Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh enam
Fanya tidak tau berapa lama ia tertidur,tapi ini adalah tidur ternyaman yang pernah ia rasakan selama dua Minggu terakhir.Rasanya tidak ada sesuatu yang menghambat di dadanya.Dengan mata yang masih tertutup,ia menarik napas panjang.Tunggu,ini kan wangi Baskara.
Fanya segera membuka matanya dan menemukan Baskara berbaring di sampingnya.Posisi laki-laki itu sangat dekat dengannya,dia tengah menatapnya dengan sebelah tangan menopang kepala.Wajahnya terlihat teduh dan bibirnya menyunggingkan senyum yang ia sukai.
"Selamat pagi.Eh, maksudnya selamat siang,"sapa Baskara sambil mengusap pipinya.
Apa katanya? Siang?
"Hah?! Jam berapa ini?!" pekik Fanya.
"Jam dua belas,"ucap Baskara sambil menatap jam dinding yang ada di kamarnya.
Fanya membelalakkan matanya.Ya ampun,ia tertidur berapa lama? Fanya menghitung dalam hati.Jika ia sampai di sini pukul setengah sepuluh dan akhirnya aku berbaring lalu tertidur di sini kira-kira pukul dua belas saja .Itu artinya dia tertidur selama lebih dari 12 jam???
"Bas,aku tidur lebih dari 12 jam," ucap Fanya dengan mata yang melotot.Baskara tertawa melihatnya.
Laki-laki itu mengangguk kecil."Iya,aku gak buat bangunin kamu, kayaknya kamu keliatan capek banget jadi aku biarin aja,"ujar Baskara sembari menunjukkan deretan giginya.
"Kenapa gak di bangunin?"tanya Fanya.
"Gak apa-apa,aku gak tega aja."
"Jujur aja aku belum tidur nyenyak semenjak kita putus waktu itu."
"Lagian kamu ngapain coba sok-sokan mau putus segala ,"kekeh Baskara.
Fanya memperhatikan Baskara.Wajahnya segar dan cerah.Terlihat begitu tampan,Ya Tuhan..Baskara sedikit merubah posisinya,wangi tubuh dan parfumnya tercium begitu kuat di indra penciumannya.Ya ampun,Baskara sudah mandi dan sangat wangi sedangkan dirinya baru bangun tidur,dan belum membersihkan diri semenjak dari London.
Dengan kecepatan kilat,ia bangun dari kasur dan berlari ke kamar mandi yang ada di kamar Baskara.Ia menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di depan wastafel.
Rasanya matanya ingin keluar.Siapa itu? Pantulan di kaca memperlihatkan perempuan dengan rambut acak-acakan,mata yang sembab dan wajah yang begitu kusut.Itu aku? Wajahnya yang seperti itu diperlihatkan pada Baskara tadi? Fanya memekik,rasanya ia ingin menangis saja.
Dari luar seseorang mengetuk pintu kamar mandi,siapa lagi kalau bukan Baskara.
"Fanya,kamu gak apa-apa? Kenapa tadi teriak?" suara Baskara terdengar panik dari luar kamar mandi.
"Aku gak apa-apa kok,"teriak Fanya dari dalam.
"Serius? Aku masuk ya."
"Jangan!"teriak Fanya.
"Buka dulu pintunya,"ucap Baskara sambil kembali mengetuk pintunya.
"Aku beneran agak apa-apa,Bas,"teriak nya. Ia tidak mungkin menunjukkan penampilannya yang hancur seperti ini pada Baskara.
"Kalau kamu gak buka pintu,kau dobrak nih,"ancam Baskara.
Fanya menghela napas, akhirnya menuju pintu dan membuka pintu itu.Ia membuka sedikit pintunya sehingga hanya memperlihatkan sebagian dari wajahnya saja.Wajah panik Baskara adalah hal pertama yang ia lihat setelah membuka pintu.
"Kenapa tadi teriak?" tanya Baskara dengan kening berkerut.
"Aku cuma kangen aja liat wajah aku sendiri pas ngaca,"jawab Fanya pelan.
"Emangnya kenapa?"
"Ada makhluk buruk rupa.Ah,udah deh. Aku gak apa-apa kok."
Perlahan wajah panik Baskara berubah menjadi wajah geli.Dia mengerti maksud dari perkataannya.Baskara tertawa melihat wajah cemberutnya.
"Bagaimanapun kamu tetap terlihat cantik dimata aku,"ucap Baskara sembari memperlihatkan senyum lebarnya.
"Berisik! Udah ah,aku mau mandi dulu,"ujar Fanya langsung menutup pintu kamar mandi.
Fanya segera membuka bajunya dan menyalakan shower.Fanya tersenyum sendiri saat ia memakai sampo dan sabun dengan aroma yang sama dengan Baskara.Fanya sengaja berlama-lama dibawah pancuran,rasanya begitu nyaman terkenal air seperti ini.Setelah selesai ia keluar dari area shower dan memakai handuknya.Bandannya kini sudah wangi dan terasa begitu segar.
Setelah selesai berurusan di kamar mandi, Baskara mengajaknya untuk makan siang. Sebelumnya, dia sempat mengomel karena ketika ditanya kapan terakhir kali makan, jawabannya adalah saat di pesawat, yang mana sudah berbelas-belas jam yang lalu.
"Kamu gak boleh lewatin makan,apapun yang terjadi.Kalau kamu kelaparan gimana? Kalau kamu sakit perut gimana? Terus nanti kalau kamu maag gimana? Kok bisa-bisanya kamu gak ngerasa laper padahal udah berjam-jam gak makan apapun,"omel Baskara lagi.
"Aduh,kenapa si? Suara kamu kedengaran sampai atau tau."ucap Sagita yang baru saja datang dan duduk di kursi meja makan.
"Tau nih,asik Lo kerjaannya marah-marah mulu,"adu Fanya pada Sagita.
Ia dengar Baskara mendengus.
"Emangnya kenapa si?" tanya Sagita sambil menatapnya dan Baskara.
"Dia ngomel soalnya gue belum lama,"ucap Fanya.
"Eh iya,dari kemarin Lo belum makan.Pas gue tawarin di mobil juga Lo gak mau,"ucap Sagita.
Baskara meliriknya sebal, sedangkan Fanya hanya menunjukkan deretan giginya.Ya siapa juga yang akan nafsu makan dengan suasana hati yang buruk?
"Yaudah si,Bas.Masalah gitu aja kok dibuat ribut.Sekarang kita makan dulu deh,"ujar Sagita sambil mengambil piring lalu memberikannya pada Fanya dan Baskara.
"Tante Siska,om sama Rasya kapan pulang?" tanya Fanya pada Sagita.
"Gue kurang tau,Lo tau gak Bas?" tanya Sagita pada Baskara.
Baskara mengangkat kedua bahunya."Gue juga kurang tau, kayaknya kalau gak hari ini,besok deh."
Fanya dan Sagita mengangguk mendengar jawaban Baskara.Setelah itu mereka makan sambil mengobrol santai.
Selesai makan,mereka duduk di sofa ruang tv.Dia duduk diantara Sagita dan Baskara.Di depan mereka Tv sedang menayangkan film.
Sagita melirik arah Baskara dan Fanya secara bergantian.
"Lo semalem tidur di kamar Baskara?" tanya Sagita pada Fanya.
Fanya melirik ke arah Sagita dan mengangguk ragu.
"Tadi malam kalian berdua gak.."
"Nggak lah gila, kamu ya kak!" pekik Baskara sebelum Sagita menyelesaikan ucapannya.
"Iya,Lo mikirnya macem-macem nih,"sahut Fanya.
"Tau nih,orang Fanya tidurnya kayak orang mati begitu.Bangun aja jam setengah dua belas tadi,"ucap Baskara.
"Hah?! Lo tidur apa hibernasi? Gue kira Lo udah bangun terus sarapan,terus balik lagi ke kamar."
Fanya tersenyum kecil."Gue belum tidur kemarin jadi mohon maklumi aja ya."
"Oh iya kak,Lo jangan mikir macem-macem ya sama gue.Tenang aja gue gak akan ngerusak cewek yang gue sayang",ujar Baskara.
"Iya-iya,gue kan cuma nanya tadi."
Sore harinya,ia dan Sagita duduk berdampingan di kursi malas di samping kolam renang Mata keduanya menatap Baskara yang sedang berenang.
"Lo seneng,Nya?" tanya Sagita tiba-tiba.
"Iya,"jawab Fanya sambil tersenyum.
"Maaf ya,,gue sempet ambil kebahagiaan Lo."
"Udah Git,lupain aja.Toh semuanya udah terjadi juga,jadi gak usah di bahas lagi,"ucap Fanya.
Sagita tersenyum kecil sambil menatapnya.Lalu matanya menatap kembali Baskara.
"Dia keliatan lebih cerah dari beberapa Minggu yang lalu.Setiap kali ngeliat dia tuh,gue selalu merasa gak enak sendiri.Gue jadi berpikir kenapa bisa ngelakuin hal itu sama kalian.Padahal kalian termasuk orang yang paling gue sayang,"mata Sagita menerawang
"Hei,liat gue,"ucapnya.Laku Sagita menatapnya.
"Karena kejadian kemarin,gue jadi sadar kalau ternyata arti Lo di hidup gue tu sebesar itu,Git.Lo bukan hanya sekedar sahabat,tapi juga udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri.Gue juga sadar,kalau persahabatan dan cinta itu sama-sama butuh perjuangan.Jadi Lo gak usah ngerasa gak enak atau bersalah lagi sama kejadian kemarin.Yang penting sekarang kita bahagia,itu udah cukup."
___
"Nginep di sini lagi aja,"ujar Baskara dengan suara memelas.
"Gak bisa,aku harus pulang.Ayah sama ibu cuma izinin aku nginep semalam aja,"jelas Fanya.
Baskara sedari tadi membututinya.Layaknya anak kecil ia terus merayu dan membujuknya agar tidak pulang.
"Tapi aku masih kangen,"ucapnya sambil cemberut.
"Kan kita bisa ketemu lagi besok."
Akhirnya Fanya pulang, namun dengan syarat ia harus diantar oleh Baskara. Ya, daripada laki-laki itu terus merengek, lebih baik dia menuruti permintaan Baskara saja. Inilah konsekuensi memiliki kekasih yang jauh lebih muda; Fanya merasa seperti mengasuh seorang adik daripada memiliki pacar.