My Sexy Wife

“Aku tidak mau Ma, Pa!” protes Krystal.

Setelah Bara mengatakan kalau mereka sudah resmi menjadi suami istri, Krystal langsung menghubungi kedua orangtuanya melalui panggilan video call.

Benar saja, Noah dan Baby ternyata ada hubungannya dengan semua ini.

“Kalian tidak bisa seenaknya begini padaku. Kalian mengambil keputusan tanpa meminta izinku lebih dulu dan juga–”

Krystal tak melanjutkan kalimatnya. Ingatannya kembali dimana malam setelah kedatangannya, Noah dan Baby memintanya untuk menandatangani sebuah berkas.

Tanpa rasa curiga dan dengan bodohnya Krystal menandatanganinya begitu saja.

“Baru ingat sekarang?” Baby ikut bicara. Karena saat itu dia lah yang menyarankan Krystal untuk lebih dulu membaca berkasnya.

“Pokoknya aku tidak mau Ma, Pa! Please, batalkan pernikahan ini. Aku akan melakukan apapun keinginan kalian asalkan tidak menikahi Bara.” Krystal memohon dengan manik mata berkaca-kaca.

Rasa bencinya pada Bara sepertinya sudah mendarah daging. Sampai-sampai gadis itu menolak menjadi istrinya.

Dari kejauhan Bara yang mendengar itupun hanya bisa berdecak kesal. “Apa kamu pikir aku mau menikah denganmu? Kalau bukan karena surat wasiat dari mending istriku, aku juga akan menolaknya mentah-mentah dan memilih menduda seumur hidup!”

Dan ternyata ucapan Bara terdengar sampai ke telinga Krystal.

Gadis itu mematikan sambungan teleponnya lalu berjalan menghampiri Bara. Habis sudah kesabarannya menghadapi mantan kakak iparnya yang sekarang menjadi suaminya.

“Aku akan pergi ke kantor urusan agama dan mengurus perceraian kita sekarang juga.” Krystal berkacak pinggang, seakan sedang menantang Bara.

“Lakukan saja, setelah itu kamu akan menjadi gembel dan tinggal di jalanan.” Bara kembali fokus pada laptop yang ada di depannya.

“Aku masih bisa bekerja.”

“Yakin?”

“Tentu saja!” Krystal bicara dengan penuh percaya diri sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

Semua yang dilakukan gadis itu tidak luput dari lirikan tajam Bara.

“Mau jadi apa? Model majalah dewasa dan mempertontonkan tubuhmu itu? Lakukanlah, jika itu membuatmu puas! Lalu setelah itu aku akan meratakan perusahaan yang mempekerjakan mu!”

Krystal tercengang mendengar ancaman Bara. Sepertinya pria itu itu tidak main-main dengan ancamannya.

“Lalu sebenarnya apa yang Kakak mau dariku.”

“Tanda tangani surat kontrak pernikahan kita itu.” Bara bersandar di sofa, melipat kedua tangan dan menatap ke arah Krystal.

“Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kak. Jadi untuk apa surat kontrak itu.” Krystal mendesah kasar. Selain menyebalkan Bara juga keras kepala.

“Tentu saja untuk berjaga-jaga. Pertama, jangan sampai jatuh kamu cinta padaku. Kedua, jangan campuri urusan pribadi masing-masing karena kita menikah hanya untuk surat wasiat dan juga karena Arcelio. Kamu akan menjadi ibu sambungnya. Ketiga, kita akan tidur satu kamar tapi tidak satu ranjang. Kamu di sofa dan aku di ranjang.” Bara bicara panjang lebar, menjelaskan poin-poin yang ada di surat perjanjian kontrak.

“Tunggu! Aku mau protes!” Krystal mengangkat tangannya.

“Poin ke empat, pihak kedua dilarang protes dan menuruti semua poin yang diberikan oleh pihak pertama.” Bara menimpali.

“What? Tidak bisa begitu, Kak. Aku berhak untuk mengajukan banding.”

“Apa kamu pikir ini sidang perceraian, mengajukan banding segala?” tanya Bara seraya melepas kacamatanya. Menatap serius ke arah Krystal.

Krystal yang ditatap seperti itu menjadi gugup dan salah tingkah. Lalu cepat-cepat dia merebut pena dari tangan Bara dan membubuhkan tanda tangannya di sana.

“Sudah ‘kan? Puas!”

“Belum. Ada satu hal yang harus kamu ingat, kontrak kita berjalan seumur hidup! Hanya aku yang boleh membatalkannya. Karena aku pemegang kuasanya disini.”

“Hah?” Krystal melongo.

Terdengar gila memang. Bara tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta padanya, tapi dia juga mengikatnya selamanya.

“Semoga saja aku bisa hidup tenang menikah dengan pria arogan ini,” umpat Krystal dalam hati.