnya di atas meja.
“yuk ah..”
“’emang mo ketemu di mana.?” tanya Yuan memastikan sekali lagi.
“udah ngikut aja, jangan banyak tanya. Tenang di jamin pasti aman.” jawab Meri sambil mengedipkan sebelah matanya dan mereka berjalan keluar kamar.
Setelah turun dari lantai dua, kedua gadis itu menuju ke arah taman dan mendekati sekumpulan pemuda yang sedang mengobrol santai.
“hallo semua…” sapa Meri ketika sudah berada dekat dengan mereka.
Delapan orang pemuda yang semua menggunakan celana pendek tersebut secara bersamaan menoleh ke arah sumber suara yang menyapa mereka.
Betapa terkejutnya Yuan, ketika mengetahui siapa yang ada di hadapannya. Sontak Yuan menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar dia tidak berteriak, dan spontan Yuan mundur selahkah karna kaget dengan apa yang ada di depan matanya.
Hampir saja Yuan terjatuh, beruntung pemuda yang berada di sampingnya dengan cekatan menahan punggung Yuan dengan pergelangan tangannya.
“kau tidak apa apa.?” tanya pemuda itu, masih dengan menahan tubuh Yuan.
Pemuda itu tidak lain adalah Ian.
Yuan yang masih kaget, tidak percaya dengan apa yang ada di di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya namun tidak bergerak sedikitpun.
“heiy,,, kau masih sadar kan.?” goda Meri.
“heiy,,” panggil Meri sekali lagi, kali ini sambil menyikut lengan Yuan karna yang di panggil tidak juga merespon.
“eh iya,, aku gakpapa” jawab Yuan dengan gelagapan dan bergerak menjauh dari lengan Ian.
“tolong cubit lenganku.” bisik Yuan kepada Meri.
Dengan segera dan semangat Meri mencubit lengan Yuan.
“AAAUUUWWww,, sakit. Kau gila.!” teriak Yuan dan melotot ke arah Meri, mengelus lengannya yang memerah karna sakit.
“kau sendiri yang minta di cubit, malah marah marah.” jawab Meri.
“ya tapi gak sekencang itu juga. Sakit tau.” Yuan sewot.
Sejenak mereka lupa, bahwa saat ini mereka tidak hanya berdua. Para pemuda itu hanya tersenyum melihat tingkah kedua gadis itu.
“silahkan duduk jika perdebatannya sudah selesai.” ucap Giyo.
Seketika mereka terdiam dan baru teringat jika mereka berada di tengah delapan orang pemuda keren.
“eh,, iya,, makasih. Aduh maaf,, iya.” ucap Yuan terbata, masih bingung dan salah tingkah.
Meri tertawa terbahak melihat tingkah sahabatnya, kemudian menarik lengan Yuan untuk duduk di sampingnya.
Kini mereka bersepuluh, duduk di tepi pantai di bawah tenda warna warni dan di temani dengan minuman dingin dan juga buah buahan tropis, juga camilan yang lain.
Deburan ombak dan angin sepoi sepoi, serta berada di antara para pemuda ini benar-benar membuat Yuan semakin tidak percaya dengan apa yang dia alami dan apa yang sedang terjadi saat itu.
“haiy semua, perkenalkan ini sahabatku Yuan.” ucap Meri memperkenalkan sahabatnya.
“heiy, aku tidak perlu memperkenalkan mereka kan, kau pasti sudah tahu siapa mereka. Kalau belum tahu siapa mereka, gak mungkin kamu sampai shock itu.” ucap Meri menggoda Yuan.
“Dan yang di ujung itu, kakak sepupuku. Semalam juga kamu sudah bertemu dengannya.” Meri melanjutkan.
"kau sudah mengenal mereka.?" tanya Yuan berbisik kepada Meri.
"tentu saja. Bahkan mereka selalu merepoti aku ketika berada di Siena." jawab Meri bangga.
“hallo semua salam kenal, perkenalkan aku Yuanita Hattaru, biasa di panggil Yuan.” ucap Yuan memperkenalkan diri sambil membungkukan sedikit kepala dan badannya.
“haiy Yuan,,, salam kenal. Entah kamu sudah mengenal kami atau belum, kami akan memperkenalkan diri. Aku Jonathan, panggil saja Jonath. Dia…” Jonath menunjuk ke arah pemuda yang ada di samping kanannya.
Belum sempat Jonath melanjutkan kata katanya, pemuda itu sudah menjawab.
“aku Jeano.”
“haiy,, aku Giyo.”
“Soni.”
“Jimi.”
“Hyungga.”
“dan aku Ian.”
Mereka memperkenalkan diri sambil mengangkat tangan, seperti anak Sekolah yang sedang di absen oleh gurunya.
“salam kenal ya.” ucap Jeano kemudian.