Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.
Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sopir Baru, Elgar part 2
Saking asiknya mengobrol dan melihat perdebatan Rania dengan Elgar mereka lupa untuk memesan suatu. Padahal tujuan mereka adalah mengobrol sambil makan siang.
"Ini semua gara-gara temanmu itu, Farel," omel Rania.
"Rania, berhentilah mengomel. Aku sudah kehilangan tenagaku untuk tertawa," celetuk Aluna.
"Aku sedang tidak melawak," protes Rania.
"Sudahi ini dulu, ayo makan. Jam makan siangku akan segera berakhir," pungkas Farel.
Mereka melihat menu sendiri-sendiri. Aluna memilih mie goreng seafood dan untuk minumannya Aluna memilih jus alpukat. Elgar memilih menu yang sama dengan Aluna, sedangkan Farel memilih menu yang dipilih oleh sang istri, nasi ayam penyet dan justru mangga.
Sambil menunggu makanan mereka siapa, keempatnya kembali mengobrol. Namun kali ini Aluna mengobrol dengan Elgar. Aluna menayangkan banyak hal pada Elgar mengenai keluarganya, pendidikan, dan keseharian Elgar sebelum mereka bertemu.
Elgar menjawab semua yang ditanyakan oleh Aluna. Meskipun terkadang Elgar bingung untuk menjawabnya.
Aluna sendiri merasa Elgar itu orang yang menyenangkan dan berharap Hariz akan menerima Elgar untuk menjadikan dia sebagai sopir pribadinya. Bukan karena Elgar itu tampan, tetapi Aluna juga menilai dia orang yang baik, pintar, dan juga berdedikasi tinggi. Hanya saja benar kata Rania, Elgar itu tengil.
Aluna merasa hari itu sangat berbeda. Tidak bisanya ia bisa tertawa lepas tanpa beban seperti itu. Namun tawanya pudar saat pandangannya tidak sengaja mengakap sosok Hariz, sang suami. Dia datang bersama perempuan yang ia kenal sebagai sekretarisnya dan ada juga asisten pribadinya, seperti mereka ada pertemuan.
Aluna berdiri membuat tiga orang di dekatnya heran. Mereka memerhatikan ke mana Aluna pergi, ternyata ada suaminya.
Aluna berjalan menghampiri sang suami. Ternyata bukan hanya dirinya yang melihat Hariz, begitupun sebaliknya. Mereka berdua sama-sama saling menghampiri.
"Hai," sapa Aluna.
"Sayang, kamu di sini juga?" Hariz merengkuh pinggang sang istri lantas mencium pipinya.
"Ya, aku bersama Farel dan Rania. Ada yang kami bahas," jawab Aluna.
Keduanya menoleh ke tempat Farel yang sedang melihat juga ke arahnya. Hariz mengangkat tangannya untuk membalas sapaan Farel dari mejanya.
"Kamu mau makan siang di sini? Tempat ini jauh dari kantormu?" tanya Aluna.
"Ada pertemuan, Sayang," jawab Hariz.
"Oh." Aluna manggut-manggut. "Kamu mau makan siang dulu? Ayo makan siang sama-sama," ajak Aluna.
"Maaf, Sayang, aku tidak bisa. Sebentar lagi klienku datang. Kami janji akan makan siang bersama sambil membahas pekerjaan," tolak Hariz. "Tidak apa-apa, 'kan?" tanya Hariz.
"Tidak masalah," jawab Aluna.
"Tapi kita bisa ngobrol sebentar sebelum klienku datang. Kamu mau?" tawar Hariz.
"Ayo, oh iya Mas, kebetulan kamu di sini. Ada yang mau aku bahas denganmu," pinta Aluna.
"Baiklah, ayo. Apa yang mau kamu bahas?" tanya Hariz.
"Ikut aku!" Aluna melingkarkan tangannya di lengan Hariz. "Tadi pagi kita membahas soal sopir, 'kan? Aku juga sudah mengatakan bila Farel merekomendasikan seseorang."
"Ehemm," gumam Hariz.
Mereka bicara sambil berjalan menuju meja di mana ada Farel, Rania, dan juga Elgar.
"Kami sedang membahas itu," ucap Aluna. "Dan orangnya juga sudah ada di sini."
"Benarkah? Menurutmu bagaimana?" tanya Hariz.
"Ya, dia cukup baik, pintar juga," jawab Aluna. "Tapi aku juga ingin mendengar pendapatmu."
Obrolan mereka terhenti ketika mereka sampai di meja Aluna sebelumnya. Farel berdiri disusul oleh Rania dan Elgar. Mereka saling memperkenalkan diri.
"Silahkan duduk," ucap Farel.
"Tidak, aku hanya sebentar saja," tolak Hariz.
"Oke," gumam Farel.
Pandangan Hariz beralih kepada Aluna. "Aluna, di mana orang yang kamu bilang tadi?"
"Elgar," jawab Aluna.
Pandangan Hariz beralih pada Elgar. Keningnya mengernyit bingung.
"Dia?" Hariz memerhatikan penampilan Elgar. "Tapi penampilannya …?"
"Ya, aku tahu dia sepertinya lebih cocok jadi model," ucap Aluna.
"Ayolah, jangan tertipu dengan penampilanku," protes Elgar. "Aku belum ada pengalaman kecuali handal dalam mengemudi dan bela diri. Aku bisa jadi sopir sekaligus bodyguard istri kamu," rayu Elgar.
Hariz tidak langsung menjawab ia menjeda ucapannya sesaat untuk berpikir. Setelah beberapa saat Hariz pun memutuskan untuk memberikan kesempatan pada Elgar.
"Baiklah Sayang kita uji coba dia selama satu bulan. Jika kamu cocok lanjutkan atau mungkin sebelum satu bulan kamu merasa tidak cocok kamu bisa memecatnya," putus Hariz.
"Jadi … kamu setuju?" tanya Aluna.
"Anggap saja begitu. Mencari sopir saat ini cukup sulit. Dia rekomendasi dari teman kamu. Jadi mungkin dia bisa dipercaya," jawab Hariz.
"Baiklah, terima kasih, Mas." Aluna memeluk Hariz juga mencium pipinya.
"Oh satu lagi, Elgar. Ubah cara bicara kamu. Kami bos mu bukan temanmu." Nada bicara Hariz terdengar tidak bersahabat.
Elgar mengangguk sembari tersenyum, senyuman yang dipaksakan dalam hatinya ia mengumpat dan ingin rasanya memukul wajah Hariz.
"Maaf, Tuan sudah saatnya. Mereka sudah datang." Dion datang menghampiri Hariz.
"Baiklah." Haris mengangguk lantas menoleh ke arah Aluna. "Sayang aku pergi dulu. Kamu jaga diri." Hariz memberikan kecupan di pipi Aluna.
"Iya. Kamu juga jangan lupa untuk makan," pesan Aluna.
"Dan … kamu Elgar kamu bisa bekerja detik ini juga," ucap Hariz.
"Baiklah. Terima kasih, Tuan Hariz." ucapan Elgar terkesan dipaksakan.
Hariz pun pergi setelahnya.
"Jadi … Nyonya Aluna —" Ucapan Elgar dipotong oleh Aluna.
"Aluna saja," potong Aluna.
"Suamimu bisa mencekikku," protes Elgar.
"Aku pun berharap seperti itu," tukas Rania.
"Astaga Rania, kamu masih saja kesal pada Elgar," tegur Aluna.
"Dia memang begitu," ucap Elgar. "Farel sepertinya malam ini kamu tidak akan selamat dari Rania," ejek Elgar.
"Ini juga semua karena kamu," omel Farel justru Elgar tertawa.
Aluna juga tertawa terbahak-bahak bahkan sampai memegangi perutnya melihat ekspresi wajah memelas Farel. Meskipun berteman cukup lama dengan Rania dan Farel, ia sama sekali tidak mengenal Elgar. Aluna merasa pertemanan ketiganya saat unik.
"Hentikan ini, ayo makan," ucap Aluna.
"Ayo, makanannya sudah dingin gara-gara kalian," omel Rania.
Selesai makan siang mereka pun akhirnya berpisah, Rania kembali ke rumahnya sedangkan Farel kembali ke kantornya sedangakan Aluna meminta Elgar untuk mengantarnya ke butik.
Aluna kembali ke tempat mobilnya terparkir tidak lupa memberikan kunci mobilnya pada Elgar. Sambil berjalan ia mengirim pesan pada Hariz jika drinya akan ke butik. Tidak ada balasan bahkan sampai Aluna sudah berada di dalam mobil. Mungkin sang suami sedang sibuk.
"Berangkat sekarang tanya Elgar?" tanya Elgar.
"Ya, kamu tahu letak bitikku, 'kan?" tanya balik Aluna.
"Ya, Farel sudah mengatakan banyak hal tentangmu," jawab Elgar.
"Benarkah?" tanya Aluna memastikan.
"Hmmm," gumam Elgar.
Elgar menyalakan mobilnya lantas keluar dari area cafe.
"Oh iya Elgar, kalau kamu tidak kebaratan tinggalah di rumahku. Itu juga agar mempermudah pekerjaan kamu," pinta Aluna.
"Tinggal satu rumah denganmu?" tanya Elgar.
"Kenapa? Kamu keberatan?" tanya balik Aluna.
"Sama sekali tidak. Satu kamar denganmu pun aku tidak keberatan," gurau Elgar.
"Elgar," tegur Aluna.
"Sorry, aku hanya bergurau," ucap Elgar.
"Jangan bicara seperti itu di depan, Mas Hariz," peringat Aluna.
"Tidak akan. Bisa-bisa dia langsung membunuhku," ucap Elgar. "Jadi nanti aku ikut ke rumahmu?" tanya Elgar.
"Ya, di sana ada paviliun khusus untuk para pekerja," jawab Aluna.
"Baiklah, bisakah mampir ke kosan ku. Aku harus mengambil beberapa pakaianku," izin Elgar.
"Tidak masalah. Kamu bisa antar aku ke butik, setelah itu pergilah ke kosanmu. Ambil barang-barangmu," ucap Aluna.
Pasti Elgar pemilik hotel itu, dan dia menyukai Aluna. Syukurlah Luna belum punya anak dengan Hariz. Saya yakin setelah terbongkar kebusukan Hariz, perusahaannya akan hancur.
Thoor jika perceraian Aluna dan Hariz, cepet, atas bantuan Elgar, tak kasih nilai 5 bintang