Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.
Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Serikat Petualang Part 1
Tiga hari setelahnya, Elise, Rein, dan Luca akan pergi kembali ke toko Paman josh. Sayur dan buah sudah panen lagi dan Paman Josh sudah meminta mereka membawakannya. Sekalian mencoba bagaimana gerobak yang didorong Erie.
Saat Elise sedang menyiapkan barang-barang untuk dibawa ke toko Paman Josh, Isabella, pengurus panti yang tempo hari membantu Carla ke tempo hari, mendekatinya dengan tatapan sinis.
"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya dengan nada curiga.
"Kami pergi ke toko Paman Josh," jawab Elise dengan ramah. Isabella melihat barang-barang mereka dan terkejut.
"Kalian mendapatkan semua ini dari mana?" Tatapan penuh tanya. Rein dan Luca saling menatap, bingung dengan sikap aneh Isabella. Hari ini dia terlihat sangat sensitif.
"Ini hasil panen kami," Elise menatap Isabella bingung. Bukannya Isabella tahu darimana semua barang ini. Apakah dia sedang mencurigai kami melakukan sesuatu? Fikir Elise. Isabella mengangguk, tapi terlihat tidak percaya.
"Baiklah, tapi hati-hati. Jangan sampai kalian melakukan sesuatu yang tidak beres seperti kemarin." Elise mengganguk mengiyakan sementara Rein menatap Isabella yang meninggalkan mereka dengan tatapan sengit. Disaat yang sama, Carla mendekat kearah mereka.
"Hei, apa yang terjadi?" tanya Carla melihat wajah Rein yang terlihat tidak baik.
"Entahlah, sepertinya Isabella mencurigai kita melakukan sesuatu berbahaya." jawab Luca.
"Sudah abaikan saja. Dia hanya khawatir denganku karena kejadian tempo hari. Jadi maafkan dia ya, anak-anak." jawab Carla mengusap kepala mereka satu persatu.
"Baiklah. Kami memang salah. Maafkan kami juga Carla." jawab Rein tulus.
"Baiklah. Kita akan pergi ke toko Josh bukan. Sekalian kita melaporkan Erie dan Tama ke serikat petualang."
"Kalau begitu ayo kita selesaikan pekerjaan ini secepatnya dan beli jajanan dipasar." Seru Elise dengan semangat yang membara.
"Ayo!!" mereka berkerja dengan semangat. Mengangkut semua barang ke dalam tumpukan keranjang yang ada didalam gerobak. Mengikat Erie dengan sabuk pengaman yang akan membuatnya menarik gerobak.
"Luca tidak ikut?" tanya Carla.
"Tidak. Aku harus memanen sayur dan beri yang sudah masak. Dan membajak ulang tanah untuk siap ditanam lagi besok." jawab Luca melambaikan.
"Baiklah kita pergi sekarang. Erie ayo jalan ke Serikat petualang!!" seru Rein menjadi kusir didepan sementara Elise dan Carla dibelakang. Erie melaju perlahan menuju pasar meninggal panti dengan Luca melambaikan tangannya senang.
"Hati-hati dijalan!!" serunya dari panti.
"Tentu!! Aku akan bawa oleh-oleh!!" jawab Elise. Mulai menikmati perjalanan singkat menuju kantor serikat petualang untuk pertama kalinya dengan gerobak yang ditarik oleh Erie. Yang bahkan dalam sejarahnya mungkin tidak akan pernah terjadi jika saja tidak ada Rein disisinya.
...****...
Dipertengahan jalan, Rein bingung sejenak. Dirinya tidak tahu arah ke Serikat petualang. Untung saja mereka dicegat untuk melangkah lebih jauh begitu memasuki area pasar dan pemukiman pasar penduduk oleh prajurit yang berjaga. Awalnya mereka terkejut dan bersiap menyerang tetapi setelah dijelaskan oleh Carla bahwa Erie jinak mereka pun sedikit tenang.
"Baiklah, kalau begitu ayo melapor ke Serikat petualang Carla." prajurit yang bernama Hans itu mengarahkan mereka ke serikat petualang.
"Terima kasih Hans sudah membantu kami." ucap Carla ketika mereka tiba di Serikat petualang.
"Tidak masalah. Kalian parkir saja serigala itu disebelah gedung." Lagi-lagi Hans mengarahkan.
Rein melepaskan tali pengaman Erie dan membawanya bersama mereka. Setelahnya mereka memasuki Serikat petualang diikuti Erie dibelakang . Elise terkejut melihat seisi ruangan yang dipenuhi oleh pria berotot dengan wajah sangar menatap mereka yang baru masuk. Padahal mereka terkejut melihat seekor Fenrir yang baru saja masuk kedalam serikat petualang. Mereka memasang kuda-kuda bersiap menyerang jika saja tidak melihat Fenrir yang patuh berjalan dengan anggun dibelakang Rein.
"Ada apa ini Hans?' tanya seorang perempuan yang duduk dibalik meja kerjanya. Sepertinya dia seperti resepsionis hotel.
"Halo Marie, Carla membawa sesuatu yang berbahaya bukan. Jadi pertemukan dengan ketua Serikat untuk mengurus perizinannya. Mereka peliharaan anak ini." Hans mengusap kepala Rein dengan kasar. Membuat rambut lurus Rein acak-acakan. Rein mendengus kesal tapi tidak bisa protes demi kelancaran perizinan.
"Baik. Aku akan menghubungi Ketua Serikat. kalian bisa menunggunya sambil duduk disana." tunjuk Marie ke salah satu kursi yang kosong diantara kumpulan pria berotot.
"Baiklah. Aku pergi dulu ya Carla. Semoga berhasil ."
"Terima kasih Hans atas bantuannya." jawab Carla.
"Tidak masalah. Ini mudah bagiku jika untukmu. Aku pergi dah." Hans meninggalkan Carla yang tersipu malu. Mereka segera duduk diantara orang berotot yang menatap Erie dengan tatapan membunuh tetapi Elise yang bergidik ketakutan. Sedangkan Erie terlihat tidak perduli.
Tidak butuh waktu yang lama bagi mereka untuk bertemu dengan ketua Serikat. Karena ketua itu segera turun begitu mendengar ada seekor Fenrir sang mahluk mitologi ada di serikatnya. Pria tua dengan codet di pipi datang menghampiri mereka. Tubuhnya yang berotot dengan pakaian formalnya yang terlihat kesempitan untuk dikenakannya. Elise menahan senyumnya melihat kancing yang terlihat akan copot dari kemejanya. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya menambahkan kesan jahat diwajahnya yang ditumbuhi janggut dan kumis diwajahnya membuat Elise menundukkan kepalanya. Tidak lagi menatap kancing baju pria tua itu. Marie yang seolah sadar jika Elise ketakutan menyenggol pria tua itu. Membuatnya tersadar membuang senyuman mengerikan dan berganti dengan wajah yang sedikit bersahaja.
"Maafkan aku yang terlalu antusias. Kalian tau bukan. Jika Fenrir mahluk mitologi. Jadi ini pertama kalinya kami melihatnya secara langsung." kata pria tua itu.
"Iya tidak masalah. Saya Carla. Ini Elise dan ini Rein." Jawab Carla memperkenalkan.
"Aku Fedric Ketua Serikat petualang. Senang berkenalan dengan kalian. Ah Baiklah. Ayo kita bicarakan diruangan ku saja." jawab pria bernama Fedric itu menuntun mereka ke ruangan kerjanya yang ada dilantai atas.
Elise terlalu gugup untuk mengamati ruangan didalam serikat. Mereka pun tiba tak lama kemudian dan kembali pria itu menyuruh mereka duduk sementara Marie menyiapkan minuman dan cemilan untuk mereka. Erie tampak bergelung disudut pintu, tubuhnya mengecil mengikuti ukuran pintu agar bisa muat didalam ruangan yang terhitung besar jika dibandingkan dengan ruangan kepala panti.
"Jadi tuan Fedric, disini kami ingin meminta izin untuk memelihara seekor Fenrir dan seekor slime." Carla memulai percakapan tanpa basa-basi. Elise mengeluarkan slime dari kantong yang diikat di pinggang.
"Panggil saja aku Fedric. Carla tidak usah terlalu sopan." ralat pria itu memainkan janggutnya.
"Baik Fedric. Apakah bisa?" tanya Carla lagi.
"Sepertinya sulit. Karena dengan satu ekor Fenrir saja sudah setara dengan kekuatan militer istana. ditambah lagi." Pria itu menatap Slime yang bergoyang perlahan dengan tatapan tajamnya kemudian berkata,"Ratu slime juga tidak bisa diremehkan."
"Ra-ratu?!" Carla menatap slime didepannya tidak percaya. Dirinya fikir itu hanyalah slime biasa tetapi astaga ini spesies ratu.
"Apakah tidak bisa kakek?" tanya Elise membuat pria itu tertawa kencang.