Disaat bumi dikuasai oleh para alien berwujud monster mengerikan. Dunia dilanda kekacauan dimana mana, Umat manusia harus berperang menghadapi ancaman yang nyata tersebut.
Ini adalah awal dari permulaan punahnya umat manusia dari tangan monster ganas, Perwujudan dari alien yang kejam.
Didunia yang hancur ini, Hanya yang terkuatlah yang disegani dan yang lemah hanya akan menjadi mayat tak berharga.
~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Terbangun Ditepian Jalan
Dua entitas makhluk terjadi adu cekcok satu sama lain dialam bawah sadar yang dipenuhi bintang kecil dimana mana.
Storm tidak terima terhadap Terra, Dia melakukan korupsi secara terang terangan.
Storm sudah susah payah menangkap pencuri yang dihajarnya barusan. Tetapi dia sama sekali tidak mendapatkan poin apapun, Dari hasil kerja kerasnya.
"Kau mau menipuku ya? Dasar makhluk penipu!.
Ucap Storm dengan nafas membara.
Dia tidak terima usahanya membantu orang lain, Seperti dikatakannya dulu. Sama sekali tidak mendapatkan poin tambahan.
Storm hafal sekali bahwa Terra seperti pejabat yang haus akan kekuasaan!
Tidak pernah puas dengan hasil yang didapat, Lalu menyuap dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri.
Storm harus membasmi tindak kelicikan itu, Bahkan kalau perlu dia melempar bom pada para pejabat.
Karena geram melihat permainan mereka yang sangat licik, Layaknya ular berbisa.
[Tenanglah, [Untuk mendapatkan poin tambahan ada aturannya sendiri.]
[Silahkan dengarkan penjelasan dari saya.]
Terra berusaha menjelaskan bahwa mendapatkan poin dengan menolong orang lain.
Memiliki syarat tersendiri untuk dipenuhi, Barulah poin didapat!
Storm segera menahan emosinya. Dia harus bersikap tenang dalam keadaan apapun. Meski sangat marah pada Terra, Storm mencoba untuk mendengarkan penjelasannya.
Storm segera meminta menjelaskan, Mengapa dia sama sekali tidak mendapatkan poin tambahan?
Bukankah dia sudah menangkap pencuri?
Seharusnya dia bisa mendapatkan poin tambahan!
"Cepat katakan padaku mengapa aku sama sekali tidak mendapatkan poin tambahan?'.
Terra sedikit lega, Tuannya itu tidak marah marah lagi. Lalu Terra mulai menjelaskan secara rinci kepadanya.
[Ada alasan mengapa poin tidak bisa didapat dari hasil menolong orang lain.]
[Salah satunya adalah pencuri tersebut tidaklah mati, [Dengan kata lain, Apapun penjahatnya harus dibunuh.]
[Maka poin akan diperoleh sesuai tingkat kekuatan dari penjahat tersendirinya.]
Terra menyebutkan bahwa Storm harus bersikap layaknya seekor monster haus akan darah.
Sebab Storm memiliki sedikit kesadaran monster, Dimana itu berasal dari Terra sendiri.
Terra memiliki wujud asli monster katak yang mengerikan, Namun karena levelnya terlalu tinggi.
Terra memilih berevolusi menjadi katak biasa, Dengan tujuan menjelajahi alam semesta lain.
Mencari tuan barunya dalam tugasnya sendiri!
Seperti Storm saat ini.
[Jika anda ingin memperoleh poin tanpa berburu monster.]
[Maka jadilah monster itu sendiri.]
Mendengar penjelasan dari Terra tersebut. Storm terdiam seketika, Pikirannya sibuk mencerna maksud darinya itu.
Rupanya dia harus membunuh siapapun yang dianggap jahat olehnya. Maka barulah poin didapatkannya.
Itu sama saja Storm seperti pembunuh keji dalam pemberantas kejahatan sendiri!
Layaknya seorang munafik, Membunuh orang yang dianggap jahat padahal dia sendiri lebih buruk dari yang dibunuhnya.
Storm segera menggeleng membayangkan dia menjadi manusia yang munafik.
"Tidak, Aku tidak mau harus membunuh sesama manusia!
Lebih baik aku tidak mendapatkan poin daripada harus dimusuhi satu dunia...
Storm berucap dengan tegasnya.
Dia tidak ingin gelar kepahlawannya. Harus dianggap pengkhianat oleh semua orang. Storm tidak menginginkan itu terjadi.
["HAHAHA.]
Terra tertawa lantang mendengar ketegasan dari Storm itu.
Lucu baginya, Mendengar dia tidak mau menjadi musuh sesama makhluk diplanet ini. Terra merasa tuannya itu, Seperti sangatlah bodoh dan polos sekali.
[Dengarkan aku manusia, Cepat atau lambat kamu sendiri yang akan menjadi monster itu sendiri.]
[Hahaha.]
Terra kembali menghilang setelah berucap itu.
Terra tidak mau harus terus terusan menjelaskan padanya, Bahwa dia bisa melihat masa depannya.
Terra tidak ingin mengatakannya, Karena Terra yakin Storm pasti tidak akan mempercayai apa yang dilihatnya.
"Terserah kau saja katak aneh'.
Storm tidak terlalu memperdulikan ucapan dari Terra itu yang seperti mengancamnya.
Dia harus bisa menjadi lebih baik lagi, Demi karirnya sebagai pahlawan ternama dikota ini.
Tidak lama setelahnya, Samar samar Storm mendengar ada suara seseorang yang memanggilnya.
"Hei bangunlah, Ngapain tidur dipinggiran jalan ini?'.
Wanita yang kehilangan tas itu, Berusaha membangunkan pemuda yang tidur ditepi jalan.
Karena pemuda itu, Kini tas berharganya bisa diselamatkan dengan baik olehnya.
Dia harus berterima kasih atas kebaikannya itu!
'Eh, Dimana aku?'.
Storm celingak celinguk mengingat kenapa dia bisa tidur dipinggir jalan ini.
Seperti pengemis minta recehan pada orang yang lalu lalang!
Setelah mengotak atik otaknya. Storm baru ingat, Dia tidur ditepi jalan ini karena kelelahan menangkap pencuri itu.
"Ah, ya...
Aku baru ingat!
Storm bangkit berdiri setelah mengingat terakhir kali dalam ingatannya.
"Terima kasih atas kebaikanmu, Karena tas ibu akhirnya bisa selamat...
Wanita yang memiliki nama Ninda Patrine Seorang dokter dari rumah sakit Healing Nixe.
Sebuah rumah sakit ternama di Distrik A ini.
'Tidak apa bu, Saya hanya patroli aja...
Anggap saja saya menuntaskan pekerjaan saya!'.
Storm menggaruk kepalanya tidak gatal.
Dia menangkap pencuri karena mencari tahu dimana keberadaan perampok bank Daqerx berada. Tidak ada niatan tulus menolong tas wanita asing baginya.
"Tidak perlu panggil ibu, Panggil saja dokter Ninda...
Wanita bernama Ninda itu, Meminta pemuda itu memanggilnya dokter saja. Tak lupa menawarkan pemuda itu untuk singgah ditempat kerjanya.
'Ah, Dokter ya?.
Storm mengangguk paham mendengarnya.
Storm tidak menyangka wanita yang tidak seperti seorang dokter itu. Ternyata dokter yang handal dalam penyamaran.
Storm harus memuji penyamaran yang efektif bagi wanita itu.
'Ini saya ada uang buat kamu karena menolong saya!
Diterima yah?.
Dokter Ninda mengambil beberapa lembaran uang yang banyak dari tasnya.
Lalu menyodorkan uang itu sebagai hadiah terima kasihnya.
'Hehe, Makasih bu dokter anda memang baik sekali!'.
Storm dengan cepat merampas uang pemberiannya.
Dengan uang sebanyak ini, Storm berniat mengganti penampilannya menjadi lebih baik lagi.
"Omong omong, Apa boleh saya tahu nomor ponselmu siapa namanya?.
Stor, Ston, Storm?
Namamu sulit sekali disebut!".
Dokter Ninda berharap bisa meminta nomor ponsel pemuda itu. Dia harus bisa lebih dekat lagi bersama pemuda setampan itu.
Dokter Ninda tidak mau membuang kesempatan didepan matanya hilang begitu saja, Dia harus lebih dekat lagi dengan pemuda bernama Storm itu.
'Aduh maaf dokter, Saya lupa bawa ponsel saya...
Lain kali aja!'.
Storm mencari alasan untuk nomornya tidak diketahui oleh wanita yang baru dikenalnya.
Storm yakin dokter Ninda pasti ingin meminjam uangnya jika ada keperluan.
Dia tidak mau dijadikan depkolektor keliling oleh orang lain, Sebisa mungkin Storm tidak mau memberi pinjaman pada siapapun.
Termasuk wanita dewasa didepannya itu!
"Begitu ya?'.
Dokter Ninda tampak kecewa, Padahal sedikit lagi dia bisa dekat bersama pemuda tampan itu.
Tidak kehilangan akal, Dokter Ninda mengambil kartu identitas miliknya lalu memberikannya pada Storm.
"Ini kartu identitas milik saya, Kapan kapan berkunjunglah kerumah sakit Healing Nixe...
Saya dengan senang hati mempersilahkan kedatangannya!'.
Storm mengambil kartu yang berbentuk kotak sedikit panjang itu. Lalu membaca mulai dari nama hingga tempat kerja milik dokter Ninda.
Storm paham, Dia menyimpan kartu itu disakunya. Dia menghormati atas pemberian benda tidak berharganya itu.
'Baik, Lain kali saya berkunjung kerumah sakit itu...
Storm dengan senang hati menerima tawaran dari dokter Ninda.
Jika dia sakit atau luka luka, Lalu pergi kerumah sakit bernama Healing Nixe itu.
Maka dia pastinya akan digratiskan, Dengan begitu Storm bisa menghemat uang miliknya.
Tanpa mengeluarkan sepersen pun uang miliknya!
Setelah itu dokter Ninda pamit undur diri, Karena dia harus melayani banyak pasien hari ini. Storm mempersilahkan wanita itu pergi dari sini.
'Apa apaan kartu ini?
Lebih baik aku buang saja!
Wussh!
Melihat keadaan tampak sepi. Storm membuang kartu identitas dari pemberian dokter Ninda.
Storm sama sekali tidak memedulikannya. Baginya uang adalah segalanya, Tawaran apapun selain uang tidak membuatnya tertarik sama sekali.