Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Terlantar
Megan menatap pemandangan luar dari kaca besar di ruangannya. Dia melihat lalu lalang warga yang hendak menerima bansos juga melakukan layanan publik seperti pembuatan KTP dan lainnya. Pikirannya berpacu memikirkan jika hasil test DNA menunjukan Faiza bukan darah dagingnya, apa yang akan dia lakukan.
Hatinya sudah terpaut kasih pada bayi itu. Dia lahir tanpa dosa, tidak mungkin Megan menyerahkan pada Irish yang tidak memiliki tanggung jawab pada anak itu. Atau membiarkan Irish membawanya, toh anak itu hasil hubungan gelap dia dengan lelaki lain. Megan mendesah kasar, dia berharap hasil test DNA menunjukkan kalau bayi mungil itu adalah darah dagingnya.
Megan keluar dari ruangannya demi menyapa para warga yang sedang antri untuk menerima bansos. Berbincang dengan para ketua RT dan beberapa anak buahnya sambil ngopi dan merokok.
"Tadi pagi di sektor 7 ada bayi di buang di semak-semak, kayaknya baru dilahirin. Masih ada tali pusarnya" pak RT Bagyo berkomentar
"Tega banget itu ibu, anak dibuang kayak kucing, kagak di kasih selimut lagi" ketua RT lain menimpali
"Kalau Faiza bukan darah dagingku, paling tidak Irish masih lebih baik mau mencari tempat bernaung untuk anaknya. Bukan membuangnya seperti si ibu itu lakukan. Walaupun dengan cara membohongiku, itu yang tidak bisa dimaafkan. Yang harus menerima hukuman Irish bukan Faiza" batin Megan
Dul melihat wajah atasannya gelisah, sejak tadi sudah beberapa batang rokok dia hisap dengan cepat demi mencari jawaban dari kepulan asap.
"Gimana kabar anaknya pak, saya denger semalam masuk rumah sakit" Tanya Dul agar atensi atasannya teralihkan
"Masih panas bang, trombositnya masih turun" Megan menghembuskan asapnya perlahan
"Yang sabar dah yak, namanya juga hidup penuh cobaan ya tinggal kita cobain dah" gurau Dul
Satu persatu para ketua RT pamitan pada Megan karena urusannya telah selesai begitu juga anak buahnya ada yang kembali ke zona, ada juga yang sudah jam pulang. Tersisa Dul dan Megan di gazebo itu.
"Bang, boleh minta pendapat?" Tanya Megan pada Dul
"Nah! Kelihatan banget emang kalau orang lagi banyak pikiran. Mukanya kusut haha" Dul menebak dengan tertawa lebar
"Kira-kira Mitha mau gak ya nerima anak yang bukan darah dagingnya?"
"Yah jangan tanya Abang itu mah, tanya aja orangnya langsung. Emang udah kelar sama yang satu?" Megan menggeleng
"Rumit bang!" Jawab Megan seakan frustasi
"Kan Abang bilang satu-satu dulu kelarin. Kalau emang jodoh sama Mitha gak akan kemane"
"Kalau gak salah anak bang Dul cuma satu ya?" tanya Megan
"Anak bini saya" Jawab Dul
"Maksudnya?" wajah Megan mengernyit
"Saya nikahin dia karena dia dibuntingin orang, terus ditinggal kabur. Kan kasian itu anak gak ada bapaknya" Jawaban Dul sama persis dengan apa yang Megan pikirkan. Megan langsung memutar tubuhnya ke kiri untuk berhadapan dengan Dul.
"Segampang itu mikirnya?" Megan speechless dengan pola pikir praktis Dul
"Ya mau gimana lagi, daripada dia buang anaknya kayak yang di ceritain pak RT Bagyo. Itung-itung nikahin janda punya anak, begitu aja. Anak mah gak dosa, dia gak bisa milih brojol dari siapa. Justru kita bisa memilih mau beramal apa engga, buat saya mah cinta urusan belakangan dah yang penting bagaimana kita bisa jadi manusia yang bertanggung jawab. Anggap aja menghidupi anak terlantar, kalau ikhlas dapet pahala, iya kan pak lurah" Megan seperti mendapatkan pencerahan dari kisah hidup bang Dul
"Anggap aja begitu ya bang, anak terlantar dipelihara negara" Megan tertawa lebar
"Mitha mau saya jemput nih pak lurah, kasian mamanya udah nanyain Mulu" Dul berdiri beranjak meninggalkan Megan
"Dul! Biar saya aja yang anter Mitha" Dul melongo dan akhirnya mengangguk
Megan langsung berjalan menuju mobilnya dan melajukan mobilnya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Faiza yang masih diinfus tidur dalam gendongan Mitha. Gadis itupun terlelap sambil mengendong bayi mungilnya.
"Mitha, bangun" Megan menepuk bahu Mitha
"Mm.. bang Tara. udah sore ya" tanyanya dengan wajah yang terlihat lelah
"mm..Ayo aku antar pulang. Mama kamu udah nanyain kamu terus"
"Faiza gimana, bang"
"Ada Lasmi, mungkin nanti malam Irish akan ke sini. Bara sudah memberitahunya" Mitha meletakan Faiza dengan lembut di kasur.
Megan merapihkan rambut Mitha yang berantakan saat gadis itu menepuk-nepuk pantat Faiza. Lasmi yang menjadi saksi keromantisan kedua sejoli itu hanya senyum sendiri.
"Mpok Lasmi, saya nitip Faiza ya" Mitha pamitan dengan Lasmi
"Iya Mitha, mama kamu pasti kangen kamu dua hari ga dirumah" Mitha mengulas senyuman tipis
Di lift mereka hanya berdua, Megan mengurung Mitha dengan kedua tangannya berada di sisi Mitha dengan telapak tangan Megan memegang dinding lift, dan tatapan hangat dilayangkan pada wajah gadis itu.
"ngapain sih bang lihatin aku seperti itu" Mitha salah tingkah dan berusaha melerai tangan Megan dari sisinya. Megan terus menatapnya.
"Ada kotoran di mata kamu" bisik Megan. Mitha panik, gadis itu langsung memunggungi Megan menghadap dinding lift dan mengusap sudut-sudut matanya. Setelah menyadari kalau dia di tipu, dia balikan kembali badannya menghadap Megan. Memukuli dada pria itu dengan sengit.
"Seneng banget sih ngeledekin aku!" wajah Mitha terlihat sewot
"Abis kamu kalau diledek makin terlihat lucu" Megan masih mengurungnya dengan posisi yang sama. Hingga lift sampai di lantai tujuan mereka.
"Kenapa gak bang Dul aja yang jemput aku, Abang jadi bolak balik ke sini"
"Abis anter kamu Abang pulang ke apartemen" Mitha terlihat tidak suka dengan jawaban Megan
"Abang itu ya, kalau istrinya gak care sama anak minimal ayahnya yang care sama anak. Jangan diserahkan ke Mpok Lasmi, mentang-mentang kalian sudah bayar Mpok Lasmi trus pengasuhan dan kasih sayang ditugaskan ke dia semua, keterlaluan ihhh!!" Mitha berjalan dengan langkah panjang, dia sangat emosi.
Megan hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Mitha jangan marah dong, aku capek Mit, aku mau istirahat di apartemen. Lagian bentar lagi Irish datang. Abang gak mau ketemu Irish"
"Bang, kalau sudah punya anak egonya diturunin. Kalian boleh gak teguran sampe kiamat, tapi kasih sayang anak itu harus utuh apalagi anaknya lagi sakit" Mitha sudah naik di mobil Megan, tapi wajahnya menahan amarah.
"Jadi aku harus bagaimana? Balik ke sana dan ketemu Irish yang menyebalkan itu?"
"Waktu kalian bikin anak apa ada kata-kata menyebalkan seperti itu?" Glek! Megan rasa tercekat, hingga kesulitan menelan salivanya
"Ya udah nanti Abang balik, tapi Abang anterin kamu pulang dulu, oke?" Mitha melempar pandangannya keluar jendela. Napasnya masih terlihat memburu. Megan akuin dia salah, seperti lari dari tanggung jawab sebagai orangtua.
"Mitha.." Megan melirik gadis itu sesekali fokus ke jalan raya karena jalanan sore sangat padat
"Mitha, jangan marah dong"
"Aku gak marah, kesel aja ada orangtua tega menelantarkan anaknya yang masih bayi di rumah sakit. Kalau mereka belum siap punya anak, kenapa melakukannya"
"Abis enak" jawab Megan lirih tapi di dengar Mitha, gadis itu memberikan tatapan tajam dengan mata yang membesar dan bibir mengerucut. Megan hanya nyengir dengan kedua jari diangkat menunjukan perdamaian.
"Abang tuh gak dewasa!!" makinya
"Iya Abang gak dewasa, banyak yang Abang pikirkan Mitha. Mau lari dari tanggung jawab tapi gak tega. Kalaupun menerima, selagi ada Irish hati ini berat" Megan memeras setirnya
"Abang menelantarkan anak itu dosa bang, kalau sudah tidak cinta dengan ibunya minimal tanggung jawab dunia akhirat ke darah daging Abang"
"Kalau dia bukan darah dagingku?" Mitha menatap Megan dengan serius. Megan menolehnya sebentar, lalu mengerti maksud tatapan Mitha.
"Aku sedang test DNA garis keturunan, jika Faiza bukan anakku apa yang harus aku lakukan, Mit?" Mitha membelalakkan matanya.
"Gak mungkin! Hasilnya sudah keluar?" Megan menggeleng. Mitha terdiam.
"Bagaimana, jika..." Megan tidak melanjutkan pertanyaannya karena Mitha sudah memberi kode dengan menahan telapak tangannya di udara, yang Megan artinya stop.
Mitha terdiam lama hingga mobil Megan terparkir di depan gerbang rumahnya. Mereka belum ada yang memulai untuk membuka pintu.
"Bang, anggap saja dia bayi terlantar jadi kita harus merawatnya" jawab Mitha menatap Megan serius
"Kita? Aku dan kamu?" Mitha mengangguk
"Artinya kamu mau menikah denganku?" Wajah Megan berbinar
"Menikah itu komitmen lain bang, gak bisa diputuskan sekarang. Yang penting Faiza harus memiliki kasih sayang penuh dari sosok ibu dan ayah" Jawaban Mitha membuat Megan down lagi
"Ya gimana mau dapat kasih sayang full, kalau aku dan kamu tanpa ikatan" Megan menatap Mitha
"Kalau Irish menelantarkannya aku siap menjadi ibunya, tapi bukan berarti harus jadi istri bang Tara" Megan menghela napas.
"Ya sudah nanti kita pikirkan lagi masalah itu, saat ini aku butuh istirahat sebentar di apartemen nanti malam baru ke rumah sakit lagi nemenin Faiza"
"Kalau nanti malam Irish tidak datang juga ke rumah sakit, aku akan bermalam di sana, bang"
"Oke nanti aku jemput kamu lagi, ya sudah mama sudah kangen sama kamu" Megan mengulas senyuman. Mitha turun keluar dari mobil Megan dengan lambaian tangan.
kasian Mitha berjuang & cape sendiri, msh ada dokter Aldi yg siap menerim 😊
kit ati simegan iku..arogan sekali
udah lah Mitha lepaskan aja Megan, sekalian ga boleh dikasih akses buat ketemu Fayza & calon dd bayi jg biar tau rasa si Megan