Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Tin
Tin
Tin
Bunyi klakson mobil saling bersautan. Macet di sore hari itu membuat Zara berkali-kali menghela napasnya karena harus bersabar menghadapi para pengguna jalan lain yang tampaknya juga tidak sabaran.
"Masih nggak bisa jalan ya mang?" tanya Zara.
"Iya ini neng, macetnya panjang juga," sahut Mang Ujang. Sopir pribadi dari keluarga Maheswara.
Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju ke bandara untuk menjemput putra tunggal dari Tomo Maheswara. Dan mang Ujang yang lebih tahu putra sang majikan diminta mendampingi Zara saat menjemput.
"Kalau begini bisa telat sampah bandara kita Mang," ujar Zara dengan raut wajah ditekuk.
Kondisi jalanan yang macet patah membuat mobil mereka tidak bisa bergerak. Mau keluar juga mereka tidak bisa karena sudah terjebak di tengah-tengah.
"Sepertinya begitu neng, semoga saja mas Aven tidak marah."
"Emang bang Aven tipe orang yang mudah marah?" tanya Zara mencari topik pembicaraan.
Karena sebenarnya dia sudah bosan berada di dalam mobil yang tidak bergerak sedikitpun. Maka pembahasan tentang anak tunggal pasangan Maheswara ini cukup menarik juga untuk dikupas.
"Hehehe, enggak sih neng. Mas Aven mah orangnya baik, bahkan sering kasih uang dulu ke mamang. Cuma kasihan aja dulu dapat pasangan nggak baik. Masak setampan dan sekaya itu masih diselingkuhi juga sama mantan istrinya dulu. Kurang apa coba cowok seperti mas Aven mah ya. Kasihan mamang kalau inget ceritanya," ujar mang Ujang tampak sedih. Mengingat masa-masa buruk yang dialami sang tuan muda.
"Aku waktu itu masih tinggal di Surabaya sih mang. Jadi kurang tahu kehidupan bang Aven," sahut Zara.
"Tapi maaf sebelumnya neng Zara ini kan putri teman baik bapak. Apa neng Zara nggak pernah ketemu dengan mas Aven? Maaf ya neng, mamang penasaran aja," tanya mang Ujang sambil tersenyum.
"Pernah mang, dulu waktu kecil juga sering main bareng sama bang Aven saat keluarga mereka masih tinggal di Surabaya. Terus kan pindah ke Jakarta saat bang Aven duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Tapi itu sudah lama banget, aku aja masih duduk di kelas 1 mang. Setelah itu nggak pernah lagi ketemu bang Aven. Denger-dengar sudah pindah aja ke luar negeri."
"Iya, itu ke luar negeri karena abis cerai. Mas Aven kayak trauma gitu sama pernikahannya. Apalagi sejak awal pernikahan mereka mah tidak direstui sama bapak dan ibu. Selain beda keyakinan. Bapak dan ibu kurang sreg dengan kelakuan si mantan istri Mas Aven," terang mang Ujang.
"Tapi denger-dengar neh mang, istri bang Aven cantik banget. Dah gitu seorang model lagi. Aktris ya dia?" tanya Zara semakin penasaran.
"Ya cantik emang neng Zara. Tapi menurut mamang ya cantik aja nggak cukup kalau perilakunya buruk neng. Selain cantik rupa seharusnya dibarengi dengan sikap yang baik. Lah ini Mas Aven malah diselingkuhin. Itu sih kalau mamang ya, bukan cewek bener sudah neng" tutur mang Ujang.
"Kalau neng Zara sendiri sudah punya cowok belum ya?"
"Eh, sudah mang," jawab Zara.
"Wah yang mana ini cowoknya neng? apa bekerja di MH juga?"
Zara mengelengkan kepalanya.
"Enggak kok mang, dia bekerja di perusahaan milik orang tuanya. Masih di kota ini juga kok mang," ujar Zara.
"Hebat ya, pasti keren banget neh pacarnya neng Zara. Kapan diresmikan hubungannya neng?"
"Belum tahu mang. Kita masih saling mengenal dulu ini," jawab Zara.
"Semoga hubungan neng Zara dengan kekasihnya lancar sampai nanti di pelaminan."
"aamiin.... terimakasih banyak ya mang," sahut zara.
Kini mobil yang keduanya naiki sudah mulai melaju. Zara tampak mengecek handphone miliknya yang tampak kosong. Tidak ada pesan chat satupun dari Azka. Apakah meetingnya belum juga selesai. Padahal ini sudah akan menjelang malam.
❤️❤️❤️
Mobil sudah sampai di parkiran. Dan benar mereka telat sejam lamanya. Ketika tiba di bandara sudah jam enam lebih sepuluh menit.
"Ayo mang cepet, sepertinya kita sudah sangat terlambat," ajak Zara segera mencari keberadaan Aven Maheswara.
"Iya neng, tungguin mamang. Awas jangan lari- lari neng," sahut Mang Ujang yang ikut berlari mengejar Zara.
Drrttt
Drrttt
Zara mengecek ponselnya dan melihat panggilan telepon dari Pak Tomo, atasannya. Segera dia menekan tombol hijau.
"Halo Zara, bagaimana?"
"Ini pak, maaf saya baru sampai di bandara. Tadi macet banget," ucap Zara sambil terus menengok kesana kemari mencari keberadaan putra atasannya tersebut.
"Tadi barusan Aven menelpon dan dia sudah menunggu kalian lama tidak datang. Kamu datangi coffe shop di bandara segera ya," ujar pak Tomo.
"Baik paman, saya akan segera ke sana," dengan sedikit berlari Zara menuju ke coffe shop di bandara. Namun, dia tidak melihat siapapun di sana. Hanya ada wanita yang duduk dan Zara tidak melihat sosok yang dimaksud.
"Haduh, kemana bang Aven ya? Kok disini juga nggak ada, haiissshh," keluh Zara yang bingung mau mencari dimana lagi itu orang.
Bug!
"Aduh!" Seketika reflek Zara mengelus keningnya yang sakit karena bertabrakan dengan tubuh seseorang pada saat dia berbalik badan.
"Hei, apakah kamu tidak bisa...."
"Lama sekali kamu," suara itu membuat Zara seketika mengangkat kepalanya melihat siapa sosok yang sedang berbicara dengannya.
"Kamu ..."
"Setengah jam lagi nggak datang bakalan aku tinggal beneran," ucap sosok lelaki yang tampan itu di depannya. Tetapi raut wajahnya yang dingin dan datar membuat Zara tidak bisa mengomeli lelaki yang sudah membuat keningnya sakit.
"Maaf bang Aven, tadi di jalan macet banget. Ya sudah mari kita pulang, paman Tomo sudah menunggu di rumah," ucap Zara.
Meskipun sekian lama dia tidak bertemu dengan Aven tetapi dia masih ingat guratan wajah lelaki tersebut. Hanya saja kenapa tuh cowok jadi sedingin kutub selatan seperti ini.
"Hosh....hosh ...hoshh... eh maaf mas Aven," panggilan dari mang Ujang membuat keduanya seketika menoleh.
"Maaf terlambat mas, tadi macet banget di jalan, mari mas barangnya biar mang Ujang yang bawa," ujar mang Ujang dengan sigap langsung mengambil dan membawakan barang-barang milik Aven.
Sedangkan Zara hanya mengikuti langkah Aven yang berjalan di depannya.
Grep!
"Jalan jangan kayak keong, aku sudah capek. Lama banget," ujar Aven samb menggenggam jemari tanga Zara.
"Eh," Zara sebenarnya terkejut akan kelakuan Aven tetapi dia berusaha bersikap biasa saja dan tampak tidak cemas.
"Main tarik-tarik aja. Emang dipikir aku kambing apa," gerutu Zara pelan akan sikap Aven barusan.
❤️❤️❤️
TBC
𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑜𝑎𝑛𝑘 𝑎𝑗ℎ𝑎 𝑠𝑜𝑘2𝑎𝑛 𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑎𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝑝𝑟𝑟𝑟𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑡𝑡𝑡
𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑔 𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡𝑖𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑘 𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑍𝑎𝑟𝑎 𝑔𝑎𝑘 𝑎𝑑 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎
𝑎𝑑𝑘 𝑙𝑢 𝑦𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑧𝑘𝑎 𝑝𝑢𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑙𝑎𝑘𝑖 𝑘𝑜𝑘 𝑔𝑎 𝑎𝑑 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑗𝑤𝑏 𝑛𝑦𝑎 𝑐𝑢𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑢 𝑛𝑎𝑓𝑠𝑢 𝑑𝑜𝑎𝑛𝑘
𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑢 𝑎𝑧𝑘𝑎
ℎ𝑎𝑑𝑒𝑢ℎℎℎ 𝑔𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑟𝑖
𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 𝑡𝑝 𝑚𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑦𝑒𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑘 🤣🤣🤣
𝑦𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎...
𝑖ℎℎℎℎ 𝑗𝑖𝑗𝑖𝑘 𝑙𝑎 𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘 𝑑𝑢𝑑𝑎
𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑡 𝑑𝑎ℎ