Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDOKNYA TERBUKA
Sampai di hotel sudah jam empat sore, aku gegas turun dari mobil. Dingin sekali, aku tengadah melihat langit ternyata mau hujan, langitnya mendung tertutup awan, gelap. Perasaanku tiba-tiba melow ketika mengingat mama.
Aku sengaja memarkir mobil di depan lobby, malas ke basement terlalu jauh. Dari sini langsung ke lantai tiga, ke office.
"Kita sebentar disini, aku ingin menemani mama di rumah sakit." ucapku menoleh kepada Tumy. Dia mengangguk.
"Semoga aku bisa menahan diri, tidak marah sama papa."
"Makanya belajar Yoga, supaya bisa mengendalikan diri, hehe...."
"Selesaikan dulu dengan orang tuamu supaya masalah ini cepat clear. Aku ingin melihatmu tenang." ucap Tumy.
Aku melangkah cepat mengajak Tumy ke lobby hotel. Semua karyawan yang aku temui menyapa dengan hormat. Diantara mereka pasti ada yang ngegosipin aku dengan Arunakha. Biarlah semua sudah terjadi.
"Sore nona, apa khabar?"
Ketut Wisesa menyambutku dengan senyum menghiasi bibirnya. Dia berjalan dengan Made Astra dan Wayan Jiwa.
"Seperti yang kamu lihat, aku sehat-sehat saja. Bagaimana khabar kalian semenjak aku tinggalkan?"
"Yach begitulah..." ucap mereka hampir berbarengan.
"Semoga kalian baik-baik saja dan angin sorga menghampiri kalian. Oke, aku mau ke papa dulu."
"Ya nona.."
Akupun berlalu dari hadapan mereka menuju office. Setelah mengetuk pintu, aku langsung masuk.
Mataku tertuju kepada Julianti yang lagi ngobrol dengan papa. Otakku seketika error dan berpikir yang tidak-tidak. Papa duduk berdampingan dengan Julianti, ini maksudnya apa? Pikirku.
"Hallo papa, bagaimana keadaannya. Dari kemarin aku menunggu dirumah tapi papa tidak datang-datang." ketus suara ku.
Aku melihat Julianti salah tingkah dan mencoba menggeser dari susi papa. Dia tidak menyapaku atau sekedar tersenyum manusia tidak punya adab.
"Akhir-akhir ini papa sangat sibuk, maaf."
"Hemm....aku mengerti kesibukan papa. Tapi istri papa sakit parah, apa papa tega tidak melihatnya?"
"Papamu sibuk Melody, kau tidak bakalan mengerti...."
"Kau jangan ikut campur Juli, dulu papaku tidak pernah cuek begini. Semoga papa tidak kontaminasi dengan gond0row0."
"Dokter Tumy silahkan duduk. Kenalkan ini papaku yang ganteng dan masih sehat. Beda dengan mama yang rapuh padahal umurnya lebih muda dari papa."
"Sore pak, senang berjumpa dengan anda." ucap Tumy menyalami papa. Aku melihat mata Julianti berkilat.
"Ngapain kamu bawa dokter kesini?" tanya Julianti ketus.
"Ini bukan urusanmu, kau disini bukan keluargaku. Tapi kau perlu mendengar penjelasan dari dokter Tumy. Tenanglah!"
"Sayank, Julianti adalah sekretaris papa, wajar dia mengetahui masalah yang papa hadapi."
"Aku baru tahu, bahwa seorang owner hotel mempekerjakan seorang sekretaris."
"Itu wajar, papa perlu orang yang bisa bantu-bantu papa." ucap papa tenang. Aku tidak ingin berkomentar, malas.
"Dokter Tumy dulu ini kantorku. Bagus khan hotelku, makanya banyak wanita liar numpang hidup dengan papaku." sindir ku seraya melirik Julianti.
"Melody, tidak boleh suudzon. Jaga sikapmu." sergah papa.
"Memangnya ada yang tersinggung, aku bicara kenyataan. Aku yang ngalami, saat aku dekil terlihat miskin tidak ada yang mau mendekat denganku. Saat mereka tahu aku anak orang kaya semua minta menikah denganku."
"Itu deritamu." ketus suara Julianťi.
"Sudahlah jangan bikin ribut." ucap papa seraya menyesap minumannya. Begitu juga Julianti, mereka berdua seperti pasangan yang sedang berbahagia.
Aku tidak mau kalah dan bangun menuju kulkas untuk mengambil dua botol air mineral. Tumy menerima air mineral yang aku sodorkan.
"Dokter Tumy, kamu mau mencicipi black label atau Martini? Sekarang di kulkas ku ada beberapa minuman keras, mungkin ada orang mulai senang mabuk untuk melupakan kenyataan." sindirku.
"Maaf Mel, aku takut mabuk, lebih baik aku menghadapi kenyataan hidup daripada berbuat yang aneh-aneh." ucap Timy santai. Aku tidak menyangka kalau dia ikut menyindir.
Aku melihat papa dan Julianti saling melempar pandangan. Gŕeregetan dan ingin sekali mem*kul, men*ndang teman yang sock kaya itu.
Walaupun aku tidak tahu status mereka berdua, fillingku mengatakan kalau mereka punya hubungan. Dasar wanita ul4r gerutuku dalam hati.
"Mel, tadi pelayan mengatakan kalau kamu membawa mama ke rumah sakit untuk apa?"
"Pertanyaan papa aneh, ibuku lagi sakit parah, tanpa ada yang mengurus, padahal ibuku kaya raya, berusaha dari nol dengan papa sehingga menjadi crazy rich....."
"STOP!! Kamu ada apa sih, dari tadi nyindir dan sangat tidak sopan." ucap papa dengan nada tinggi.
"Aku marah kepada papa, aku ingin tau kenapa ibuku sakit? Apa papa sengaja ingin membunuhnya?" suaraku juga melengking.
Wajahku terasa memerah. Dada berdegup kencang. Aku semakin marah ketika Julianti menenangkan papa dengan cara mengelus-elus punggung papa.
"Kamu tahu apa, mamamu menyusahkan!"
"Jadi ibuku menyusahkan? Aku baru tahu, selama hidupku belum pernah aku melihat ibu mengeluh saat papa berbuat jahat padanya. Aku tahu semua...."
Aku bangun dan tidak bisa menahan air mataku. Tumy juga ikut bangun dan memelukku.
"Sabar Mel, mamamu masih membutuhkan mu. Kita tunggu saja sampai dia sadar." ucap Tumy seolah ikut memanasi suasana. Memang cocok Tumy menjadi temanku.
"Aku sakit hati ibuku dibunuh pelan-pelan demi ambisi...."
"Melody, siapa yang mau membunuh ibumu. Jangan sembarangan ngomong. Terus kau selama ini kemana?
"Kecurigaanmu tidak beralasan, kalau tidak ada aku ibumu sudah M4TI!!"
Julianti setengah berteriak. Aku tidak menyangka dia seberani itu.
"Apa kau bilang, dasar ul4r, perempuan tidak tau diri. Berani kau berteriak padaku. Kau merasa hebat? Aku akan melapor ke polisi masalah kau memberi ibuku obat pelemah saraf setiap hari, sampai ibuku tidak lumpuh."
"Melody!! Berani kau memperpanjang masalah ini, kau bukan lagi anakku!" ucapnya memeluk Julianti.
Sakit hatiku melihat kelakuan papa. Sampai disini aku faham posisi Julianti. Air mataku membanjir. Aku tidak rela papa direbut ul4r itu.
"Kau sedang memperlihatkan persel*ngkuhanmu. Kalian set4n! Ibuku jalian mau bunuh! Kslian bin4t4ng. Demi ul4r ini kau ingin membuang aku?"
"Hahaha...ingatlah Ajik, kau tidak punya apa-apa disini, semua kekayaanmu sudah menjadi milikku...."
Kata-kataku sudah ngawur, aku tidak punya hormat lagi dengan manusia yang menyebut dirinya papa.
PLAAKKK!!
Tamparannya melayang membuat pipiku sakit. Aku merasa ujung bibirku berdarah.
"Melody...." Tumy memelukku.
Aku memandang laki-laki itu dengan tajam. Wajahnya memerah menatapku. Aku tidak takut dengannya, aku baru tahu ternyata dia lebih membela Julianti dari pada aku.
"Ketahuilah, aku bisa meremukkan tulang kalian berdua, tapi aku tidak mau mengotori tanganku. Aku jij*k melihat kelakuan kalian, terutama KAU!" telunjukku mengarah ke papa.
"Pergi...pergi kau..." papa berteriak.
"Dokter Tumy, aku berpesan padamu, jika aku mati atau hilang, kedua orang ini pelakunya. Aku akan menulis wasiat, supaya jelas semuanya."
"Mel, sabarlah...."
"Kau peringatkan kau j4l4ng, semoga karma buruk cepat kau tuai. Jika ibuku sampai meninggal kaulah orang pertama masuk penjara."
"Dasar anak durh*ka, tidak ada terima kasihnya. Aku yang merawat mama dan papamu, siapa yang sudi merawat mereka selain aku."
"Kau mau membela diri demi menutupi perselingkuhanmu? aku sudah dikasi tahu oleh ibuku bahwa kalian bersel*ngkuh, dan menyakitinya." bohongku.
*****
sukses selalu ceritamu
tunggu karma mu kalian berdua !!😤