HATI YANG KAU SAKITI

  Saat pulang ke rumah kondisi Dimas acak acak kan, sehingga membuat Sofia mematung melihat suami nya pulang dengan kondisi seperti itu.

   "Dari mana, kamu! mas?" tanya Sofi dengan wajah tegas nya dan terlihat kesedihan di mata wanita itu.

  "Bukan urusan kamu!" bentak nya dengan keras membuat sofia kaget melihat suami nya berubah menjadi kasar.

"Mas," aku istri mu, aku berhak tau kau ada dimana, tidur dimana, kenapa ga pulang, kenapa kamu berubah seperti ini Mas!!

  Tak lama mertua nya datang saat melihat ana nya di interogasi seperti seorang penjahat

  "Apa apan kamu, Sofi! suami baru pulang bukan nya siapin teh hangat, atau Makanan, ini malah ditodong kayak pencuri aja!" ketus nya.

  "Mah," stop jangan ikut campur, ini urusan kami berdua!" ucap Sofia dengan menatap tajam mertua nya.

 "Plak...!"

 Tamparan keras membuat sofia kaget saat melihat suami nya sendiri menampar nya.

  "Sudah cukup muak aku melihat mu seperti ini! Tau apa kamu ha!" aku cape melihat mu yang tak sopan kepada ibu ku, dia itu bertanya dengan baik baik, tapi kamu, dasar tak sopan, apa begini sifat mu sebagai istri ha!?"

  Sedangkan Beta menatap puas ke arah menantu nya yang sombong itu di marahin oleh anak nya, dia merasa puas melihat pertengkaran itu, dia merasa bahagia rumah tangga anak nya hancur.

   "Mas," kamu tega tampar aku, kamu tega menghina ku seperti ini, aku ini istri kamu!" kalau kamu bukan suami aku, ga mungkin aku perduli kepadamu!" apa kamu pikir aku tak cape melihat sikap mu, yang tak tegas kepada hubungan kita! sifat mu yang selalu membela ibu mu, dan menghina ku terus menerus, aku lelah mas, aku lelah!?" ucap nya sambil terisak pedih.

Tak ada rasa kasihan di hati nya saat ini, entahlah sifat nya berubah semenjak kenal Friska, dia menjadi asing untuk istri nya sendiri, bahkan dengan Friska dia merasakan kehangatan yang tak pernah ada di dalam diri istri nya sendiri.

  "Sudahlah aku lelah dan muak dengan mu Sofi!" ucap nya dan masuk ke kamar dan menggebrak pintu begitu keras.

  "Brak...!"

  "Astaghfirullah, sampai kapan aku harus kuat seperti ini!" batin nya dengan pilu.

 Kesabaran nya pun ada batasan nya, kalau tidak memikirkan Fuji dia masih bisa bertahan dengan hubungan yang sudah di ambang keretakan ini, anak nya masih butuh tanggung jawab ayah nya itu, jadi dia masih bisa bertahan sampai saat ini.

  "Cih, pantes sih kamu dicampakkan seperti ini, anak ku sudah bener bener muak liat kamu disini, Sofi! sebaiknya kamu siap siap aja jadi janda!" ejek Beta dan langsung pergi melenggang ke luar.

   "Bunda," ucap Fuji dengan wajah sendu memandang ibu nya dengan sedih.

 "Sayang," kamu udah bangun nak?" tanya nya dengan menghapus air mata nya.

Dia tak mau anak nya melihat nya menangis, dia harus kuat di depan anak nya.

  "Bunda," apa Bunda sedih lagi, gara gara nenek?", apa mereka menyakiti bunda?" tanya Fuji dengan wajah sendu nya.

  "Deg...!"

 Ditanya seperti itu membuat keadaan Sofia tak baik Baik aja, bahkan air mata nya menetes deras saat ini, dia merasa gagal menjadi seorang ibu untuk anak nya.

  "Bunda," jangan nangis, Bunda jangan sedih, Fuji sayang sama Bunda!" Ayah kenapa marahin bunda?" apa bunda nakal?" tanya nya dengan wajah polos.

  "Hikss", tidak nak, Bunda gpp sayang, jangan khawatir, Bunda sayang sama Fuji!" ucap nya dengan wajah sedih dan sendu.

 "Fuji," juga sayang sama bunda, jangan sedih Bunda!"

 Hanya anak nya yang menjadi penguat nya selama ini, dia merasa bersyukur masih memiliki seorang putri yang cantik yang menjadi semangat hidup nya.