Tak kusangka aku bisa jatuh cinta.
Sebuah cerita hidup perjuangan Daniah, seorang yang rela menjadi gadis penebus hutang orang tuanya. Terpaksa Menikahi tuan muda kaya raya yang bisa melakukan apa saja.Dia memasuki pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap dicintai.
Apakah dia berhasil lepas dari cengkraman tuan muda yang melemparkan kontrak pernikahan padanya, atau semakin terjerat dan tidak bisa lari kemana-mana. Karena tuan muda itu mulai mengikatkan rantai cinta di lehernya. Dibumbui dengan cerita manis bagaimana tuan muda berusaha menunjukan cintanya dan kisah lucu serta mengharukan yang membuat hati bergetar.
Jangan lupakan Han, sekertaris misterius yang akan selalu berdiri di belakang tuan muda. Seseorang yang akan melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan semestinya untuk tuan mudanya.
Update : Rabu
IG : tulisan_lasheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Kunjungan Mendadak (Part 2)
Daniah masih mematung di tempatnya berdiri, mencoba mencerna apa yang terjadi. Tapi sebanyak apa pun dia mencob berfikir, dia tetap tidak mendapat alasan apa pun, kenapa laki-laki itu sampai datang ke tempatnya bekerja. Memproklamirkan dia sebagai suami. Kecuali, ya kecuali satu hal terpikir Daniah. Menaikan level penyiksaannya.
“Nona Muda.”
Sejak kapan laki-laki ini sudah berdiri di depanku.
Sekretaris Han berdiri di depannya dengan wajah masih tersenyum, semakin membuat kekesalan naik ke ubun-ubun. Daniah reflek memukul lengan lelaki di hadapannya. Han terkejut saat tangan Daniah kembali memukulnya untuk kedua kali. Ini pertama kalinya, ada yang kurang ajar mendaratkan tangan di tubuhnya.
“Nona.” Suara Han datar terdengar.
“Kenapa membawanya ke sini?” berteriak tapi dengan suara pelan. Takut yang di lantai dua mendengar.
“Tuan muda yang mau datang ke sini.”
Saya juga tidak tahu kenapa tuan muda mau datang ke sini.
“Kenapa?” Daniah melotot.
“Saya tidak tahu Nona.”
Plak! Tangan Daniah kembali memukul lengan Han. Han benar-benar dibuat terkejut.
“Tidak mungkin kamu tidak tahu kan.” Gadis itu meremas lengan yang dipegangnya.
Belum selesai urusan dengan Han, tiba-tiba sebuah suara yang memecah pandangan Han pada Daniah.
“Kau mau mati, membuatku menunggu!” Dari lantai dua terdengar teriakan. Daniah terperanjat, dia melepaskan cengkraman di lengan Han dan berlari menaiki tangga. Sementara Han menyentuh lengan yang tadi di cengkram Daniah.
Ternyata Anda kuat juga ya Nona.
Senyum tipis dari bibirnya, lalu dia melangkah dan duduk di kursi plastik di dekat tangga.
Daniah berhenti tepat di depan pintu. Melihat Saga duduk bersandar di sofa yang biasanya dia pakai tidur.
“Duduk!” Saga menepuk ruang kosong di sampingnya saat melihat Daniah muncul. Hati-hati Daniah melangkah, lalu duduk di tempat yang ditunjuk Saga.
Tangan Daniah sudah gemetar. Apalagi Saat Saga lagi-lagi menyentuh rambutnya. Rambutnya yang sekarang terikat tinggi.
Tunggu! Rambut, Tidakkk Penampilanku. Bagaimana ini.
“Ternyata seperti ini penampilanmu yang sesungguhnya.” Tubuh Daniah membeku. Saat tangan Saga menyusuri pipi dan lehernya dia hanya bisa menggigit bibirnya. “Apa baju ini ada di lemari pakaianmu?”
“Tidak Tuan, ini pakaian saya yang saya bawa dari rumah.” Bagaimana ini, aturan berpakaian jelas-jelas ada di draf berlembar-lembar yang ditulis Sekretaris Han. Daniah berusaha mengolah pikirannya, menemukan alasan yang paling masuk akal yang bisa dia berikan.
“Terserah kau mau pakai baju apa di luar rumah aku tidak perduli.”
Dasar pendusta, kau bilang tidak perduli, terus kenapa kemari. Mau menyiksaku. Tidak cukup di rumah, di luar rumah juga harus gitu menyiksaku begini.
“Kau tidak senang aku di sini.” Saga menyeringai.
“Bagaimana mungkin saya tidak senang Tuan, Anda datang ke tempat jelek seperti ini merupakan kehormatan buat saya.” Daniah menepukkan kedua tangannya di depan wajahnya, sambil tersenyum ceria.
“Kalau kau tahu berterimakasihlah.”
Ya Tuhan, ada ya makhluk tidak tahu malu seperti ini.
“Terimakasih Tuan atas kunjungan Anda.”
Sekarang pergilah, pergi dari sini. Nanti bagaimana aku menjelaskan pada yang lain coba. Dan apa itu tadi, suami, kenapa juga kau bilang kau suamiku.
“Kau tidak mau memberiku minum?”
“Ah ia minum. Sebentar Tuan, saya turun sebentar.” Daniah beranjak, setengah berlari menuruni tangga. Dia melirik tajam pada Sekretaris Han yang sedang duduk sambil sibuk dengan hpnya. Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum. Daniah melengos masam.
Daniah mengambil bungkusan makanan yang tadi dibelinya. Lalu naik lagi ke lantai dua. Melewati Sekretaris Han tanpa menoleh. Dia menarik meja kecil lalu membuka bungkusan plastik makanan yang dibawanya.
“Apa itu?” Saga melirik.
“Cilok dan siomay, apa Anda mau mencoba?” Daniah membuka cup minuman, dia tadi membeli dugan jeruk dan jus sirsak. “Anda mau yang mana?” tunjuknya sambil mengangkat gelas di kedua tangannya.
“Apa lagi itu?”
“Ini dugan yang diberi jeruk peras, dan ini jus sirsak.” Daniah menyodorkan dua gelas agar dipilih salah satu.
“Berikan semua padaku.”
Apa! Kenapa ada orang tidak tahu malu begini si.
Saga menyedot jus sirsak terlebih dahulu, lalu terdiam dan mencoba merasainya. Lalu dia mengambil gelas satunya dari tangan Daniah. Menyedotnya lagi dengan cara yang sama. Lalu setelah menimbang beberapa saat sepertinya dia memilih gelas dugan dan jeruk peras.
“Minumlah.” Saga menyodorkan gelas jus sirsak ke depan wajah Daniah.
Apa! Itu kan bekas bibir Anda Tuan. Bukannya seperti ciuman tidak langsung.
“Tidak apa-apa Tuan, kalau Tuan mau minum semuanya.”
“Ambil! Aku memberimu bukannya berterimakasih, apa sekarang kau sedang membantahku.”
“Tidak Tuan.”
Grap, Daniah menggenggam tangan Saga. Lalu mengambil jus sirsak di tangannya,
“Terimakasih minumannya, saya akan menikmatinya dengan sukacita.”
Inikan minuman ku! Kenapa aku yang harus berterimakasih. Aku minum bekas bibirmu lagi.
“Minum!"
“Baik Tuan.”
Dan aku menghisap bekas bibir pria gila ini.
“Apa Anda mau mencicipi ini.” Daniah mengambilkan satu buah cilok dengan tusukan bambu.
“Kau sedang tidak berencana meracuniku dengan makanan aneh itu kan?”
Daniah tergelak. Sementara Saga terperanjat melihat tawa di bibir Daniah, untuk pertama kalinya Saga melihat gadis di depannya itu tersenyum tanpa dibuat-buat.
“Lihat, enak lho. Anda tidak mau?”
“Habiskan saja sendiri.”
“Aaa, baik-baik.” Daniah kembali menyuapkan cilok berbumbu kacang ke dalam mulutnya.
Sore itu mereka bicara selayaknya sesama manusia. Saga bertanya tentang apa yang dilakukan Daniah sepanjang hari di ruko ini. Daniah pun menjawab dengan antusias, seperti obrolan dengan teman. Mereka menghabiskan minuman dalam gelas mereka masing-masing.
BERSAMBUNG................
baca lagi di th 2024 smabil senyum¹ sendiri lagi😍😍😍