Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Andin mencoba menepis pikiran buruk nya dan memilih menuangkan bubur untuk Jasline dan para pembantu yang telah menemani.
Semua mencoba bubur yang Andin buat, begitu juga Andin sendiri. dan semua menikmati bubur itu hingga hendak menghabiskan nya.
"Eh jangan kalian habiskan, buat saya nanti sore" tegur Jasline membuat para pembantu tak berkutik. Andin terkekeh di iringi geleng-geleng.
Setelah nya Andin dan Jasline kembali duduk di ruang tamu mengobrol ringan ditemani majalah model.
Tak berselang lama Gevano datang dengan raut khawatir dan tergesa-gesa.
"Grandma mana?" tanya Gevano menatap ke arah Andin dan Jasline bergantian.
Kedua nya saling tatap. "Di dalam kamar sama Rose. Ada apa?" jawab Jasline menanyakan balik Gevano.
Gevano tak menjawab, ia segera berlari ke arah kamar Grandma yang berada di dekat tangga.
Brak
Deg
"Grandma!" seru Gevano melihat keadaan Grandma yang sudah begitu parah.
Mengeluarkan busa di bagian mulut nya yang begitu lumayan banyak.
"Rose!" sentak Gevano mencari keberadaan Rose yang tidak ada di dalam kamar.
Ceklek
Gevano menoleh ke arah kamar mandi yang baru terdengar di buka.
Rose keluar dengan santai sembari memperbaiki rok yang dia pakai sebatas lutut.
"Kamu apakan Grandma?!" sentak Gevano membentak Rose yang menatap nya dengan wajah polos.
"Nggak aku apa-apain kok Gev, aku benar-benar ikut perintah kamu buat jaga Grandma, nggak lebih" jawab Rose dengan yakin.
"Tapi kenapa-- shitt!" umpat Gevano segera berbalik dan menggendong Grandma untuk dia bawa ke rumah sakit.
Sebelum benar-benar keluar, Gevano sempat melayangkan tatapan tajam ke arah Andin yang menatap nya dengan tatapan polos tapi juga khawatir.
Mereka berangkat dengan mobil yang cukup besar, Grandma di temani oleh Jasline dan Rose di kursi tengah sesekali Jasline menyeka busa yang keluar dari mulut Grandma.
"Mommy kenapa.. Apa yang Line nggak tau sejak tadi.." gumam Jasline menatap nanar ke arah Mommy nya.
Andin yang duduk di kursi depan bersama Gevano hanya bisa terdiam sesekali melirik Grandma yang masih tak sadarkan diri.
Sampai di rumah sakit, Gevano langsung membopong Grandma. Diri nya tak merasa berat untuk menggendong Grandma sejak tadi karena perasaan sudah di liputi panik yang luar biasa.
Grandma langsung di beri penanganan oleh dokter yang berjaga.
Hingga beberapa saat dokter itu keluar memberi kabar terbaru tentang Grandma.
"Nyonya Melinda terkena racun saat memakan sesuatu, itu yang membuat nya mengeluarkan busa pada mulut nya" jelas dokter membuat Gevano terdiam.
"Apa yang Grandma makan?" tanya Gevano melirik Jasline yang duduk di kursi bersama Andin.
"Dia hanya makan bubur atas kemauan nya sendiri" jawab Jasline melirik ke arah Andin yang ada di sebelah nya.
"Siapa yang membuat nya?" tanya Gevano dengan nada dingin dan tegas.
"Aku yang membantu nya--" jawab Andin menyela, dia akan berkata jujur mulai sekarang.
Gevano menatap ke arah istri nya dengan tajam. "Siapa yang menyuruh mu untuk masak? Apa kau benar-benar meracuni Grandma?" tanya Gevano dengan mata memicing curiga.
Andin menggeleng. "Aku nggak sejahat itu buat ngeracunin Grandma" jawab Andin sembari berdiri di hadapan Gevano.
Gevano berdecih. "Apa bisa ku percaya?"
Deg
"Kamu udah lama kenal Andin, Gevano. Jangan membuat kesimpulan lebih dulu sebelum mendapat bukti nyata" sentak Jasline, dia ikut berdiri dan menggeser Andin ke belakang tubuh nya.
"Bukti nya dia yang memasak kan?"
"Apa hanya itu yang kau tau? Andin hanya memasak bubur untuk Grandma mu itu, tapi tak mengantarkan bubur itu langsung ke Grandma. Cari tau dulu bukti yang jelas, bukan kah kamu seorang yang handal dalam bidang komputer dan keuangan? Kenapa tak menggunakan itu saja untuk mencari bukti" tegas Jasline menatap nyalang ke arah Gevano.
Dia akan melindungi Andin selagi Andin benar, dia melihat dengan mata kepala nya sendiri jadi dia akan melindungi Andin bagaimana pun cara nya.
Gevano terdiam. Dan langsung berbalik ke arah dokter yang masih ada di dekat pintu untuk berjaga.
"Tolong rawat Grandma saya, saya akan kembali sore nanti" ucap Gevano di angguki dokter itu dengan patuh.
Gevano langsung melenggang pergi tanpa menatap ke arah Andin dan Jasline.
Andin menunduk di belakang Jasline, dia tak tau harus bagaimana menghadapi Gevano yang tak dia kenali.
"Sudah-sudah, kamu jangan khawatir. Biar Gevano yang mengurus nya, dia akan mencari bukti setelah ini, tenang saja" Jasline mencoba menenangkan Andin dengan memberi pelukan hangat.
...----------------...
Asisten Milo datang ke rumah sakit setelah Gevano mengirimkan nya pesan.
"Ada apa Tuan?"
"Aku memanggil mu untuk menemani ku mencari bukti nanti di rumah, seperti nya ada yang janggal di dalam kecelakaan Grandma itu"
Gevano menceritakan mulai dari dia mendapat pesan dari Rose yang seakan-akan panik tapi setelah sampai di rumah Rose terlihat santai.
Lalu melihat tatapan bingung Andin yang begitu menyayat hati jika mengingat dia sempat hampir membentak Andin tadi.
"Apa mungkin Andin benar-benar melakukan hal itu? Untuk apa dia melakukan nya--"
"Menurut saya, anda jangan langsung berspekulasi bahwa Nona Andin yang melakukan hal itu. Bukan kah anda tau bagaimana Andin selama ini?" cela Asisten Milo dia tak ingin hubungan Gevano dan Andin renggang.
Gevano mengangguk lirih. "Ya, dia memiliki hati yang baik. Tapi aku tetap akan curiga, kenapa dia memasak? Sejak kapan dia bisa memasak?" sahut Gevano di angguki Asisten Milo.
"Kita ke rumah utama dulu, aku harus mengecek CCTV" titah Gevano segera mereka berlalu dari rumah sakit.
Jasline tersenyum di balik tembok yang tak jauh dari tempat Gevano dan Asisten Milo berbicara.
"Aku tau watak mu, anak ku. Kamu sama seperti Papa mu yang tak akan mau menuduh sembarang orang tanpa bukti" gumam Jasline tersenyum bangga.
Jasline kembali ke ruang rawat menemani Andin dan Rose yang masih ada di situ.