Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_033 Hamil
Calvin terus melangkah memasuki ruang kerja milik Deria sedangkan Deria masih berdiri dengan mata yang terus menatap sosok Calvin yang semakin mendekat kearahnya, Deria terlihat jelas begitu kebingungan.
"Apa kamu pacaran sama dokter baru itu?" Tanya Calvin dengan tatapan yang begitu mematikan.
Deria masih termenung dalam tatapan kosong, dia tidak tau harus dengan cara apa menjawab pertanyaan yang Calvin ajukan.
"Jawab aku! Siapa Dariel itu, hmmm?" Kali ini Calvin mengajukan pertanyaan yang di penuhi dengan paksaan, kedua tangannya mencengkram kasar kedua bahu Deria.
"Apa sebegitu mudahnya jatuh pada hati yang lain? Bahkan belum sampai satu bulan kalian bercerai, dan kamu sudah menemukan pengganti Anand? Kamu, benar-benar..." Gumam Calvin dengan wajah yang dipenuhi dengan amarah.
"Bagaimana bisa kamu dengan begitu mudah menuduh aku seperti itu? Apa kamu bukan sahabat ku? Kenapa perkataan mu begitu menyakitkan?" Tanya Deria dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.
"Ria, aku...aku hanya ingin memastikannya? Benarkah apa yang Anand katakan padaku, hanya itu..." Jelas Calvin mencoba untuk mereda emosinya.
"Jadi Anand dalangnya? Katakan padanya bahwa aku memang berpacaran dengan Dariel!" Gumam Deria kesal.
"Ria, aku percaya pada mu." Ucap Calvin.
"Lagi pula, kenapa dia masih mengurusi hidup ku, dia sudah bukan lagi suami aku, sudah tidak ada lagi hubungan apapun diantara aku dan dia jadi sekarang terserah aku mau jatuh cinta pada siapapun, itu adalah hak aku." Tegas Deria.
"Jika kamu butuh teman, butuh sandaran aku akan selalu ada di samping mu, aku akan selalu ada disetiap kamu butuh, jadi jangan pernah berhubungan dengan cowok yang belum kamu kenal dengan baik, apapun yang terjadi aku akan tetap di samping mu." Jelas Calvin lalu mengusap pelan jilbab biru yang melilit menutupi kepala Deria.
"Terima kasih banyak Vin, terima kasih karena sudah begitu peduli pada ku." Ucap Deria dengan senyuman.
"Apa kamu sudah periksakan kesehatan mu?" Tanya Calvin yang kembali memperhatikan wajah pucat Deria.
"Udah, Hanin bilang aku hanya kecapean tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab Deria.
"Baiklah kalau begitu jaga kesehatan mu baik-baik, aku harus buru-buru balik ke rumah sakit soalnya ada janji sama pasien sore ini, aku pamit, jangan lupa jika terjadi apa-apa segera hubungi aku." Pesan Calvin yang pamit untuk kembali ke rumah sakit tempat ia bekerja.
"Hmmmm, hati-hati di jalan..." Pesan Deria dengan senyuman lalu Calvin menutup pintu dari luar.
"Ngapain sore-sore kesini?" Tanya Anand yang tidak sengaja bertemu dengan Putri tepat di depan pintu lift.
"Hah, terserah aku dong mau datang sore, malam, subuh, petang, toh ini bukan rumah sakit kamu." Cetus Putri yang masuk ke dalam lift.
"Mau jemput Ria?" Tanya Anand setelah ikut masuk lalu berdiri disamping Putri.
"Suka-suka aku mau jemput siapa." Jawab Putri ketus.
"Cewek gila..." Gumam Anand pelan dengan menyentuh dahinya.
"Cowok nggak waras..." Seru Putri dengan suara lantang seakan mengajak Anand perang.
"Ciiih, princes ku mana?" Tanya Anand sambil menyandarkan punggungnya pada dinding lift.
"Sama bodyguardnya lah..." Jawab Putri.
"Ntar malam aku bakal nginap disana." Ujar Anand bersamaan dengan terbukanya pintu lift.
"Kamu kira rumah aku itu hotel apa? Nggak ada, nggak boleh nginap!" Tegas Putri yang ikut keluar, lalu berjalan berjejeran dengan Anand.
"Lah, suka-suka aku dong." Seru Anand dengan diakhir tawa cekikikan.
"Ciiiiih! Awas aja kalau berani datang!" Ancam Putri.
"Awas aja kalau berani ngusir bakal aku bawa pulang princes ke istana ku!" Tegas Anand dengan senyuman licik.
"Haissssh, malas kali kalau harus ribut sama kamu, nggak bakal ada habisnya, udah ah...awas!" Cetus Putri yang langsung mendorong bahu Anand dengan bahunya lalu lekas pergi begitu saja.
"Aku nggak telat kan?" Tanya Putri saat bertemu dengan Hanin tepat di depan pintu ruangan Deria.
"Kak Putri nggak bilang ke siapa-siapa kan?" Tanya Hanin memastikan.
"Rahasia aman, ayoo!" Ajak Putri yang langsung masuk dengan disusul oleh Hanin.
"Kenapa kalian kesini, ada apa?" Tanya Deria kebingungan saat melihat Hanin dan Putri masuk berbarengan.
"Menjemput mu, ayo!" Ajak Putri yang langsung menggandeng tangan Deria.
"Ayo kemana?" Tanya Deria kebingungan.
"Ke dokter kandungan." Tegas Hanin.
"Kamu hamil lagi?" Tanya Deria yang langsung fokus menatap Putri.
"Bukan kak Putri, tapi kak Ria." Jelas Hanin.
"Jangan bercanda ah, ayo pulang!" Ujar Deria.
"Siapa yang bercanda, aku rasa kak Ria hamil dan untuk lebih meyakinkan lagi aku ingin memastikannya ke dokter kandungan." Jelas Hanin.
"Hanin, Putri, kalian tidak sedang mempermainkan aku kan? Jangan bercanda tentang hal yang begitu sensitif bagi aku, nggak lucu, yang ada hati aku semakin tersiksa..." Ujar Deria dengan suara pelan dan mata yang kembali berkaca-kaca.
"Siapa yang sedang bercanda, aku serius. Dari hasil pemeriksaan aku tadi, aku menyimpulkan kalau kakak sedang hamil saat ini, jadi untuk lebih meyakinkan kak Ria, sebaiknya kita langsung konsul sama dokter kandungan." Jelas Hanin dengan menyentuh pelan telapak tangan kanan Deria.
"Semoga saja apa yang kamu impikan, yang kamu doakan selama ini, berakhir dengan bahagia. Ayo...!" Ajak Putri dengan senyuman dan langsung memeluk sang sahabat tercinta.
"Aku tidak ingin kembali kecewa, aku takut berharap, tapi aku, aku benar-benar menginginkannya, tapi..." Ujar Deria.
"Tapi? Tapi kenapa?" Tanya Hanin.
"Tidak apa-apa, ayo kita temui Calvin aja... Aku akan menelepon dia lalu membuatkan janji." Ujar Deria.
"Tidak..." Tegas Putri dengan tangan yang langsung menghentikan tangan Deria yang hendak mengambil ponsel dari saku bajunya.
"Kenapa?" Tanya Deria kebingungan.
"Kita temui dokter kandungan lain saja!" Tegas Putri.
"Loh, kenapa? Calvin adalah dokter kandungan terbaik, lagi pula dia sahabat kita!" Jelas Deria.
"Hanin yang melarang ku untuk membawa ma pada Calvin." Jawab Putri yang langsung mengarahkan pandanganya pada Hanin.
"Maaf, aku tau kalau dokter Calvin adalah sahabat kalian berdua, tapi jujur, aku tidak bisa mempercayai dia sepenuhnya. Aku, aku menemukan banyak kejanggalan dalam setiap sikapnya. Okay fine, aku memang tidak terlalu mengenal dia, aku bahkan jarang ketemu sama dia, tapi saat pertama melihatnya dulu diacara akad nikah kak Ria dan abang Anand, aku langsung tidak menyukainya, aku tidak bisa percaya padanya." Jelas Hanin.
"Hanin, mungkin kamu salah, Calvin adalah cowok baik-baik, dia sahabat terbaik kami." Jelas Deria.
"Dia bahkan seratus kali lipat lebih baik dari abang sepupu mu itu!" Cetus Putri.
"Aku ngerti, aku paham kalau kalian begitu mempercayainya, abang Anand juga melakukan hal yang sama, ia mengatakan bahwa dokter Calvin adalah sahabat terbaik yang ia punya. Tapi tetap saja aku tidak bisa percaya padanya, jadi tolong untuk kali ini saja, tolong penuhi permintaan ku, aku akan bawa kak Ria ke teman aku, Filnia, dokter kandungan terbaik yang aku kenal." Jelas Hanin.
"Kenapa kamu jadi ikutan seperti Zhain? Kenapa kalian begitu tidak percaya pada Calvin?" Tanya Putri.
"Mungkin kami punya alasan yang sama, sudut pandang yang tidak bisa kalian lihat." Jelas Hanin.
"Hmmm, baiklah, kali ini kami ikut keputusan mu." Ujar Putri.
"Hanya untuk kali ini, Hanin." Tegas Deria.
"Baiklah, terima kasih, ayoo!" Hanin segera mengajak kedua wanita itu untuk menemui dokter Filnia.