~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buah cinta kita
Hampir semalaman Kirana menangis sesenggukan di dalam kamarnya, wajahnya terlihat kacau sekali matanya merah dan sembab tapi dia sudah tidak peduli lagi dengan penampilannya saat ini, dia terus memikirkan bagaimana caranya dia harus melewati semua ini, apakah Kirana sanggup jika harus menanggung semua ini sendiri. Sementara dia tidak memiliki keberanian sama sekali untuk mengatakan kenyataan ini kepada Rangga, atau lebih tepatnya Kirana merasa takut, dia takut seandainya pun dia mempunyai keberanian untuk mengutarakan perihal kehamilannya, dia tidak yakin apakah Rangga masih mau menerimanya. Bagaimana jika dia menolaknya, bukankah Kirana sendiri yang memutuskan untuk pergi dari kehidupan Rangga waktu itu?
Bagaimana jika Rangga tidak bisa menerima semua itu.
Apa yang harus dia lakukan setelahnya. Demi Tuhan Kirana benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
Kirana mengingat kembali betapa waktu itu dia menginginkan semua ini terjadi, tapi setelah semua yang dilewatinya sungguh dia tidak yakin lagi dengan keinginannya yang waktu itu, bukankah semesta sangat baik dengan mengabulkan keinginan mereka berdua saat itu, lantas kenapa sekarang justru dia merasa bimbang.
"Nduk, kamu ndak kerja hari ini, kok belum siap-siap?" tanya Ibu seraya mengetuk pintu kamar anak gadisnya ini.
Seketika Kirana tersadar dari lamunannya dan buru-buru menghapus air matanya, dia pun tahu hari ini dia harus berangkat kerja sebenarnya, tapi tidak mungkin kan dia pergi dengan keadaan yang kacau seperti ini, maka dia pun memutuskan untuk libur dulu hari ini, karena dia ingin menenangkan pikirannya yang sedang tidak baik-baik saja.
Karena tidak terdengar sahutan dari Kirana maka Ibu sekali lagi mengetuk-ngetuk pintu kamar tersebut.
"Kamu ndak kenapa-napa to nduk?" tanyanya sekali lagi memastikan.
"Iya Buk, aku enggak kenapa-napa kok, aku tadi sudah ijin mau libur dulu jadi hari ini tidak kerja," jawabnya.
"Kenapa, kamu sakit?" tanya Ibu lagi.
"Enggak, Buk, cuma lagi males saja kok pengen istirahat dulu sebentar," jawab kirana tanpa beranjak dari tempat tidurnya.
"Ya sudah tapi tetap harus sarapan, Ibu sudah siapkan makanan di meja, kamu makan dulu, ya," kata Ibu.
"Iya, Bu, sebentar lagi, ya, aku mau mandi dulu," jawabnya tapi dengan posisi yang tetap tidak beranjak kemana-mana.
Sekali lagi air matanya menetes di kedua pipinya, sambil mengusap-usap perutnya dia berkata dengan lirih.
"Sayang, aku tidak tahu akan seperti apa nantinya tapi satu hal yang harus kamu tahu anakku, aku sudah mencintaimu dan akan mempertahankanmu apa pun yang akan terjadi nanti, sebentar lagi Kita makan ya sayang, kuat ya, kamu di dalam sini, aku akan menjagamu," meski dengan air mata yang tak henti mengalir di kedua pipinya namun ada sedikit senyum yang tersungging dari bibirnya.
Setelah berperang dengan batinnya sendiri, akhirnya Kirana bisa menerima janin yang tengah berkembang di dalam rahimnya ini, meski janin itu hadir karena sebuah kesalahan dan keegoisannya namun dia mulai mencintai keberadaannya.
Terlepas dari semua masalah yang dia hadapi sungguh dia sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk mengandung anak dari laki-laki yang sangat dicintainya, dia tidak peduli meski nantinya Rangga tidak akan mau mengakui, dia tetap akan mempertahankan anak ini sebab anak ini akan selalu menjadi pengikat rasa cintanya kepada laki-laki tersebut.
Hanya saja saat ini yang membuatnya bingung sekaligus cemas adalah perihal Satya, bagaimana dia harus mengatakan ini kepada Satya, laki-laki yang sebentar lagi akan menikahinya, dia tidak bisa membayangkan reaksi Satya ketika mengetahui kenyataan ini.
Setelah memikirkannya selama berhari-hari akhirnya Kirana memutuskan untuk menemui Rangga di Jogja, dia bertekad akan mengatakan tentang kehamilannya dan juga sudah menyiapkan hati kalau saja Rangga akan menolaknya nanti, bagaimana pun juga saat itu Kirana yang telah memutuskan hubungan dengan Rangga, jadi dia tidak akan memaksa jika kehadirannya tidak lagi diinginkan oleh Rangga. karena yang penting sekarang dia akan menemui Rangga secepatnya.
Dia tidak peduli dengan reaksi Rangga setelah mendengar kenyataan ini.
"Besok Kita akan menemui ayah kamu, setidaknya dia harus tahu bahwa kamu ada, benar-benar ada dan sedang bertumbuh di sini, " ucapnya lirih sambil tersenyum tipis dengan telapak tangannya mengusap perutnya yang masih rata, belum nampak kalau dia tengah mengandung dua bulan.
Malam harinya Kirana mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rangga besok pagi, setelah beberapa lama tidak bertemu, hatinya bergetar hebat ... ada rasa rindu yang ingin ia luapkan kepada Rangga nanti, tapi jauh yang lebih penting dia ingin Rangga mengetahui tentang adanya buah cinta mereka, buah cinta yang pernah mereka semogakan yang kemudian diaminkan oleh semesta.
Rangga
~♡Senja kali ini
Segala tentangmu menjelma hujan
Aku menangkap bayangmu di setiap rintiknya.
Namun kemudian ia berubah menjadi bulir-bulir air mata ketika aku tak mampu merengkuhmu kembali dalam dekapan.
@Kiranaputri
