NovelToon NovelToon
MENAKLUKAN SANG PEWARIS

MENAKLUKAN SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Henny

Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Bukan Saingan Kalian

Elora keluar dari ruangan keluarga itu dengan menggunakan pintu yang menghadap ke arah kolam renang.

Langkahnya terhenti saat di hadang oleh 2 gadis cantik yang adalah pesaingnya untuk menaklukan sang pewaris.

"Hola mi nombre es Cecil. (Hai, nama saya Cecil)" kata Cecil yang berambut coklat karamel.

"Hola, saya Anna." ujar Anna yang berambut blonde.

"Saya Elora." Elora memperkenalkan namanya juga walaupun ia tahu kalau mereka sudah mengetahui namanya.

"Elora, jika kamu tidak tahu bagaimana cara berdandan, biar kami ajarkan." kata Cecil.

"Oh, jangan khawatir. Aku suka dengan gayaku sendiri. Kalian jangan takut ya, karena aku pasti tak akan bisa menyaingi kecantikan kalian untuk merebut hati Enrique. Jujur saja, aku tak suka dengan Enrique." kata Elora lalu segera berlalu dari hadapan 2 gadis itu. Ia menuju ke kamarnya, menyimpan buku itu di laci nakas kemudian keluar lagi dari kamar itu.

Cuaca siang menjelang sore ini begitu panas dan Elora belum mengenal daerah ini. Ia mengikuti kata hatinya kemana pun kakinya membawa dirinya.

Mata Elora berbinar saat melihat sebuah ayunan. Setengah berlari ia menuju ke ayunan itu dan duduk di atasnya. Elora jadi ingat saat ia bermain dengan kedua sepupunya di kampung.

"Mau aku dorong?"

Elora menoleh mendengar sapaan itu. Seorang lelaki tampan dengan tinggi atletis berdiri di sampingnya.

"Hai....." sapa Elora sambil memasang tanpa awas karena ketemu dengan orang baru.

"Saya Pedro. Kamu siapa? Sepertinya kamu orang baru di sini. Ataukah saya sedang bertemu dengan bidadari?"

Elora tertawa. Cowok ini terlihat gombal. "Elora."

"Waw, nama yang sangat cantik. Seperti nama bidadari."

"Kamu gombal."

Pedro menatap Elora. "Mungkin saya gombal. Tapi saya jujur jika berbicara tentang kecantikan."

"Oh ya?"

"Kamu dari mana?"

"Saya baru datang dari Indonesia. Saya tinggal di rumah itu!" kata Elora sambil menunjuk mansion keluarga Gomez.

"Oh, jadi kamu salah satu calon istri sepupuku?"

"Sepupumu?"

"Mamaku, adalah adik dari papanya Enrique. Beruntung sekali Enrique dikelilingi oleh banyak gadis cantik."

Elora memperhatikan pakaian Pedro. "Kamu seorang dokter?"

"Bagaimana kamu bisa tahu? Aku tidak menggunakan jas putih."

"Kemeja yang kamu gunakan ada nama merk obat. Di balik aroma parfum yang kamu gunakan, aku juga dapat mencium bau obat. Sepertinya kamu baru selesai melakukan operasi ya?"

Pedro mengerutkan dahinya. "Kok kamu bisa tahu? Jangan-jangan kamu ini penyihir ya?"

Elora tertawa. "Aku seorang perawat. Tepatnya baru lulus dari sekolah keperawatan di negaraku namun kini sudah harus berada di sini karena perjanjian antara 2 orang sahabat. Mamaku dan mamanya Enrique."

Pedro menatap kagum pada Elora. "Aku kagum dengan kamu. Pasti sedih ya tak bisa menjalankan tugas lagi sebagai seorang perawat."

Elora menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Kata bibi Tizza, aku bisa bekerja di rumah sakit keluarga mereka."

"Kalau begitu kamu bisa datang besok. Perkenalkan, aku direktur rumah sakitnya. Berangkatnya jam 7 pagi karena jarak rumah sakit dari perkebunan ini membutuhkan waktu 1 jam lebih."

Elora tertawa. "Nggak secepat itu. Aku kan belum punya seragam."

"Gampang lah. Nanti aku usahakan."

Ponsel Elora berdering. Ia melihat ada panggilan dari Tizza. "Bibi, aku sedang jalan-jalan. Baiklah." Elora menatap Pedro. "Semoga kita bisa bekerja sama ya?" Elora segera berlari meninggalkan Pedro. Gadis itu menyeberangi taman bunga tanpa memperhatikan kalau di atas balkon lantai 3, ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.

Pembantu berkulit hitam yang tadi menjemput Elora makan siang menyambut gadis itu di depan pintu.

"Aku Nuna. Mereka memanggil ku si hitam Nuna."

Elora menatap Nuna. "Tapi kamu cantik."

Nuna mencolek hidung Elora. "Kamu sama persis seperti ibumu."

"Nuna mengenal ibuku?" tanya Elora penasaran.

"Ya. Aku bekerja di rumah ini sebelum nyonya Tizza menikah dengan suaminya. Ibu mu adalah gadis yang selalu tersenyum dan membuat banyak lelaki menyukainya. Semoga saja nona bisa menaklukan tuan Enrique."

"Mengapa harus menaklukan? Cinta itu datang secara alami."

Nuna mengusap kepala Elora. "Nak, hati-hati dengan Cecil dan Anna. Mereka sangat licik karena ingin mendapatkan hati tuan muda. Mereka tahu kalau kamu kesayangan nyonya Tizza pasti mereka merasa kalau kamu adalah saingan yang berat."

"Aku nggak mungkin bersaing dengan mereka. Lagi pula, aku tak tertarik dengan tuan Enrique."

"Tuan Enrique kan tampan."

Elora tertawa. "Tampan? Menurutku dia tak tampan. Tapi menyeramkan."

Elora dan Nuna menuju ke kamar Tizza tanpa menyadari bahwa di atas tangga, percakapan mereka di dengar oleh Enrique. Wajah lelaki itu nampak marah, tersinggung dan kesal karena dibilang menyeramkan.

*********

Makan malam dilalui oleh Elora dengan senyum yang dipaksakan. Anna dengan sombongnya menunjukan hasil masakannya.

"Bagaimana, nak? Kamu suka?" tanya Simone.

Enrique mengangguk. "Enak." jawabnya singkat disambut wajah sumringah Anna.

Malam ini Nuna memaksa Elora memakai salah satu gaun yang ada di lemari. Sebenarnya Elora tak mau namun Nuna tak menyerah untuk menyuruhnya memakai gaun berwarna biru tersebut.

Selesai makan malam, mereka duduk di ruang keluarga sambil menikmati kopi dan kue buatan Cecil.

"Elora, kapan kamu akan menunjukan kemampuan memasakmu?" tanya Hernandes Gomez, ayahnya Enrique.

"Maaf paman. Aku nggak bisa masak." jawab Elora membuat Cecil dan Anna tertawa.

"Kalau kamu ingin menjadi istri cucuku, kamu harus belajar memasak." ujar Simone.

"Tenang saja, kakek. Seorang perempuan tangguh itu bukan hanya dinilai dari masakannya, tapi juga dari keahliannya yang lain." jawab Elora dengan tegas. "Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk melakukan apa yang tidak disukainya. Jujur, aku tak suka memasak. Aku lebih suka makan."

Tizza nampak kesal karena Elora menjawab sesuatu yang tak diinginkan oleh putranya.

"Tenang saja. Aku yang akan mengajari Elora memasak." ujar Tizza.

Selesai acara minum kopi dan kue buatan Cecil yang menurut Elora tak enak itu, Elora segera menuju ke kamarnya. Ia sebenarnya belum mengantuk namun malas berbasa-basi dengan Enrique yang wajahnya seakan putus urat senyum.

Sampai jam 10 malam, Elora tak bisa tidur. Itu karena ia masih lapar dan juga perubahan jam antara Indonesia dan Spanyol yang berbeda.

Gadis itu memutuskan keluar kamar. Ia duduk sebentar di depan kolam ikan. Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke dapur. Mencari sesuatu yang bisa di makan.

Nuna sudah menunjukan padanya lemari tempat bahan makanan yang menurut Elora itu bukan lemari, melainkan gudang.

Gadis itu mengambil 2 butir telur, bawang putih, bawang Bombay, kecap dan beberapa cabe keriting. Ia membuka kulkas dan mengeluarkan sepotong daging ayam. Sambil merendamnya di air, Elora memeriksa Magicom dan bersyukur ada nasi di sana.

Ia pun menyiapkan bumbu nasi goreng, Elora pun mulai memasaknya.

"Ini baru enak.....!" ujar gadis itu lalu membalikan badannya. Ia hampir berteriak kaget saat melihat sosok Enrique yang berdiri di depan pintu masuk.

"Kamu menakutkan aku saja." ujar Elora lalu duduk di depan meja pantry.

"Tak bisa masak dan hanya tahu makan?" tanya Enrique sambil melangkah masuk. Ia duduk di hadapan Elora.

"Ya. Aku hanya bisa masak nasi goreng. Mie instant dan sayur asem. Semua masakan itu pasti tak masuk kategori memasak menurut orang Spanyol." Elora menikmati masakannya.

"Mundur saja." kata Enrique.

"Mundur?"

"Ya. Pulang ke Indonesia karena kamu tak mungkin akan menang untuk menjadi nyonya Gomez."

Elora terkekeh. "Aku mau saja pulang ke Indonesia. Karena aku tak berharap akan jadi nyonya di rumah ini. Aku bahkan tak tertarik padamu. Karena bagiku, pernikahan itu harus datang dari dua hati yang menyatu. Bukan atas dasar kriteria bisa masak, tahu tentang anggur, cantik dan manis. Aku tak mau merubah diriku hanya karena ingin menyenangkan orang lain. Aku hanya menghargai mamamu dengan tetap ada di sini. Kan semua keputusan akhirnya ada padamu. Jadi untuk apa kamu menyuruhku pulang lebih awal?" Elora melanjutkan makannya. Enrique menatap Elora tajam.

"Aku tak mau menyakiti mamaku dengan menolak kamu sebagai calon istri yang dia inginkan."

"Tenang saja. Aku akan jatuh cinta pada lelaki lain yang tampan dan murah senyum di daerah sini sebelum waktunya tiba."

Enrique segera meninggalkan Elora. Ia lega karena Elora nampak tak tertarik padanya. Enrique sebenarnya sudah punya seseorang yang dia inginkan.

***********

Tawa Elora pecah saat ia dan Pedro masuk ke ruangan anak, dimana ada seorang anak yang sangat pintar membuat gerakan-gerakan lucu.

Hari ini adalah hari ketiga Elora berada di Spanyol dan dia diijinkan untuk mulai bekerja.

Rumah sakit ini memang tak begitu besar namun Elora sangat menyukai semuanya. Ia bersyukur sejak kecil mamanya mengajari dia dengan ketat bahasa Spanyol dan bahasa Inggris sehingga tak ada kesulitan baginya untuk berkomunikasi.

Pedro mendapatkan seragam untuk Elora. Dan gadis itu sangat menyukai seragamnya. Ia mengirimkan fotonya kepada paman dan bibinya.

"Elora, tolong ada pasien yang kecelakaan baru masuk!" panggil Tina, perawat yang usianya 10 tahun lebih tua dari Elora. Gadis itu segera berlari ke IGD.

Seorang lelaki nampak terluka di bagian kepala dan kakinya. Elora segera melakukan pertolongan awal sedangkan lelaki itu menatap Elora tanpa berkedip. Apalagi saat melihat kalung yang Elora pakai.

"Siapa kamu?" tanya lelaki berusia sekitar 50an itu.

"Saya Elora. Perawat baru di sini."

"Elora?"

***********

Bagaimana menurut kalian dengan cerita ini?

1
Apriyanti
apa itu Anna atau kakek nya dr ayah
lanjut thor 🙏
tintiin21
skrg apa yg akan km lakukan Enrique...🤔🤔🤔
waduh 50 biji aja mantan dokter pedro...😂😂😂
astaga si penjahat bisa menemukan Elora... 😱😱😱
Eka ELissa
siapa dia....hnya emak yg tau....
Eka ELissa
50....😲😲😲itu pacaran apa gnti sikat gigi Pedro ....😄😄🤣🤣🤣smpe sgtu nya .....saking murah meriah kah cinta mu mbok obral 2 /Facepalm//Joyful//Facepalm/
ly🧚‍♀️
ini ibu tirinya elora atau anna sih 🤔
wati
masih jadi misteri
Makaristi
masih teka-teki yah..
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
rinny santoso
duh siapa yg pengen elora celaka.... Anna kah atau istri elroy....
gws mami....
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
siapa sih orang itu apa mungkin istri dari Elroy ato anak angkatnya
Tina Ajay
apa itu ibu tirinya elora🤔🤔
gia nasgia
Enrique dan Elora nggak sadar kalau baby dalam kandungan Elora,yg membuat mereka menjadi dekat 😍sehat"bumil dan si baby sampai lahiran
Eka ELissa
nah loh dilema dia... Enrique
Eka ELissa
smoga ank mu baik2 aj El prnh alamin kyk kmu 😭😭😭dia dgn ku cumn itungan bulan El...🥹🥹🥹😭
Eka ELissa
mengangkat knpa jdi mengikat Mak...😁😁😁
tintiin21
berharap baby bs menyatukan org tuanya Elora&Enrique... 🤗🤗🤗
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Maria Kibtiyah
semoga nantinya elora menikah sama enrique ... si anna lama2 keliatan muka aslinya
Heni Fitoria
semoga bibi tizza juga ayahnya elora segera tahu
Tina Ajay
Anna ternyata sangat menyebalkaaaaaan
rinny santoso
ernique perlahan2 mulai memikirkan elora... masih penasaran siapa yg menukar hasil tes DNA elora dan elroy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!