NovelToon NovelToon
Hancurnya Anak Pertama

Hancurnya Anak Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Little Fox_wdyrskwt

Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༺ ༻ BAB 6 ༺ ༻

...✧༺♥༻✧...

Beberapa minggu kemudian, pengumuman kelulusan akhirnya tiba. RiRi, Yanti, dan Ara berkumpul di depan papan pengumuman, jantung mereka berdebar-debar. Satu per satu nama siswa terpampang di papan pengumuman. Ketiga sahabat itu saling menggenggam tangan, menunggu nama mereka muncul. Dan akhirnya… nama mereka terpampang dengan jelas di papan pengumuman! Ketiga sahabat itu saling berpelukan dan menangis haru.

Mereka berhasil lulus! Suasana haru dan bahagia meliputi mereka. Mereka saling mengucapkan selamat dan berbagi kebahagiaan. Setelah itu, mereka bertiga pergi ke tempat favorit mereka, taman dekat sekolah, untuk merayakan kelulusan mereka.

Mereka berbagi cerita, tertawa, dan merencanakan masa depan mereka. Mereka berjanji untuk tetap berteman dan saling mendukung, meskipun mereka akan berpisah dan melanjutkan pendidikan ke sekolah yang berbeda.

RiRi tersenyum. " Aku nggak nyangka kita bisa lulus semua! Dan kita lulus bareng-bareng!"

Yanti "Iya, aku juga nggak nyangka! Semua berkat dukungan kalian berdua."

Ara "Kita memang selalu bersama, ya? Kita melewati banyak hal bersama-sama. Dan aku senang kita tetap berteman sampai sekarang."

Ketiga sahabat itu saling berpelukan, merasakan kebahagiaan dan kebersamaan yang tak tergantikan. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan tetap abadi, melewati ujian dan cobaan hidup.

Mereka telah belajar banyak hal, tentang persahabatan, pengampunan, dan kekuatan kebersamaan. Mereka siap untuk melangkah ke babak baru dalam hidup mereka, dengan penuh harapan dan semangat.

Yanti melanjutkan pendidikannya di SMP yang berbeda, sementara Ara dan RiRi tetap bersekolah di SMP yang sama dengan beberapa teman sekelas mereka dulu. RiRi merasa sedikit kecewa karena ia gagal tes di sekolah negeri favoritnya dan harus kembali ke sekolah yang sama seperti sebelumnya.

Ia bergumam dalam hati, "Iya… begini lah. Karena gagal tes di sekolah negeri, aku kembali ke sekolah ini lagi… 6 tahun aku di sekolah ini, sekarang harus bertahan 3 tahun lagi."

RiRi merasakan beban berat mengingat pengalaman buruk yang pernah ia alami di sekolah tersebut. Namun, ia juga menyadari bahwa ia harus tetap kuat dan berusaha untuk menciptakan pengalaman baru yang lebih baik.

...✧༺♥༻✧...

Hari pertama di SMP, suasana ramai dan penuh dengan wajah-wajah baru. Ara, tanpa ragu, langsung bergabung dengan Tia dan teman-teman lainnya. RiRi merasa sedikit bingung dan kesepian. Ia mencari tempat duduk dan melihat Egi duduk sendirian.

Dengan sedikit ragu, RiRi memutuskan untuk duduk di samping Egi. Ia berharap dapat memulai lembaran baru tanpa bayang-bayang masa lalu.

Egi, tanpa basa-basi, langsung mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, “Kenapa kamu sih yang di sini? Jijik tahu!”

RiRi terkejut dengan ucapan Egi yang kasar dan tiba-tiba. Ia merasa tersinggung dan marah. Dengan nada tinggi, RiRi membalas, “Emang aku najis apa? Kau gila?!” Suasana menjadi tegang.

RiRi mengepalkan tangannya, menahan amarah yang membuncah. Ia menatap Egi dengan tajam. Ingatan tentang kejadian masa lalu kembali menyeruak. Namun, RiRi berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak ingin terjebak dalam pertengkaran yang tidak perlu. RiRi menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya.

Dengan suara yang lebih tenang, namun tetap tegas, ia berkata, “Aku nggak mau bertengkar sama kamu, Egi. Tapi tolong, jaga ucapanmu!” RiRi kemudian memalingkan wajahnya, mencoba untuk mengabaikan Egi. Ia fokus pada buku pelajarannya, berusaha untuk melupakan perkataan Egi yang menyakitkan.

Hari telah berlalu, RiRi pulang ke rumah dengan perasaan sedih dan tertekan. Ia masuk ke kamarnya, menutup pintu dengan keras, menunjukkan emosinya yang meluap. Di depan cermin, RiRi menatap wajahnya sendiri sambil menangis. "Apa aku sejelek itu, ya?" gumamnya lirih. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. "Kenapa mereka selalu berkelompok dengan yang pintar, dengan yang cantik? Yang banyak kekurangan selalu dimusuhi," isaknya.

"Seandainya aku cantik, Ya Allah… pasti mereka tidak akan memusuhiku," ratapnya pilu. RiRi merasa sangat terluka dan tidak berdaya. Ia merasa penampilannya menjadi penyebab semua masalah yang ia hadapi.

RiRi terus bergumam di depan cermin, suaranya terisak-isak. "Mereka bilang aku jelek, mereka bilang aku aneh… mereka selalu menjauhiku…" Ia mengingat kembali semua perkataan dan perlakuan teman-temannya yang membuatnya merasa terluka.

"Apa salahku? Kenapa aku harus mengalami semua ini?" tanyanya pada diri sendiri. Air matanya semakin deras mengalir. Ia merasa sangat kesepian dan tidak berdaya. "Aku ingin punya banyak teman… aku ingin diterima… aku ingin bahagia…" Ia meratapi nasibnya yang dianggapnya tidak beruntung.

"Kenapa aku tidak secantik Ara? Kenapa aku tidak sepintar Yanti? Kenapa aku selalu menjadi sasaran bully?" RiRi merasa dirinya selalu kurang dan tidak cukup baik. Ia merasa penampilannya menjadi penyebab semua masalah yang ia hadapi.

"Andai saja aku bisa mengubah semua ini…" gumamnya lirih. Tangisannya semakin menjadi-jadi, menunjukkan betapa hancurnya perasaannya.

...✧༺♥༻✧...

Di tengah kesedihannya, RiRi teringat akan Lia, adik perempuannya. Sejak kecil, Lia memang selalu cantik dan imut. Ia juga pintar dan berprestasi di sekolah. Berbeda sekali dengan RiRi. RiRi sering dibandingkan dengan Lia. Kadang-kadang, ayahnya sendiri pun mengatakan bahwa Lia lebih pintar darinya.

Perbandingan itu selalu membuat RiRi merasa rendah diri dan terluka. Ia merasa dirinya selalu kurang dan tidak cukup baik. Perbandingan itu semakin memperburuk perasaannya yang sudah terpuruk.

Di tengah isak tangisnya, RiRi mendengar suara lembut memanggilnya. Ia mendongak dan melihat Lia, adik perempuannya, berdiri di ambang pintu kamar. Wajah polos Lia menunjukkan kekhawatirannya.

Dengan suara polos dan lugu, Lia berkata, "Kakak nangis lagi?" Pertanyaan Lia yang sederhana namun tulus itu seakan menusuk hati RiRi.

 RiRi menghapus air matanya, kemudian menjawab Lia dengan nada sedikit kasar, "Sudahlah, kamu tidak mengerti, Lia." Lia, yang masih polos, tidak mengerti perasaan kakaknya.

Ia balik bertanya, "Ih… orang nanya juga, kok malah marah? Pasti temanmu lagi, ya?" Lia, dengan polosnya, mencoba menghibur RiRi.

"Aku kasih tahu, ya, Kak. Cantik itu bisa berubah. Mungkin nanti pas dewasa, Kakak jadi cantik, mereka yang jelek," kata Lia dengan nada polos dan percaya diri.

Lia melanjutkan kalimatnya, "Lihat tuh, Ibu sama Ayah aja cakep, gimana mungkin anaknya jelek? Cantik itu butuh proses, tahu!" Ucapan Lia yang polos namun bijak itu sedikit banyak menghibur RiRi.

Meskipun perkataan Lia terdengar sederhana, namun ada kebenaran di dalamnya. Lia mengingatkan RiRi bahwa kecantikan bukanlah segalanya dan bahwa kecantikan juga bisa berkembang seiring waktu.

RiRi terdiam sejenak, merenungkan ucapan Lia. Ia sedikit tersenyum, tapi senyumnya masih terlihat getir. "Iya juga, tapi mungkin kalau suatu saat nanti aku dibilang cantik juga, aku nggak percaya. Udah biasa sama hinaan mereka," kata RiRi lirih.

Meskipun ucapan Lia sedikit banyak menghiburnya, RiRi masih terbebani oleh pengalaman buruk di masa lalu. Ia merasa sulit untuk melepaskan rasa rendah diri dan ketidakpercayaan dirinya.

Waktu terus berjalan, RiRi mulai mencoba menerima dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa kecantikan bukanlah segalanya. Ia mulai fokus pada hal-hal positif dalam hidupnya, seperti belajar dengan tekun dan menjalin persahabatan yang tulus. Lia selalu ada di sisinya, memberikan dukungan dan semangat.

Lia juga membantu RiRi untuk lebih percaya diri dan menerima kekurangannya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan saling mendukung. Hubungan kakak beradik mereka semakin erat dan penuh kasih sayang.

Perlahan tapi pasti, luka batin RiRi mulai sembuh. Ia mulai berani menghadapi hinaan dan perundungan dari teman-temannya. Ia tidak lagi merasa rendah diri dan tidak percaya diri. Ia belajar untuk mencintai dirinya sendiri apa adanya.

...✧༺♥༻✧...

...Bersambung......

1
Ytta
kejam banget
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyaa karna ini bukan hanya sekedar cerita tapi kisah nyata autor sendiri
total 1 replies
putribulan
aku mampir kak
Dhiyaandina
ayoo semangat lanjut update kak✨
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyooo tunggu selanjutnya iya😍😍
total 1 replies
⚖️Teͥ🆁eͣsͫa🦐♚⃝҉𓆊
semangat berkarya
Little Fox🦊_wdyrskwt: terima kasih
total 1 replies
Little Fox🦊_wdyrskwt
ku sudah mampir juga
yanah~
Mampir kak 🤗 semangat untuk bab selanjutnya 💪
Little Fox🦊_wdyrskwt: okeey arigatoo/Scream/
total 1 replies
Tuan Ketiga 塔塔
selamat tahun Baru 🎉🥳🎉🥳🎉🥳
Little Fox🦊_wdyrskwt: selamat tahun baru juga🎉🎉🎉🎇
total 1 replies
Luka Menjadi Cerita
Aku komentar pertama ☝
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!