"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Aira berjalan kesana kemari saat menunggu Antares sedang ditangani oleh dokter. Kedua orang tua Antares juga telah datang dan menunggunya dengan khawatir.
"Aira, duduk sini." Shena menahan tangan Aira agar berhenti mondar-mandir.
Aira akhirnya berhenti dan duduk di kursi tunggu. Dia menundukkan kepalanya dan menangis. "Tante, ini semua salahku. Seharusnya Pak Ares tidak menolongku."
Shena merengkuh bahu Aira dan mengusapnya. "Aira, ini bukan salah kamu. Begitulah cinta, yang rela mengorbankan nyawa."
Aira semakin terisak. "Tante harusnya salahkan aku. Tidak seharusnya Pak Ares mengorbankan nyawa hanya demi aku. Aku bukan siapa-siapa Pak Ares."
"Tapi kamu wanita yang dicintai Ares." Shena semakin memeluk Aira hingga dia menyadari suhu tubuh Aira yang terasa panas. "Aira, badan kamu panas sekali. Biar dokter memeriksa kamu ya. Tubuh kamu juga banyak yang luka."
Aira menggelengkan kepalanya. "Aku ingin di sini saja menunggu kondisi Pak Ares."
Beberapa saat kemudian dokter yang menangani Antares keluar. Kedua orang tua Antares dan Aira segera mendekat. "Bagaimana kondisi putra kami?"
"Luka di tubuh putra Anda sudah kami tangani dan tidak sampai mengenai organ vital. Kondisinya stabil. Kita akan pindahkan ke ruang rawat."
Aira merasa lega mendengar hal itu. Tapi kini semuanya terasa berputar hingga membuatnya terjatuh ke lantai.
"Aira!" Shena menahan tubuh Aira yang melemas dan sekarang sudah tidak sadarkan diri.
...***...
"Aira!" Antares membuka kedua matanya. Hal pertama yang dia sebut adalah nama Aira.
"Kamu sudah sadar?" Sky dan Shena mendekat dan tersenyum melihat Antares yang sudah membuka kedua matanya.
"Aira, bagaimana?" tanya Antares. Dia seperti melupakan sesuatu sebelum dia pingsan.
Shena menunjuk brankar yang ada di dekat Antares. Mereka sengaja menjadikan satu Antares dan Aira dalam satu ruang rawat agar mudah menjaga mereka secara bersamaan. "Aira pingsan setelah mendengar kondisi kamu stabil. Badannya sangat panas, kata dokter gejala tifus. Sekarang masih menunggu hasil lab. Di tubuhnya juga banyak memar, pasti dia sangat kesakitan. Mama sengaja atur kalian dalam satu kamar biar Mama bisa merawat kalian bersamaan."
Antares menoleh Aira yang masuh memejamkan matanya. "Aku cinta sama Pak Ares." Kalimat itu seperti terdengar nyata sebelum dia pingsan. Benarkah Aira mengatakan padanya?
Antares kembali meluruskan pandangannya dan menatap papanya. "Pa, pastikan Toni dan Fadil dihukum seberat-beratnya."
Sky menganggukkan kepalanya. "Iya, itu pasti. Mereka terlibat kasus penculikan dan percobaan pembunuhan, pasti mendapat hukuman berat. Sekarang kamu istirahat saja, jangan memikirkan pekerjaan dulu. Biar Papa yang menangani perusahaan."
Antares hanya menganggukkkan kepalanya. Dia kembali menoleh Aira. Mengapa Aira belum sadar? Apa kondisinya sangat parah.
"Ares, jangan khawatir. Aira pasti akan segera sadar. Dokter sudah memberinya obat," kata Shena yang mengerti keresahan hati Antares saat ini.
Beberapa saat kemdian terdengar ketukan pintu dari luar. Sky segera berdiri dan membuka pintu itu.
"Apa saya boleh menemui Aira?" tanya Rika dengan suara yang bergetar.
"Kamu ibunya Aira? Kamu masih peduli sama Aira? Suami kamu sudah membuat putra saya dan Aira terluka, jangan semakin menambah masalah di sini."
"Saya hanya ingin melihat kondisi Aira. Saya sangat khawatir."
"Papa, biarkan masuk!" kata Antares dari dalam.
"Ya sudah, kamu masuk." Sky memberi jalan pada Rika, lalu dia kembali duduk di sofa bersama istrinya.
Rika berjalan mendekati brankar Aira. Air mata itu semakin mengalir. Sekarang dia sangat menyesal, mengapa dulu dia mau menerima Fadil sebagai suaminya. Berharap Aira bisa merasakan kasih sayang seorang ayah tapi justru sebaliknya. Aira sangat menderita karena adanya Fadil.
Rika mengusap rambut Aira. Dia terus menatapnya tanpa berkata apapun. Cukup lama dia menatapnya meskipun tanpa suara sama sekali.
Rika menghapus air matanya, lalu berjalan mendekati Antares. "Maaf, karena suami saya membuat Pak Ares terluka. Tolong sampaikan permintaan maafku juga pada Aira. Terima kasih sudah menjaga Aira. Saya permisi."
Kemudian Rika keluar dari ruang rawat itu meskipun sangat berat meninggalkan Aira. Dia berjalan keluar dari rumah sakit, lalu memesan ojek online. Kali ini, dia akan ke kantor polisi untuk menemui Fadil. Dia sudah putuskan, ingin mengakhiri semuanya dengan Fadil.
Setelah sampai di kantor polisi, dia melihat Fadil dan Toni yang berada di balik jeruji dengan kaki yang terperban.
"Rika, tolong aku. Kamu panggil pengacara dan bebaskan aku dari sini. Kamu bisa jual rumah itu."
Rika tertawa mendengar permintaan konyol Fadil. "Bebaskan? Kamu memang pantasnya mendekam di penjara seumur hidup! Aku menyesal menikah dengan kamu. Aku akan segera mengurus perceraian kita."
"Cerai? Kamu tidak bisa cerai dariku! Aku pasti akan bebas!"
"Bebas? Kamu salah memilih lawan. Keluarga Pak Ares bukan orang sembarangan. Kalian berdua pasti akan mendekam di penjara seumur hidup! Selamat tinggal!" Kemudian Rika keluar dari kantor polisi itu.
...***...
"Sakit semua ..." Aira membuka kedua matanya saat tengah malam. Badannya terasa sakit semua dan tenggorokannya sangat kering. Perlahan dia duduk dan mengambil minuman yang ada di atas meja kecil di samping brankarnya.
Setelah meminum air mineral itu, dia mengedarkan pandangannya dan terkejut melihat Antares terbaring di brankar yang ada di sebelahnya, lalu Papa Sky yang tidur di sofa dan Mama Shena yang tidur di ranjang kecil yang ada di ujung ruangan.
"Ruangan ini luas sekali," guman Aira. Dia masih mengedarkan pandangannya untuk melihat keseluruhan ruang rawat yang mewah dengan fasilitas yang lengkap itu.
Perlahan Aira turun dari ranjang dan berjalan mendekati Antares. Dia menatap luka di lengan dan dada Antares yang terbalut perban. "Pasti sangat sakit," gumam Aira. Perlahan jemarinya menyentuh pipi Antares. "Terima kasih sudah menolongku."
"Bilang secara langsung, jangan pas aku tidur."
Suara itu membuat Aira terkejut. Dia akan kembali ke brankarnya tapi Antares menarik tangannya hingga membuatnya terduduk di samping Antares.
"Kamu harus banyak istirahat. Jangan bergerak dulu," kata Antares.
"Aku mau ke kamar mandi."
"Bangunkan Mama kalau perlu sesuatu."
Aira menggeleng cepat. "Aku tidak mau merepotkan."
Antares semakin menarik tangan Aira hingga badan Aira setengah terbaring di sampingnya. "Sebentar lagi Mama juga akan menjadi Mama kamu."
Dada Aira semakin berdebar mendengar hal itu. Apa Antares ingat kalau dia mengungkapkan perasaannya? "Hmm, Pak Ares."
"Masih memanggil Pak setelah bilang cinta."
Aira menggigit bibir bawahnya. Ternyata Antares mengingatnya. "Hmm, waktu itu aku panik. Lagian, aku juga tidak tahu perasaan Pak Ares."
"Sini mendekat." Antares meraih satu tangan Aira dan menapakkan di dadanya. "Kamu rasakan detak jantungku saat ini. Detak jantungku selalu lebih cepat saat berada di dekatmu. Maaf, beberapa hari ini aku marah sama kamu karena aku cemburu lihat kamu sama Rizal. Aku yang pengecut lebih memilih mundur. Tapi sekarang, aku tidak akan mundur lagi."
Aira menggembungkan pipinya menatap Antares. "Pak Ares, tahu tidak aku sangat tertekan. Aku ..."
Antares mencium pipi Aira yang membuat Aira menghentikan perkataannya. "Aku cinta kamu, Aira."
Aira tersenyum. "Aku juga cinta Pak Ares. Eh, hmm, Mas Ares."
Antares mengusap dadanya yang semakin berdetak cepat mendengar panggilan dari Aira. "Sini." Antares semakin menarik tubuh Aira dan memeluknya dengan satu tangan.
"Ares, Aira, kalian tidak tidur?"
💕💕💕
Selamat datang di bucin era. 🤭
semangat Othor..
biar hidup Aira tenang,Antares juga bahagia bisa menemukan pengganti Dara...
Asekkk.. 💪💪💪💪💪👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻