Muak seluruh semesta saling membunuh dalam pertikaian yang baru, aku kehilangan adikku dan menjadi raja iblis pertama kematian adikku menciptakan luka dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canvas The Creator
Keheningan.
Tidak ada suara. Tidak ada cahaya. Tidak ada waktu.
Kemudian, perlahan-lahan, setitik cahaya mulai berpendar dalam kegelapan absolut. Cahaya itu membesar, memancarkan gelombang energi penciptaan yang murni. The Creator telah memulai karyanya yang baru.
Dimensi-dimensi mulai terbentuk satu per satu, seperti kristal yang tumbuh dalam kegelapan. Masing-masing memiliki karakteristik uniknya sendiri - beberapa dipenuhi cahaya, yang lain tenggelam dalam bayangan. Ada yang bergetar dengan energi kehidupan, sementara yang lain tetap sunyi dalam kedamaiannya.
Di jantung penciptaan ini, di sebuah dimensi yang baru terbentuk, sepasang mata terbuka perlahan.
Noah mengerjap, memandang sekelilingnya dengan kebingungan. Dia berada di sebuah padang rumput yang luas, dengan langit berwarna keemasan di atasnya. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya yang kini berwarna seputih salju - berbeda dari hitam pekatnya di kehidupan sebelumnya.
"Di mana..." dia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa asing. Ingatannya masih kabur, seperti mimpi yang perlahan memudar. Namun ada satu hal yang tetap jelas dalam benaknya: nama "Arzhanzou".
Dia mencoba berdiri, kakinya gemetar seperti bayi rusa yang baru belajar berjalan. Tangannya meraba-raba, mencari sesuatu yang tidak ada. Venuszirad - tidak, Gehdonov - telah hilang bersama sistem yang lama.
"Selamat datang kembali," sebuah suara yang familiar terdengar di belakangnya.
Noah berbalik perlahan, matanya melebar saat melihat sosok yang berdiri di sana. Rambut keperakan, jubah putih yang berkilau...
"Lera?"
Dewi Exiriazurna Lera tersenyum lembut. "Kau ingat padaku, kakak?"
"Aku... mengapa aku bisa mengingatmu? Bukankah seharusnya sistem telah..."
"The Creator memiliki rencananya sendiri," Lera melangkah mendekat. "Beberapa ingatan dibiarkan tetap ada, seperti benang merah yang menghubungkan masa lalu dan masa depan."
Noah memandang tangannya yang kini tampak lebih muda. "Arata..."
"Dia juga dilahirkan kembali, di dimensi yang berbeda," Lera menjelaskan. "The Creator memberikan kesempatan baru bagi kalian berdua untuk memilih jalan yang berbeda."
"Dan Enah?"
Lera tersenyum misterius. "Ah, dia... atau lebih tepatnya, 'itu'... adalah misteri yang akan terungkap pada waktunya."
Noah mencoba melangkah, kali ini dengan lebih mantap. Dimensi di sekitarnya masih dalam proses pembentukan, seperti lukisan yang belum selesai. Di kejauhan, dia bisa melihat struktur-struktur dimensional yang masih tumbuh dan berkembang.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya, lebih kepada diri sendiri.
"Itu terserah padamu," Lera menjawab. "The Creator telah memberikan kanvas yang baru. Kali ini, kau bisa melukis cerita yang berbeda."
Noah memandang langit keemasan di atasnya. Ingatannya tentang Arzhanzou masih ada, tapi kali ini tanpa rasa sakit yang mengiringinya. Mungkin inilah yang dimaksud dengan kesempatan kedua - bukan untuk melupakan, tapi untuk belajar dan tumbuh dari masa lalu.
"Aku ingin melihat dimensi-dimensi yang baru ini," katanya akhirnya.
Lera mengangguk. "Kalau begitu, mari kita mulai perjalanan baru ini. Kali ini, sebagai saudara dan teman perjalanan"
Mereka melangkah bersama memasuki dunia yang masih dalam proses penciptaan. Di belakang mereka, padang rumput mulai dipenuhi dengan bunga-bunga dalam berbagai warna - tanda bahwa kehidupan baru telah benar-benar dimulai.
Dan di suatu tempat, dalam dimensi yang berbeda, sebuah buku kuno bernama Book of Dathlem mulai menulis halaman pertamanya dalam sistem yang baru.
Noah dan Lera melintasi berbagai dimensi yang masih dalam proses pembentukan. Setiap langkah mereka meninggalkan jejak energi keemasan yang perlahan menyatu dengan struktur dimensional yang baru. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah portal dimensional yang berbeda dari yang lain - portal dengan ukiran kuno yang memancarkan aura misterius.
"Dunia Ajgenda," bisik Lera, matanya menyipit mengamati ukiran-ukiran yang berpendar. "Salah satu Dunia tertua yang diciptakan The Creator dalam sistem yang baru ini."
Noah merasakan getaran familiar dalam dirinya. Ada sesuatu yang menariknya ke dimensi ini, sebuah panggilan yang tidak bisa dijelaskan. "Apa yang ada di dalam sana?"
"Kekuatan," jawab Lera. "Tapi juga bahaya. Dunia Ajgenda dijaga oleh Lehfilma, ular raksasa berkepala tujuh yang ditugaskan langsung oleh The Creator untuk menjaga keseimbangan dimensi ini."
Noah mengulurkan tangannya, menyentuh portal yang berpendar. Ingatan samar tentang pertarungannya dengan Arata berkelebat dalam benaknya. Dulu, dia memiliki Venuszirad, kemudian Gehdonov. Sekarang...
"Kau tidak perlu senjata untuk memasuki Ajgenda," Lera seolah membaca pikirannya. "Yang kau butuhkan adalah pemahaman."
"Pemahaman tentang apa?"
"Tentang mengapa The Creator memberimu kesempatan kedua. Mengapa dia harus memberikan Gehdonov dan mengapa sang The Creator masih menciptakan kakak." Lera menatap kakaknya dengan serius. "Lehfilma bukan sekadar penjaga - dia adalah manifestasi dari tujuh aspek kebijaksanaan yang harus dikuasai sebelum seseorang bisa menguasai Ajgenda."
Noah melangkah memasuki dunia Ajgenda. Udara di sekitarnya bergetar, dan pemandangan padang rumput keemasan berganti menjadi hutan yang gelap dan misterius. Pepohonan menjulang tinggi dengan daun-daun berwarna ungu gelap, sementara tanah dipenuhi kristal-kristal yang bercahaya redup.
Suara mendesis terdengar dari kejauhan, diikuti geraman rendah yang membuat tanah bergetar.
"Lehfilma sudah merasakan kehadiranmu," kata Lera.
"Setiap kepalanya mewakili satu aspek Kebijaksanaan, Keberanian, Pengampunan, Kesabaran, Keseimbangan, Pengorbanan, dan Kebenaran."
Noah merasakan energi yang berbeda mengalir dalam tubuhnya - bukan lagi kekuatan destruktif seperti dulu, tapi sesuatu yang lebih dalam dan fundamental. "Bagaimana cara mengalahkannya?"
"Bukan mengalahkan," Lera menggeleng. "Tapi memahami. Setiap kepala akan mengujimu dengan cara yang berbeda. Kau harus membuktikan bahwa kau layak menguasai Ajgenda bukan melalui kekuatan, tapi melalui kebijaksanaan."
Geraman semakin dekat, dan dari balik pepohonan, sosok Lehfilma mulai terlihat. Tubuhnya yang bersisik hitam berkilau memantulkan cahaya kristal, tujuh kepalanya masing-masing memancarkan aura yang berbeda. Mata-matanya yang berwarna merah menyala menatap tajam ke arah Noah.
"Aku tidak bisa membantumu dalam ujian ini," kata Lera, mundur beberapa langkah. "Ini adalah perjalananmu sendiri."
Noah mengangguk, melangkah maju menghadapi Lehfilma. Kali ini, dia tidak mencari-cari senjata atau kekuatan. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya - pemahaman bahwa pertarungan ini bukan tentang siapa yang lebih kuat.
Kepala pertama Lehfilma - yang mewakili Kebijaksanaan - maju mendekat, matanya menatap langsung ke dalam jiwa Noah.
"Katakan padaku," suara Lehfilma bergema dalam pikiran Noah, "apa yang kau cari di Ajgenda ini?"
Dan dengan pertanyaan itu, ujian Noah di Dunia Ajgenda pun dimulai.
Noah menatap mata merah Lehfilma yang berkilat dalam kegelapan. "Aku mencari pemahaman," jawabnya dengan suara tenang. "Pemahaman tentang mengapa The Creator memberiku kesempatan kedua."
Ketujuh kepala Lehfilma bergerak dalam harmoni yang sempurna, mendesis pelan. Kepala yang mewakili Kebijaksanaan tetap menatap Noah, sementara kepala lainnya mulai bergerak mengitarinya.
"Kesempatan kedua?" kepala Kebenaran mendesis. "Atau kesempatan untuk mengulangi kesalahanmu?"
"Tidak," Noah menggeleng. "Dulu aku mengejar kekuatan demi kekuatan. Sekarang... aku ingin memahami."
Kepala Pengampunan maju, matanya berkilat dengan warna keemasan. "Kau bicara tentang pemahaman, tapi apakah kau sudah memaafkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi di sistem yang lama?"
Pertanyaan itu menghantam Noah seperti gelombang energi. Bayangan pertarungannya dengan Arata, kehancuran dimensi-dimensi, penggunaan Gehdonov... semua berkelebat dalam benaknya.
"Aku..." Noah terdiam sejenak. "Aku menerima apa yang telah kulakukan. Dan aku siap untuk belajar dari itu."
Kepala Kesabaran mendesis panjang. "Kau masih mencari pedang, Noah. Kami bisa merasakannya dalam jiwamu."
"Ya," Noah mengakui. "Tapi bukan untuk menghancurkan. Venuszirad... ada hubungan yang lebih dalam dengan pedang itu. Sesuatu yang belum kupahami sepenuhnya."
Ketujuh kepala Lehfilma saling berpandangan, seolah berkomunikasi dalam diam. Kemudian, kepala Keseimbangan berbicara, "Kau benar. Venuszirad bukan sekadar senjata. Ia adalah kunci."
"Kunci?"
"Kunci menuju takdirmu yang sebenarnya," kepala Pengorbanan menjelaskan. "Tapi sebelum kau bisa menemukannya kembali, kau harus membuktikan bahwa kau layak."
Noah berdiri tegak, merasakan energi asing mengalir dalam tubuhnya. "Aku siap."
Ketujuh kepala Lehfilma mengangkat diri secara bersamaan, mata mereka bersinar semakin terang. "Kalau begitu, terimalah ini sebagai langkah pertama."
Tubuh raksasa Lehfilma mulai bercahaya, dan dari mulut kepala Keberanian, sesuatu mulai muncul. Sebuah pedang dengan bilah berwarna keperakan - Vianemur.
"Pedang ini akan membimbingmu menuju Venuszirad," Lehfilma menjelaskan. "Tapi ingat, kekuatannya berbeda. Vianemur adalah pedang pemahaman, bukan penghancur."
Noah mengulurkan tangannya, dan Vianemur melayang ke arahnya. Saat tangannya menggenggam gagang pedang itu, dia merasakan gelombang energi yang hangat - sangat berbeda dari energi destruktif Venuszirad atau Gehdonov.
"Aku akan menemanimu dalam pencarian ini," Lehfilma mengumumkan. "Bukan sebagai penjaga atau penguji, tapi sebagai pembimbing. Karena dalam sistem yang baru ini, bahkan kami para penjaga harus belajar untuk berubah."
Lera, yang sejak tadi mengamati dalam diam, tersenyum tipis. "Sepertinya perjalanan kita akan bertambah satu anggota."
Noah mengangguk, memandang Vianemur yang berkilau lembut dalam genggamannya. "Ke mana kita harus pergi?"
"Ke tempat di mana semua berawal," Lehfilma menjawab. "Ke dimensi pertama yang diciptakan The Creator dalam sistem yang baru - Arzhanzou."
Dan dengan itu, sebuah babak baru dalam perjalanan Noah dimulai. Kali ini, dengan Vianemur di tangannya, Lehfilma di sisinya, dan pemahaman baru dalam hatinya, dia melangkah menuju takdir yang telah digariskan The Creator untuknya.