Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Mood!
Megan pergi ke sebuah apartemen yang baru dia beli beberapa bulan lalu, memang belum komplit isinya. Tapi dia memutuskan akan tinggal di apartemen untuk menghindari Irish. Dia langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur empuknya yang masih terbungkus plastik dan belum diberi sprei.
Kenangan dengan Mitha selama satu bulan di rumahnya seakan menari-nari dalam ingatannya. Dia mencoba mengirimkan pesan pada Mitha,
"Kamu sudah tidur, Mit?"
"Sudah" Balas Mitha, Megan tersenyum. 'Sudah tidur kok balas pesan'
"Maaf ganggu tidur kamu" Balas Megan
"Iya ganggu banget" Balas Mitha
"Boleh telepon gak?" Balas Megan
"Urusan kerjaan besok aja pak"Balas Mitha
"Kalau urusan hati?" Balas Megan
Lama tidak ada jawaban, Megan berpikir Mitha terganggu dengan ulahnya. Sementara di sana Mitha menunggu Megan menelpon hingga menunda tidurnya.
Megan sudah tertidur pulas, sementara Mitha dengan gelisah menunggu ponselnya berbunyi hingga jam dua pagi. "Kebiasaan! omongan sama perbuatan ga pernah sinkron. Kena lagi gue di PHP laki orang, Mitha, Mitha..Kasian boleh, Bego jangan!!" Mitha merutuki dirinya sendiri, hingga ia tidur dalam mode bete
***
Paginya Mitha sudah harus bangun untuk bekerja, dipaksanya mata yang masih terasa sepat sulit untuk dibuka. Setelah mandi lalu ibadah, Mitha menyiapkan sarapan untuk Kaka dan mama nya.
"Lagi bikin sarapan apa adikku sayang" Rey mengecup pipi Mitha dengan gemas
"Mas, geli lho ini. Kumisnya dicukur mas!" Rey semakin gemes menggodanya. Bu Laras yang mulai bisa berjalan dengan bantuan Kruk di kedua lengan, bahagia melihat kedua anaknya rukun dan saling menyayangi.
"Ma, liat nih mas Rey. Pecat jadi anak mah" teriak Mitha
"Enak aja!" Rey mengejar-ngejar Mitha keliling meja makan
"Su..dah.." Bu Laras teriak dengan suara yang masih belum jelas. Akhirnya mereka duduk di meja makan.
"Mit, gimana rencana lamaran Raka" Rey memecah kesunyian saat mereka makan
"Apa gak kecepatan mas? Aku masih pengen berkarier dulu mas. Baru juga lulus kuliah, belum kenal pribadi mas Raka lebih dalam. Aku takut gagal" Mitha mengutarakan keberatannya, jujurly..dia masih berharap keseriusan Megan. Diakui atau tidak oleh mulutnya, hatinya sudah terpaut dengan Megan dan Faiza.
"Sayang banget sih kalau kamu tolak Raka, dia anak baik, mas kenal dia udah lama. Gak pernah ke dunia malam, gak ngerokok, gak minum, gak belok, Healthy man, idaman sih menurut mas" Rey udah kayak marketing perjodohan yang menceritakan hal baik-baiknya aja
"Mitha ga nolak, tapi penjajakan aja dulu mas" Mitha sambil membungkus makanan untuk dibawa kerja
"Kamu belum resign juga?" Tanya Rey melihat adiknya sudah siap untuk berangkat kerja.
"Belum mas, katanya sudah di daftarkan PPPK gitu, Mitha mau coba" dengan wajah mengernyit Rey cuma manggut-manggut
Ting! Tong!
"Nah, tuh Raka datang" Rey berseru, Mitha membukakan pintu
"Mas Raka mau ketemu mas Rey? Tanya Mitha polos
"Aku mau anter kamu kerja, Mit" Jawab Raka
"Idih kaya Mitha kerja dimana aja, pakai di anterin. Pake mobil lagi, enggak ahh mas. Nanti Mitha dijemput bang Dul"
"Motor bang Dul udah ditaruh di halaman tuh, ntar Raka anterin kamu pake motor" Jawab Rey
"Lah, niat banget sih!" Wajah Mitha terlihat kesal
"Ayo Mitha nanti kamu terlambat" Raka membawakan tas Mitha. Dengan wajah sedih yang dibuat-buat Mitha menuruti ajakan Raka
"Hari ini pakai motor ini dulu ya Mit, besok aku bawa motorku sendiri" Raka memasangkan helm di kepala Mitha
Sepanjang perjalanan ke kelurahan, Mitha banyak ngobrol dengan Raka. Dia memang orang yang asik diajak ngobrol, humoris dan pandai menggali topik pembicaraan, namanya juga pengacara ya, ada aja yang dibahas. Motor yang mereka tumpangi sudah masuk ke halaman kelurahan. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para penghuni kelurahan yang sedang bersiap apel pagi, termasuk Megan ikut memperhatikan keromantisan mereka. Raka membukakan helm yang Mitha pakai, dan memberikan tas bekal yang sejak tadi di selempangkan di bahu bidang Raka.
Mood Megan seketika berubah, wajahnya terlihat bete. Sambutan Apel pagi ini, isinya teguran pada seluruh karyawan yang melakukan kesalahan. Megan tidak pernah menegur bawahannya saat apel, biasanya dia memanggil bawahannya ke ruangan untuk dinasehati atau berdiskusi. Termasuk Mitha kena teguran karena tidak memakai baju kerja sesuai SOP.
Apel dibubarkan, bisik-bisik pegawainya tentang Megan yang gak pulang ke rumah menjadi topik pembicaraan. Entah gosip datang dari mana, banyak mengira Megan pulang ke rumah Mitha (selingkuhan) tapi gosip itu terbantahkan dengan kehadiran Mitha datang kerja justru diantar pria lain.
"Mitha, tadi siapa tuh yang anterin kerja?" Tanya Een
"Temen Mpok, tadi pagi dia ke kontrakan jemput Mitha"
"Ganteng banget ya, lebih ganteng dari pak Lurah" seru Een
"Ah Mpok bisa aja" Mitha sambil menyiapkan kertas untuk mesin fotocopy
"Kerjanya apaan, Mit" tanya Een kepo
"Pengacara Mpok, pengangguran banyak acara gkgk" Een melongo
"Cari yang punya kerjaan Mitha, jangan yang pengangguran!" teriak Een. 'Letterlijk sekali' pikir Mitha, dan Mitha hanya tersenyum
Setelah menyiapkan alat kerja, Mitha membawa bekal sarapan dan alat kerjanya ke lantai atas. "Mitha ke ruangan saya" instruksi Megan. Mitha menuruti, "Ada apa pak?"
"Itu apa?" Megan menunjuk box makan dengan dagunya
"I-ini bekal sarapan, tadi masak nasi goreng seafood" Tangan Megan mengulur seperti meminta, dengan menurut Mitha memberikannya. Penutup box dibuka, dan aroma menguar dari sana. "Saya makan ya, laper banget" tanpa menunggu jawaban Mitha, Megan sudah menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.
Dengan wajah berkerut, dan bibir mengerucut. Mitha membiarkan Megan melahap semua nasi gorengnya. "Enak banget nasi gorengnya, makasih ya Mit" Serunya tanpa menutup kembali box bekal yang sudah dilahap isinya hingga tandas.
Mitha dengan cepat membersihan meja tamu pak Lurah setelah pria itu selesai makan dan mengambil tumpukan berkas ke meja kerjanya. Megan langsung larut dengan tumpukan berkas di meja nya tanpa menghiraukan Mitha yang sudah mencebik berkali-kali.
"Udah begitu aja?.dia gak mau minta maaf gitu udah biarin Aku nunggu dia telepon semalaman dan makan bekal sarapanku pagi ini plus Omelan di apel pagi tadi! Hatinya terbuat dari apa sih tuh orang!" maki Mitha dalam hatinya, dengan perasaan jengkel Mitha keluar tanpa pamit pada Megan.
Megan tersenyum lebar karena telah berhasil membuat Mitha marah, pagi-pagi dia sudah dibuat cemburu setengah mati olehnya. "Gimana rasanya pagi-pagi mood kamu buruk, ga enak kan?" gumamnya dengan senyum asimetris
Jam 09.00 pagi perut Mitha udah berontak, memangan jam sarapannya biasa jam 9an. Karena makanannya sudah habis, Mitha berencana keluar mencari makan. Di lantai bawah dia bertemu Lasmi dan Faiza. "Lah Mpok ada di sini?" tanya Mitha
"Ibu uring-uringan nyari bapak, tuh lagi ambil baju bapak di mobil" Mitha melirik sekilas istri atasannya
"Pagi semuanya...!!" teriak Irish pada seluruh pegawai suaminya
"Pagi ibu lurah, wah ibu sudah sehat ya. Kemarin dengar info ibu sakit waktu di Bali" Celetuk salah satu ASN di tempat PTSP
"Hihi iya biasa kecapean, bapak minta terus" Irish menutup bibirnya yang terkekeh
Mitha menatap wajah Lasmi, mencari kebenaran di wajah itu. Mpok Lasmi hanya mengangkat bahu sekilas. "Mpok, saya keluar dulu ya cari makan. Laper!" Mitha berbisik pada Lasmi. "tumben banget ga bawa bekel Mit?" Mitha menggeleng sambil berlalu
Di warung nasi, Mitha masih teringat ucapan Irish tentang kecapean melayani atasannya. "Dasar lelaki! masih doyan sama bininya, mau coba-coba gangguin perempuan lain!" gumam Mitha dengan gusar.
"Saya single lho Mitha, masih setia menduda. Mungkin jodoh saya ada di sini lagi makan pakai sayur lodeh" seru pak Erik sambil melirik isi piring Mitha dengan lauk sayur lodeh, Erik Babinsa yang berstatus duda karena istrinya meninggal.
"Eh pak Erik, makan pak" Mitha tersenyum simpul dengan mulut yang baru saja terisi bakwan jagung
"Makan yang banyak Mitha, merindukan saya juga butuh energi" Mitha terbatuk mendengar candaan Erik
"Tuh kan makanya jangan kepikiran saya terus, cukup saya aja yang mikirin Mitha" Lelaki itu mengedipkan matanya yang sipit.
"bapak lucu juga' Mitha terkekeh
Selesai makan Mitha kembali ke kelurahan dengan di bonceng Erik, lelaki itu juga jenis pemaksa. Mitha sudah menolaknya tetap saja dia memaksa mengajak Mitha bareng. Mau gak mau akhirnya Mitha ikut.
Di parkiran mereka bertemu Bu Ayis, janda gatal yang sering cari perhatian pada Megan juga dua orang duda di sana. Yaitu Erik dan Diaz kepala satpol PP di kelurahan. Wajah Ayis langsung berubah saat melihat buruannya juga dekat dengan Mitha.
Tanpa malu dan sungkan, Ayis langsung bergelayut di lengan kekar Erik. "Bapak semalem ga mampir ke rumah. Padahal saya udah siapin seblak komplit buat bapak-bapak yang pulang rapat pemilihan RW" Mitha langsung pergi meninggalkan mereka dengan tatapan tajam tidak bersahabat dari Ayis.
Di lobi kelurahan sudah berjejer para ibu-ibu PKK, para medis dari puskesmas dan jajaran kelurahan plus bu Lurah yang hendak berfoto ria. Bu Laily memanggil Mitha untuk jadi juru photo. Mitha meletakkan bungkusan rujak yang dibelikan Erik di salah satu kursi, dan bersiap mengambil angle foto bersama.
Mitha tidak memperhatikan wajah satu persatu orang-orang yang berdiri sebagai objek potonya. Setelah sesuai photo selesai, sebuah tepukan mendarat di pundaknya. "Kamu Mitha bukan sih? Mitha kan ya?" Mitha terperanjat melihat Tasya yang berseragam dokter salah satu dari objek potonya tadi. "Tasya!!" teriak Mitha
"Ya ampun Tasy, kamu jadi dokter sekarang?" Mitha kagum melihat sahabat merah putihnya sudah menjadi dokter
"Ho'oh Mitha, kamu kerja di sini?" Tasya memperhatikan penampilan Mitha yang mengenakan seragam PPSU warna orange
"Yakin ini Mitha yang dulu Horang kaya?" Kata Tasya meremehkan, Mitha hanya tersenyum tipis.
"Iya ini gue Tasya, Lo ga salah!" Senyum Mitha semakin kecut saat Tasya menjaga jarak dengannya.
"Ehh udah ya Tasy, aku naik dulu. Masih banyak kerjaan" pamit Mitha
"Eh iya silahkan Mitha, iya udah musim hujan ya, got-got banyak yang mampet. Jangan lupa pakai sarung tangan ya Mitha. Biar higenis jari-jarinya" dengan wajah jijik Tasya mengatakannya.
"Huufftt!! Punya masalah apa sih orang-orang yang bisanya hanya meremehkan hidup orang lain. Pasti hidupnya jauh dari kata bahagia" Mitha bergumam dengan wajah asimetris
Sangking kesal dan lelah harus menjaga emosinya tetap stabil, Mitha jalan tidak fokus hingga bertabrakan dengan Megan yang berjalan cepat setengah berlari menuruni tangga.
Bruukk!! Mitha yang baru naik di anak tangga kedua terpelanting terkena bahu Megan. Kepalanya terbentur tembok. Megan dengan cepat memeluk kepala Mitha dan dengan nada cemas memeriksa wajah Mitha dengan posisi begitu dekat. Mitha segera mengembalikan kesadarannya, dia dorong dada Megan dengan kuat hingga jarak mereka bisa menjauh. Semua mata sempat melihat kejadian itu terutama Irish. Wanita itu mengepalkan tangan yang berada di samping badannya.
Mitha setengah berlari menaiki anak tangga meninggalkan Megan yang masih terpaku menatap punggungnya.
"Hancur banget Mood gue hari ini!!" Rutuk Mitha
Irish cemburu niyee...