Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Teguran
Dafina segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Digo.
"Permisi Tuan, saya ingin memberikan laporan beberapa hari lalu." ucap Dafina dengan beberapa map didepan dadanya yang sengaja ia tutupi terlebih dahulu agar menjadi kejutan untuk Digo saat ia membukanya nanti.
Digo mengangguk. "Hmm... Berikan." titahnya dengan nada datar.
Dafina segera berjalan mendekati meja Digo dan perlahan menurunkan map tersebut dan menaruhnya di atas meja sambil sedikit membusungkan dada.
Dalam hati Dafina tengah tersenyum lebar, karena kali ini Digo pasti akan langsung melihatnya.
Dan benar saja, bola mata Digo langsung tertuju pada belahan dada yang terpampang nyata jelas di depan wajahnya.
namun bukan tatapan yang seperti Dafina inginkan, Digo justru melihatnya dengan tatapan tajam dan kerutan alis yang nampak jelas diwajahnya, meskipun Dafina kini belum menyadarinya.
Digo langsung mengalihkan tatapannya. Sementara Dafina kini telah merasa jika kali ini dia sudah menang.
Kling!!
Ponsel Digo berbunyi, sebuah pesan masuk dari mamanya. Digo segera meraih ponselnya dan membaca isi pesan tersebut.
"Digo, mama membuat acara makan malam untuk ulang tahun papa mu malam ini. Jangan lupa, datanglah bersama istrimu ." isi pesan tersebut.
Digo pun membalasnya jika ia pasti akan datang nanti malam bersama Kinara.
Dafina membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan ke arah pintu ruangan tersebut, sebelum akhirnya langkahnya terhenti karena suara panggilan Digo.
"Dafina?" panggil Digo dengan datar.
Dafina berhenti dan langsung tersenyum manis penuh arti. "iya Tuan." jawabnya sambil menengok ke arah Digo.
"Duduk!" titahnya. Dafina segera patuh dan duduk dikursi depan meja Digo.
Digo menyatukan jari-jarinya lalu menatap serius pada Dafina. "Kamu sudah lama menjadi sekertaris ku bukan?" tanya Digo lalu.
"Benar Tuan." jawab Dafina dengan senyum manis yang tidak hilang dari wajahnya.
"Dan aku harap kamu belum bosan dengan jabatanmu saat ini. Sebelum aku memintamu untuk mengganti bajumu dengan seragam office girl, lain kali perhatian cara berpakaian mu sebelum memasuki ruanganku." tekan Digo dengan tatapan tajam seolah tengah mengintimidasi.
Senyuman manis itu langsung turun dari wajah Dafina, berubah menjadi raut wajah masam begitu mendengar teguran dari Digo. Ini sungguh sangat diluar ekspektasi Dafina. Bukan ini yang Dafina ingin dengar dari mulut digo. Gadis itu kini sangatlah geram dalam hatinya.
Tapi, orang gila mana yang mau jabatan seorang sekretaris pribadi diganti menjadi office girl? Tentu saja Dafina sangat tidak sudi.
"Baik Tuan, saya minta maaf." ucap Dafina sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm,, kalau begitu keluarlah.." titah Digo lalu.
"Baik Tuan." jawab Dafina sambil menundukkan kepalanya.
Sungguh patah hati hebat Dafina saat ini, bukan hanya penolakan yang ia dapatkan. Karena nyatanya Digo sama sekali tidak memiliki ketertarikan padanya. Bahkan Digo mengancam akan menggeser jabatannya jika dia berani menggoda Digo dengan terang-terangan seperti tadi.
Dalam ruangannya kini Dafina sungguh sangat kesal, bibir manisnya pun tidak henti-hentinya mengumpat.
"Menyebalkan sekali! sungguh menyebalkankaan!!" ucap Dafina sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
"Apa Tuan Digo itu sudah tidak waras? kenapa dia begitu tega padaku? Ini tidak adil!" umpat Dafina. "Ini semua gara-gara Renata! Wanita jalang itu yang sudah merebut semuanya dariku!" cerocosnya lagi tak berhenti-berhenti menyalakan orang-orang yang ada disekitarnya.
......................
Sekitar jam sepuluh lima belas menit, Renata baru saja sampai dikantor Melviano grup. Wanita cantik itu langsung masuk dengan dress pendek berwarna merah muda dengan lengan tertutup sampai siku. wanita cantik mulai naik ke lantai atas menggunakan lift.
Saat akan keluar, kebetulan sekali Renata berpapasan dengan Digo, Jovan dan juga Dafina baru saja akan keluar meeting.
Renata yang langsung ingin tersenyum lebar dan memeluknya begitu melihat wajah tampan suaminya didepan lift, harus ia tahan menjadi sebuah senyuman simpul.
"Selamat pagi Tuan Digo." sapa ramah Renata sambil memberikan hormat dengan menundukkan kepalanya saat Renata telah keluar dari lift.
Digo menangkap stelan baju yang Renata kenakan pagi ini. Itu terlihat lumayan seksi, hingga Digo tidak rela jika orang-orang ikut menikmati pemandangan indah dari tubuh istri gelapnya itu.
"Pagi." jawab Digo dengan wajah datar, meski sebenarnya ia juga sangat ingin mencubit gemas pipi Renata sebagai hukuman karena penampilannya.
"Anda baru saja berangkat?" tanya Digo lalu. Ia sengaja menggunakan bahasa formal agar orang-orang disekitar mereka tidak curiga.
"Ya Tuan, saya ada urusan penting yang tidak bisa ditunda. Saya juga sudah meminta ijin pada Tari untuk masuk agak siang." ujar Renata, yang sebenarnya mereka berdua pun sudah sama-sama tau.
Dafina menatap dengan tatapan sinis pada Renata. "Lihatlah jalang ini, memangnya dia pikir dia siapa! datang kekantor dengan sesuka hati." batin Dafina.
Digo menganggukkan kepalanya. "Hmm.. Setelah istirahat siang, masuklah ke ruanganku dan lain kali jaga penampilanmu.. Nona Renata." ucap Digo memperingatkan.
Renata langsung mengerutkan alisnya, dan menundukkan kepalanya menatap ke arah pakaian yang tengah ia kenakan saat ini.
Sebenarnya pakaian itu biasa saja, tapi berhubung Renata memiliki tubuh yang terlalu indah dan padat, membuatnya seolah selalu terkesan seksi dengan pakaian yang melekat pada tubuhnya.
"Hegh! Baru tau rasa kamu jalang! Kamu pikir kamu siapa? Aku yakin, setelah ini kamu akan mendapatkan teguran keras dari Tuan Digo." batin Dafina lagi.
Sementara Renata mengoreksi tubuhnya, Digo, Jovan dan juga Dafina langsung masuk ke dalam lift.
Renata langsung menekuk wajahnya saat ia berbalik menatap lift, namun pintu itu sudah tertutup.
"Ada apa sih! Biasanya juga aku pakai pakaian yang seperti ini." gerutu Renata sambil berjalan meninggalkannya lift.
Kini Renata mulai memasuki ruang pemotretan.
"Ren, kamu sudah berangkat?" sapa Tari.
"Iya, maaf jika aku harus berangkat agak siang." jawab Renata.
"Tidak masalah, lagi pula hari ini kami hanya akan mengambil beberapa gambar saja. Setelah itu kamu boleh pulang." terang Tari.
"Baiklah."
"Kalau begitu, ganti bajumu dulu. Aku sudah menyiapkan pakaian yang harus kamu pakai sekarang." ucap Tari lalu mengambil pakaian dari gantungan baju yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Ini dia." ucap Tari sambil memberikan pada Renata.
"Emm.. terimakasih Tar," ucap Renata.
"Sama-sama."
"Tari apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Renata.
"Apa ada yang salah dengan penampilanku hari ini?" tanya Renata.
Tari mengundurkan satu langkah dari Renata dan mulai menilainya.
"Aku rasa tidak, memangnya kenapa?" tanya Tari.
"Tidak apa-apa, hanya saja tadi Tuan Digo menegurku karena penampilanku. Jadi aku pikir pasti ada yang salah denganku." ucap Renata dengan meruncingkan bibirnya.
"Mungkin tuan Digo hanya sedang banyak pikiran. Tidak perlu di ambil hati." ujar tari.
"Ya, mungkin begitu." jawab Renata sepakat.
/Heart/