Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Semua orang yang hadir terperangah dan bahkan riuh para orang berbisik-bisik sembari mencibir ke arah Damar, Danti dan Mamah Ila. Ketiga orang itu benar-benar merasa di permalukan. Mereka bahkan tidak menyangka jika perbuatan Iva sejauh itu.
"Iva, apa kamu nggak malu mengumbar aib suamimu sendiri? Tolong matikan layarnya Iva. Tolong jangan seperti ini aku mohon. Bukankah tidak ada orang yang sempurna di dunia ini? Setiap orang pasti melakukan kesalahan. Maafkan aku Iva, aku khilaf dan semua yang terjadi karena bujuk rayu wanita ja lang itu."
Tanpa ada rasa malu sama sekali Damar memohon pada Iva di hadapan begitu banyak orang.
Iva tersenyum miring serta memanggil beberapa orang untuk menyeret ketiga orang tersebut keluar dari gedung mewah itu.
Hati Iva merasa sangat puas karena sudah bisa memberikan balasan setimpal pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Kejadian itu juga sempat tertangkap oleh para awak media massa dan media elektronik yang sempat di undang Iva. Hingga tersiar secara langsung di beberapa televisi.
"Sialan, anak itu berulah dengan keturunan dari keluarga Atmajaya. Jika seperti ini bukan hanya hancur reputasi keluarga tapi juga reputasi perusahaan!" ucap seorang lelaki paruh baya yang merupakan Ayah kandung dari Danti.
Tak berapa lama Danti pun telah tiba di rumah. Sang Ayah segera memanggilnya. "Darimana saja kamu, hah? Papah memberikan perusahaan untuk kamu supaya kamu urus dengan sebaik mungkin dan tidak usah berulah. Kamu malah berurusan dengan keturunan keluarga Almarhum Atmaja. Asal kamu tahun ya Danti, Papah bisa sesukses ini juga karena Almarhum Atmaja. Kamu sudah mempermalukan Papah dan mencoreng nama baik Papah. Dasar bo doh! Kaya nggak ada lelaki single saja hingga kamu tergoda dengan suami orang! Kamu itu berpendidikan, dan terlahir dari keluarga yang bermartabat. Sedangkan lelaki itu cuma lelaki ren dahan yang bisa hidup di bawah ketiak istrinya. Jika bukan karena Iva Atmaja, mana mungkin dia bisa memiliki perusahaan!"
Mendengar teguran panjang lebar dari Sang Ayah tak lantas membuat Danti sadar akan kesalahannya. Ia justru sempat membela diri. "Pah, tahu darimana? Semua yang terjadi bukan kesalahanku tapi wanita mura han itu. Memang salah jika aku jatuh cinta pada seorang lelaki? Bukannya Papah berharap aku segera menikah?"
Sang Ayah sempat menghela napas berat, selepas itu membuangnya dengan kasar. "Astaghfirullah Danti! Kamu masih belum sadar juga akan kesalahanmu hah? Kejadian di gedung itu sempat masuk di beberapa acara televisi. Yang mura han justru kamu karena menjalin hubungan dengan suami orang. Papah memang berharap kamu menikah tapi tidak begini caranya dengan menjadi pelakor. Mau di taruh dimana muka Papah, hah? Mulai hari ini dan selamanya, Papah tidak ijinkan kamu untuk memimpin perusahaan. Papah juga akan mengirimmu ke Luar Negeri dalam jangka waktu yang cukup lama. Papah sudah mengurus segalanya dan beberapa jam lagi kamu akan terbang ke Am3rik@!"
Jika sang sang Ayah sudah memberikan sebuah keputusan, Danti tidak bisa lagi berkutik. Hingga ia menggunakan satu cara yakni berdrama di hadapan sang Ayah. Ia bertelut di depan Ayahnya sembari kedua tangannya bertumpu pada kaki Sang Ayah. Perlahan ia mulai menitikkan air mata buayanya berharap Ayah luluh dan mengurungkan niatnya untuk mengirim dirinya ke Luar Negeri.
'Pah, tolong maafkan aku ya. Berikan aku kesempatan sekali lagi, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Semua yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahanku tapi aku termakan bujuk rayu Mas Damar. Aku nggak tahu jika semua kekayaan yang ia miliki bukan seutuhnya miliknya dan juga dia berkata padaku masih lajang sehingga...
"Cukup Danti! Kamu pikir Papah ini anak kecil yang dengan gampang kamu bohongi, hah? Papah sama sekali tidak percaya denganmu apalagi sudah melihat live di gedung itu. Jika memang benar seperti yang kamu katakan barusan, pasti saat di gedung kamu membela diri seperti ini. Papah bahkan sempat melihat expresi wajahmu di live itu. Sungguh memalukan sekali. Sudah nggak perlu membujuk Papah lagi. Keputusan sudah bulat, cepat kemasi semua barang-barang yang perlu kamu bawa ke Luar Negeri! Karena malam ini juga kamu terbang dan ingat, kamu di sana juga jangan berulah karena Papah sudah meminta beberapa anak buah Papah untuk selalu menjagamu. Sedikit saja kamu berulah, Papah tidak akan mengakuimu sebagai anak! Camkan itu!"
Hancur sudah harapan dan impian Danti. Ia begitu mencintai Damar tapi semua itu tidak berlangsung lama karena dirinya harus menerima keputusan yang telah di pilihkan oleh Sang Ayah. "Sialan, aku nggak menyangka si Iva ternyata cerdik juga. Di gedung itu di adakan live, aku malah tidak tahu. Aku masih tidak percaya juga, bagaimana wanita seperti Iva ternyata kaya raya bahkan lebih kaya dariku. Tapi aku tidak akan tinggal diam. Selepas aku kembali dari Luar Negeri, pasti kan ku balas perlakuannya padaku," batin Danti sembari mengepalkan tinjunya.
Sementara di rumah Damar, ia sedang kelimpungan kesana kemari. Ila sang Mamah menegur dengan lantang. "Duduk! Mamah pusing lihat kamu seperti itu!"
Damar menjatuhkan pantatnya di sofa. Ia hanya diam tak bisa berkata, sehingga Mamah Ila yang berkata. "Percuma Mamah menyekolahkanmu tinggi-tinggi tapi otakmu bo doh! Bagaimana bisa kamu tidak tahu menahu identitas asli Iva, hah? Jika kita tahu dari awal tidak akan seperti ini, justru kita akan makmur dan bergelimang harta. Tapi apa, semua yang ada padamu sudah di ambil paksa olehnya. Hanya tersisa rumah ini dan juga mobil."
Damar menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sembari menghela napas panjang. "Mah, tolong jangan menyalahkanku terus menerus seperti ini. Seharusnya Mamah bantu aku mencari sebuah solusi supaya aku bisa kembali pada Iva. Jika berhasil, Mamah juga akan turut menikmati hasilnya bukan? Jika Mamah terus ngomel, yang ada otakku semakin buntu saja."
Mamah Ila terdiam, ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Mendadak wajahnya berbinar cerah dan senyum mengembang di bibirnya. "Hem, Mamah punya ide. Dan Mamah yakin sekali, ide Mamah ini akan berhasil sehingga Iva bertekuk lutut padamu."
Mendengar hal itu, Damar turut riang. Wajah yang semula murung kini sumringah. "Benarkah Mah? Ide apa itu Mah?"
Sejenak Mamah Ila membisikan sesuatu pada Damar. Damar sempat mengerutkan keningnya dan menatap ragu ke arah Mamah Ila. "Mamah yakin akan berhasil dengan rencana Mamah?"
"Sangat yakin, percayakan saja semuanya pada Mamah. Dalam waktu itu juga, Iva akan luluh dan kembali padamu. Besok Mamah akan menemui Iva. Kamu nggak usah ikut ya?"
Lantas ide apa yang akan di jalankan oleh Mamah Ila untuk meluluhkan hati Iva? Dan apakah benar-benar akan berhasil?
gak mau orang jahat yang datang