Falling Stars

Falling Stars

1. Seorang Pencuri

Sad Reading!

--

"Kring! Kring!

Ada penyusup! Ada penyusup!'.

Alarm berbunyi dipabrik Endles dikota Nirvana yang berbasis pada memproduksi barang barang canggih. Para karyawan dan pekerja berhamburan karena terjadi kekacauan dipabrik.

"Huh! Huh! Huh!...

Storm Realms, Remaja belasan tahun berlari dari kejaran robot canggih yang dikendalikan jarak jauh mengejarnya.

Saat ini, Storm bersembunyi disebuah gang sunyi menghindari robot robot berjaga didepan gang tempatnya bersembunyi.

Storm secara diam diam mencuri jam tangan yang terlihat mewah, Tetapi memiliki fitur yang sangat canggih.

Tapi sayangnya, Storm tidak menggunakannya. Melainkan ingin menjualnya, Lantaran Storm sangat terobsesi dengan uang.

"Hahaha!

Aku akan punya banyak uang!... Storm menyungging senyum kemenangan, Membayangkan akan memiliki banyak uang.

Storm anak yatim piatu yang tidak memiliki keluarga, Dirinya hanya tinggal dirumah sederhana jauh dari perkotaan.

Storm nekat mencuri bukan karena sebab, Diumurnya yang terbilang muda Storm sangat ahli dalam mencuri.

Meski begitu, Storm tidak takut diketahui oleh polisi kota. Dia sangat yakin, Polisi sekalipun tidak ada yang mengira dia adalah ahli pencuri.

Setelah mendapat banyak uang, Dengan menjual jam tangan hasil curiannya disalah satu toko penjual emas. Storm menepuk nepuk uangnya, Tertawa senang melihat gepukan uang yang dipegangnya.

"Dengan uang ini, Aku akan menjadi orang kaya...

Hahaha!".

Storm bisa membeli rumah yang besar, Membeli makanan mewah direstoran ternama. Dan, Apapun dengan uang, Dia akan menjadi orang kaya raya.

Saat Storm tertawa senang, Membawa banyak uang didalam tas yang cukup besar itu.

"Wusssh!

Tas yang didalamnya berisi banyak uang, Dirampas oleh penjahat dan berlalu begitu saja.

"Eh, Lepaskan...

Berhenti, Woi!"... Storm segera mengejar penjahat yang berlari dijalanan kota.

Baik Storm dan penjahat saling kejar kejaran dijalanan trotoar jalanan. Mereka menghiraukan orang yang lalu lalang.

'Berhenti!". Storm tak menyerah, Dia terus berlari mengejar penjahat yang membawa kabur uangnya.

Namun, Penjahat tersebut yang sudah ahli dalam pelarian. Dengan mudah, Mengecoh Storm memasuki jalanan gang sempit.

"Kejar kalau bisa!

Ejek penjahat, Dengan wajah yang meremehkan sambil terus berlari.

"Sialan, Akan kutangkap kau!... Storm mempercepat larinya, Mencoba meraih bahu penjahat itu.

Bruak!..

Penjahat itu membelokkan tubuhnya kesamping, Lalu segera menghilang dari gang sempit ini.

Storm yang tertabrak tembok dinding ditepian, Meringis kesakitan. Matanya melihat kepergian penjahat itu yang membawa tas berisi uangnya.

"Tidak, Uangku!...

Storm sedih berkali kali, Dia selalu gagal dalam mendapatkan uang. Padahal Storm hanya ingin hidup nyaman saja, Tetapi berakhir kehilangan harapannya.

Dengan luka memar diwajahnya, Storm berjalan gontai meninggalkan tempat ini.

"Ah, Sial sekali hidupku!...

Storm menghela nafas kasar, Sembari menatap kearah langit meratapi kehidupannya.

Sejak berumur sepuluh tahun, Storm hidup sendirian dikota ini. Neneknya bercerita dulu, Dia ditemukan saat masih bayi ditong sampah.

Storm sudah mencoba berusaha mencari siapa orang tuanya, Tetapi tidak pernah menemukan mereka. Baginya, Hidup sendiri seperti ini sudah biasa tidak berharap lagi pada orang yang membuangnya.

"Aku pulang...

Storm tiba dirumah tempat tinggalnya, Dengan wajah lesu.

Hari yang membosankan!"... Keluhnya berbaring dikasur kamarnya, Lalu setelahnya tertidur pulas.

Keesokan harinya, Storm seperti biasa berangkat kesekolahnya. Disepanjang jalan, Storm melihat banyak keluarga yang pergi berkunjung ketempat hiburan, Begitu bahagianya.

'Huh!...

Storm menghiraukan mereka semua, Lalu segera menuju sekolahnya.

Sekolah Elite Pahlawan, Sebuah sekolah yang menjadi predikat terbaik dikota Nirvana. Sekolah ini, Menghasilkan banyak lulusan terbaik disetiap tahunnya.

Storm dapat masuk kesekolah Elite, Karena Walikota kota Nirvana merasa iba padanya.

"Hei bodoh, Kita bertemu lagi!...

Seorang siswa laki laki terlihat tampan, Bersama dua temannya. Mencegat Storm sembari merendahkannya.

"Kalian lagi!"... Storm menggertakan giginya melihat tiga orang dihadapannya.

Rein Reishalf, Putra sulung dari Greyson Reishalf. Kepala sekolah Elite ini, Tak cuma itu. Greyson cukup disegani dikota ini, Karena dia termasuk tokoh penting dikalangan petinggi kota.

Storm tentu tak mau melawannya, Karena dia bisa saja dikeluarkan dari sekolah ini kapan saja. Jika berani melukai putra dari pemilik sekolah Elite ini, Storm hanya bisa menghiraukannya saja.

"Lihat orang bodoh ini, Sepertinya dia ingin kita hajar!"...

Tangan Rein terasa gatal, Ingin menonjok wajah menyebalkan Storm itu.

Kedua temannya, Baik Weavon dan Benny. Mengangguk setuju, Mereka kesal melihat wajah Storm yang minta dihajar.

'Hentikan kalian...

Dari arah belakang terdengar suara, Menghentikan Rein dan temannya.

"Apa kau baik baik saja, Storm?"... Tanya siswa itu kepada sahabatnya yang berdiri disampingnya.

"Kau melihatnya sendiri, Bukan?"... Tanya balik Storm.

Jika ingin adu kekuatan, Bolehkah aku ikut Rein?"...

Kael Tell, Siswa berandal yang terkenal akan keganasannya dalam bertarung. Sekaligus sahabat baik Storm, Sejak mereka bertemu saat masih kecil.

Meskipun Storm, Tidak seperti Kael yang ahli dalam bertarung. Dirinya hanyalah siswa lemah yang sibuk memikirkan uang saja.

"Berkelahi bukan disini, Tempatnya!".

Rein, Geram dengan kedatangan Kael.

Rein sangat tahu siapa itu Kael, Dia adalah siswa gila yang suka bertarung. Terutama menghadapi geng geng kota sendirian saja.

Meski begitu, Rein tak mau gegabah. Menghadapi siswa gila seperti Kael itu. Tak perlu dengan fisik, Cukup dengan cara licik.

"Oh ya, Dimana tulang yang ingin kupatahkan?"...

Kael bertanya dengan meremehkan kepada Rein, Tak lupa mengejeknya adalah siswa lemah yang hanya berlindung dibalik nama ayahnya.

Kael tahu, Jika berurusan dengan Rein maka akan menghadapi masalah besar. Oleh karenanya, Kael mencoba menakut nakutinya.

Menggunakan julukan julukan kuatnya, Agar Rein tidak mengganggu Storm lagi.

"Ayo kita pergi!...

Rein dan dua temannya, Segera pergi dari sini setelah tak punya celah menang menghadapi Kael.

"Harus berapa kali kukatakan padamu, Storm!

Ikutlah denganku, Kita akan memberantas geng geng kuat dan mengasah skill bertarungmu...

Kael mengajak temannya itu, Untuk terjun bersamanya menjadi pahlawan dibalik bayangan.

Melindungi kota ini, Dengan memberantasnya tanpa mengharapkan imbalan.

"Kau melihatnya sendiri, Bukan?".

Rein bisa kapan saja melukaimu, Lebih baik kau ikut denganku...

Kael menasihati Storm, Sebagai seorang laki laki sungguh geli rasanya apabila tidak bisa bertarung.

Storm menggeleng pelan, Dia tidak tertarik ikut dengan Kael. Storm hanya tertarik pada uang, Baginya menjadi pencuri lebih diuntungkan daripada menjadi petarung tidak jelas.

"Asal kau tahu Kael, Aku sangat ahli dalam mencuri...

Lebih baik, Kita bersekutu membentuk aliansi kelompok pencuri!". Storm, Mengajak Kael mendirikan organisasi kejahatan.

Kael menggeleng pelan, Dia tidak tertarik menjadi pencuri. Bagi Kael, Pertarungan hidup dan mati sudah menjadi makanan sehari harinya.

Mana mungkin, Seorang yang dikenal tangguh. Berpindah profesi menjadi pencuri mata duitan.

"Kalau begitu, Kita hanya fokus mengembangkan bakat kita saja...

Siapa tahu nanti, Kita berdua menjadi orang kaya raya!". Storm menasihati Kael, Tentang berjalannya waktu terutama pada hidup mereka.

Terserah kau saja, Storm!".

Tapi apa yang kita lakukan bukanlah bakat, Melainkan tindak kebodohan...

Kael menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Mendengar ocehan dari Storm.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!