Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Lari dari Aryo
Aryo berjalan mendekat ke arah Risma.
"Mas, kamu jangan deketi aku..." Risma panik.
Risma terus berjalan mundur hingga mentok ke tembok dan tidak bisa bergerak lagi.
"Jangan takut sayang, aku hanya ingin bersenang- senang sama kamu aja kok..." sahut Aryo memegang kedua pundak Risma.
"Lepaskan aku mas...!" Risma berusaha menyingkirkan tangan Aryo dari pundaknya namun pegangan tangan Aryo cukup kuat.
"Kamu tenang saja sayang, aku nggak akan menyakitimu kok, justru aku akan memberikan kepuasan untukmu..." Aryo memegang dagu Risma.
"Aku bilang kamu jangan pegang- pegang mas...! Aku bukan perempuan murahan yang bisa kamu pegang- pegang sesukamu...!" Risma mendorong tubuh Aryo hingga terhuyung.
"Hei Risma... jangan munafik kamu..! Aku tahu kamu jarang disentuh oleh Radit. Apalagi Radit sekarang sudah punya istri baru yang lebih muda dan lebih cantik dari kamu. Aku yakin dia sudah tidak nafsu lagi sama kamu...." Aryo mencengkeram kedua lengan Risma.
Risma ketakutan, dadanya naik turun karena nafasnya tak beraturan karena takut Aryo akan berbuat tidak sopan lagi padanya.
"Aku tahu kamu sangat menginginkan sentuhan itu Risma, dan aku akan memberikan sentuhan itu untukmu hingga kamu puas...." Aryo dengan cepat memeluk tubuh Risma.
"Lepaskan aku mas...! Lepaskan aku...!" Risma kembali mendorong dada Aryo dengan sekuat tenaga. Tapi Aryo rupanya tidak patah semangat untuk bisa menyentuh tubuh Risma.
"Lepaskan aku mas...!"
"Plak.." Risma menampar pipi Aryo dengan sekuat tenaga.
""Berani kamu nampar aku Risma...! Aku sudah berbaik hati membongkar semua kelakuan bejad suamimu , tapi ini balasanmu untukku hah...!" Aryo marah.
Aryo mendorong tubuh Risma hingga jatuh ke tempat tidur. Kemudian Aryo menindih tubuh Risma. Aryo nenahan kedua tangan ke kasur hingga Risma tak bisa bergerak. Aryo berusaha untuk mencium Risma namun Risma berusaha untuk menolaknya dengan menggeleng- gelengkan kepalanya.
Entah kekuatan dari mana tiba- tiba Risma mengantam benda milik Aryo menggunakan lututnya. Aryo merintih kesakitan dan otomatis melepaskan kedua tangan Risma, dan Aryo memegangi benda miliknya yang terasa nyeri. Risma pun tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu untuk lari.
Risma bergegas lari keluar dari kamar. Dan di depan kamar tak sengaja Risma menabrak tubuh bi Amih. Risma tidak tahu apa yang dilakukan oleh bi Amih di depan kamar yang pintunya setengah terbuka itu. Yang Risma lihat bi Amih memegang ponsel.
Risma tak perduli dengan bi Amih. Dia langsung lari keluar dari Vila milik orang tua Aryo.
"Hei Risma jangan lari kamu....!" Aryo berusaha mengejar Risma sambil memegangi miliknya yang masih nyeri. Sementara itu bi Amih langsung sembunyi masuk ke dapur karena takut ketahuan Aryo jika dia telah mengintip apa yang telah dilakukan oleh Aryo pada Risma.
Risma terus berlari mengikuti jalanan untuk pergi dari Vila menuju jalan raya. Untungnya hanya ada satu jalan saja menuju jalan raya. Tapi jalannya cukup jauh. Tubuh Risma yang memang sedang tidak fit pun beberapa kali terjatuh hingga lututnya berdarah . Apesnya lagi Risma tidak bertemu dengan satu orang pun di sepanjang jalan yang bisa dia mintai tolong.
Sementara itu di belakang , Aryo terus mengejar Risma.
"Risma...! Tunggu jangan lari kamu...!" Aryo berteriak memanggil Risma.
Risma tidak memperdulikan panggilan Aryo, dia terus berlari dengan sisa- sisa tenaga yang dia punya. Untungnya selama ini Risma rajin olah raga, yaitu mengikuti les aerobic dan BL bersama dengan Ririn dan ibu- ibu lain di sanggar senam tiga hari sekali. Jadi walapun cukup menguras tenaga, Risma masih tetap bisa lari.
Setelah sekitar tiga puluh menit berlari akhirnya Risma sampai di jalan raya. Risma berhenti untuk beristirahat. Namun tanpa dia sadari Aryo telah berhasil menyusulnya.
"Akhirnya aku dapat mengejarmu juga Risma.., sekarang kamu tidak bisa lari dariku lagi Risma..." Aryo menarik tangan Risma.
"Mas Aryo...! Lepaskan aku mas...! Lepaskan aku...! Tolong....!'' Risma berteriak minta tolong sambil memberontak agar Aryo melepaskan tangannya.
"Di jalan ada beberapa mobil yang berlalu lalang, namun tidak ada satupun yang berhenti untuk menolong Risma.
"Lepaskan aku mas aku mohon..." Risma sudah tidak ada tenaga lagi. Dia hanya bisa menangis.
"Hei lepaskan dia...!" seru seorang laki- laki yang baru saja turun dari mobil.
Laki- laki itu mendekati Aryo dan Risma.
"Lepaskan dia..." ucap laki- laki itu.
"Hei bung jangan ikut campur kamu..." Aryo kesal pada laki- laki tersebut sambil terus memegangi tangan Risma dengan kuat.
"Aku harus ikut campur karena kamu sudah berbuat kasar pada perempuan..." ucap laki- laki tersebut lalu mendorong tubuh Aryo hingga hampir jatuh. Aryo pun marah. Kemudian dia mencoba menghajar laki- laki tersebut dengan mengarahkan tinju padanya. Namun laki- laki itu mengelak, dan malah Aryo yang kena tonjok oleh laki- laki tersebut.
Aryo tak gentar walaupun ada darah yang mengalir di sudut bibirnya akibat tonjokan dari laki- laki tersebut. Dia bermaksud membalas apa yang dilakukan laki- laki itu. Tapi karena tubuh Aryo kalah besar dari laki- laki itu dia pun gagal melakukan aksinya. Justru dia yang tumbang karena laki- laki itu menonjok perutnya beberapa kali.
"Kamu masih berani melawanku...?" tanya laki- laki itu sambil mengepalkan lengannya.
Karena sudah tidak bertenaga lagi, Aryo pun menyerah.
"Ampun... Aku nyerah..."
"Cepat pergi kamu dari sini...!" seru laki- laki itu.
Aryo bergegas pergi dari hadapan laki- laki itu.
"Dasar laki- laki pengecut, beraninya cuma sama perempuan..." ucap laki- laki itu sambil menatap Aryo yang lari tunggang langgang.
Laki- laki itu lalu mendekati Risma yang terduduk di tanah karena sudah tidak punya tenaga untuk berdiri. Badannya terlalu lelah setelah berlari sekitar tiga kilometer tanpa berhenti.
"Apa kamu baik- baik saja...?" tanya laki- laki itu berdiri di depan Risma yang masih tersengal- sengal karena kecapekan.
Laki- laki itu lalu jongkok di depan Risma.
"Kamu nggak papa...? Apa ada yang luka...?" tanya laki- laki itu menatap Risma yang masih saja menunduk.
"A...aku...." jawab Risma lalu menatap wajah laki - laki yang telah menolongnya.
Risma kaget karena laki- laki yang telah menolongnya adalah laki- laki yang dia kenal.
"Mas Taufik..." ucap Risma.
"Risma..." laki - laki yang bernama Taufik tak kalah kaget melihat Risma ada di hadapannya.
Iya, Taufik adalah tetangga Risma di kampung. Rumahnya bersebelahan dengan rumah almarhum orang tua Risma. Taufik adalah teman masa kecil Risma sekaligus kakak kelasnya. Waktu Risma kelas tiga SMP, Taufik kelas tiga SMA. Saat itu Risma pernah naksir Taufik secara diam- diam.
Walapun hubungan pertemanan mereka sangat dekat, tapi ternyata mereka tidak berjodoh. Saat dewasa Risma menikah dengan Radit karena dijodohkan oleh orang tuanya. Dan tiga tahun setelah Risma menikah, Taufik juga menikah dengan teman sekolahnya dan dikaruniai satu orang putri berumur delapan tahun. Tapi beberapa bulan lalu Risma mendapat kabar bahwa istri Taufik telah meninggal dunia karena sakit.
"Kenapa kamu berada di tempat ini...? Laki- laki itu siapa...? Lalu suami kamu mana...?" Taufik memberondong Risma dengan beberapa pertanyaan.
"Ce.. ceritanya panjang mas..." Risma masih tersengal- sengal.
"Lututmu terluka..." Taufik melihat ke arah celana yang dikenakan oleh Risma robek di bagian lutut dan ada bercak darah di sana.
"Ayo, berdirilah, aku akan mengantar kamu pulang..." ucap Taufik membantu Risma berdiri.
Taufik menuntun Risma ke arah mobilnya. Namun baru beberapa langkah mereka melangkahkan kakinya tiba- tiba tubuh Risma ambruk. Iya , Risma jatuh pingsan.
"Risma...!" Taufik dengan sigap menangkap tubuh Risma yang tak sadarkan diri.
Taufik lalu membopong tubuh Risma kemudian memasukkannya ke dalam mobil. Taufik membaringkan tubuh Risma di jok belakang dan mengganjal kepala Risma menggunakan bantal. Lalu Taufik menjalankan mobilnya mencari klinik terdekat.
Sepuluh menit kemudian Taufik menemukan sebuah Klinik yang buka. Taufik menghentikan mobilnya di parkiran klinik. Kemudian Taufik membopong tubuh Risma masuk ke klinik tersebut. Dokter dan perawat segera datang menangani Risma. Taufik menunggu di luar ruang IGD dengan cemas.
Sepuluh menit kemudian seorang dokter perempuan keluar dari ruang IGD.
"Dok bagaimana keadaan Risma...?" tanya Taufik tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
"Apa anda suaminya...?" tanya dokter tersebut.
"Oh..bu..bukan .. Sa..saya kerabatnya..." jawab Taufik.
"Oh... Bu Risma baik- baik saja. Dia hanya mengalami kelelahan dan juga dehidrasi. Dan ada luka ringan di beberapa bagian tubuhnya. Dia sedang tertidur karena pengaruh obat. Dan di juga harus diinfus untuk memulihkan tenaganya dan cairan dalam tubuhnya. Tapi tidak perlu di rawat inap kok. Nanti setelah cairan infusnya habis, bu Risma boleh pulang..." jawab Dokter.
"Oh begitu ya dok...." sahut Taufik dan dokter pun mengangguk.
"Saya boleh menemui Risma kan dok...?" tanya Taufik.
"Oh boleh ,silahkan...." jawab dokter.
Taufik lalu masuk ke ruang IGD menemui Risma. Di atas tempat tidur Risma terbaring lemas dengan jarum infus tertancap di punggung tangan kirinya.
Taufik lalu duduk di kursi di samping tempat tidur Risma. Taufik menatap wajah Risma yang pucat dan letih.
"Apa yang terjadi sama kamu Risma, kenapa kamu bisa seperti ini..." ucap Taufik sambil mengusap kepala Risma yang berbalut hijab.
"Tega kamu mas Radit , aku sudah mencintai kamu dengan sepenuh hati, tapi apa balasanmu... kamu dengan sadar telah mengkhianati aku dengan menghadirkan perempuan lain dalam rumah tangga kita... Kamu jahat mas Radit... Kamu jahat... Aku benci sama kamu mas... Aku benci...." Risma mengigau dalam tidurnya.
Mendengar igauan Risma, Taufik pun kaget. Apakah benar yang dikatakan Risma, atau hanya sekedar igauan atau bunga tidur saja. Setelah mengigau Risma pun kembali tidur dengan tenang.
Satu jam kemudian akhirnya Risma bangun. Selama Risma tidur , dengan sabar Taufik menunggunya, bahkan Taufik juga sempat tertidur sambil duduk di samping Risma.
"Mas...." ucap Risma
"Risma, kamu sudah bangun...?"
"Aku di mana...?"
"Di klinik...kamu tadi pingsan, aku membawamu ke klinik untuk mendapatkan perawatan. Kamu ngalami kelelahan dan juga dehidrasi. Makanya kamu harus diinfus..." jawab Taufik.
"Jam berapa sekarang...?" tanya Risma.
Taufik lalu melihat jam tangannya.
"Jam empat..."
"Hah..? Jam empat...?'' Risma kaget.
"Aku harus pulang... Aku harus pulang sekarang, tas aku mana...? Mana tas aku..? Aku sudah terlambat menjemput anak- anakku..." Risma bangun dan hendak turun dari tempat tidur.
"Tenang dulu Risma tenang..." Taufik menahan Risma agar tidak turun dari tempat tidur karena tanggannya masih diinfus.
"Aku nggak bisa tenang mas, mana hp aku, aku sudah terlambat menjemput anak- anak. Bagaimana kalau mereka masih di sekolah menungguku. Kasihan mereka mas. Aku takut ada orang jahat..." Risma begitu terlihat cemas.
"Mana tas aku mas, aku mau ambil ponselku mau menghubungi gurunya Rafa..."
"Ini... Ini tas kamu..." Taufik memberikan tas Risma.
Risma segera membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Mata Risma pun membulat begitu melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Radit. Tentu saja Risma tidak mendengar ponselnya berdering karena ponselnya mode silent.
"Hah.. Mas Radit tadi telpon..." ucap Risma.
Risma lalu menghubungi balik Radit.
"Risma...! kamu ke mana saja...? Kenapa kamu tidak menjemput anak- anak....? Kamu tahu , anak- anak menunggumu lama sekali tapi kamu nggak datang juga. Ke mana saja kamu Risma...! Dasar ceroboh kamu...! Kalau terjadi apa- apa sama anak- anak gimana...!" Radit langsung marah- marah begitu menerima telpon dari Risma.
"Ma...maaf mas, ak...aku tadi....
"Aku apa...? Keluyuran ke mana saja kamu, hah...? Apa kamu keasikan main hape sampai kamu lupa menjemput anak- anak..! Keterlaluan kamu Risma...!"
"Maaf mas maafkan aku...hik..hik..." Risma.
"Keterlaluan kamu Risma...! Mengurus anak saja nggak becus...! Ibu macam apa kamu ini, dasar bodoh...! "
"Maaf mas ,, maafkan aku hik..hik..." Risma hanya bisa menangis.
"Anak- anak sekarang ada di mana mas...?" tanya Risma.
"Mereka ada di rumah Umi. Untung saja ada tetangga Umi yang melihat Rafa dan Sabila menunggu di depan sekolah. Dia langsung membawa mereka ke rumah Umi..." jawab Radit.
"Ingat Risma... Jangan ulangi lagi kebodohan kamu itu... Kalau sampai kejadian ini terulang lagi dan terjadi apa- apa sama anak- anak, kamu akan tahu akibatnya..." sambung Radit yang dari nada bicaranya begitu kesal dengan Risma.
"I..iya maaf, sekali lagi aku minta maaf...hik..hik..." Risma terus menangis sambil memijit kepalanya yang terasa pusing.
Taufik yang sejak tadi mendengarkan perbincangan antara Risma dan Radit di telpon pun menggeleng- gelengkan kepalanya. Iya, tentu saja Taufik mendengar Radit yang marah- marah pada Risma karena Risma mengeraskan suara ponselnya dengan mode spiker.
Taufik tidak menyangka Radit bisa semarah itu pada Risma, bahkan dia tidak memberi Risma waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan Risma hingga dia terlambat menjemput Rafa dan Sabila di sekolah.
"Mas Taufik, aku harus pulang sekarang, aku harus menjemput anak- anakku di rumah neneknya..." ucap Risma setelah mematikan sambungan telponnya.
"Iya, aku akan antar kamu pulang, tapi aku panggil perawat dulu untuk melepas jarum infus..." jawab Taufik.
Setelah perawat melepas jarum infus dari tangan Risma, dan Taufik menyelesaikan administrasi, Taufik mengantarkan Risma ke rumah mertuanya untuk menjemput Rafa dan Sabila. Di perjalanan ,Taufik bertanya kenapa ada laki- laki yang berbuat kasar pada Risma di tempat sepi. Tapi Risma tidak mau menjawabnya karena dia tidak mau permasalahan rumah tangganya diketahui oleh Taufik.
🥰😍 Jangan lupa kasih dukungan ya, dengan vote, like dan koment juga, biar Author nya semangat...😍🥰
Taufik
Bersambung...