Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Marco berbalik menatap manajer beserta istrinya, dia tak percaya jika sang istri manajer menilai orang tersebut hanya dari pakaian yang dia kenakan.
***
"Apa kau tak memberitahu istrinya untuk memastikannya Marco" ucap Steve.
"Maaf kan saya tuan mungkin istri saya sedang kelelahan" ucap Marco beralasan.
Nessa memutar matanya malas melihat sang manajer bersilat lidah, dia sudah banyak menghabiskan waktu hanya untuk menyimpan barangnya di sana.
"Huh .. Kak Eve tolong simpan barangku ini aku sudah lelah sejak tadi berdiri" ucap Nessa dengan sedikit keras.
Steve yang merasa kesal pada manajer dan istrinya seketika membalikan badannya dan menatap gadis yang baru saja memanggilnya dengan nama yang di berikan oleh teman dan adik kecilnya.
Sedangkan pegawai dan pengunjung di sana tak tahu pada siapa gadis itu berkata, tetapi saat melihat reaksi dari pemilik NovaSpire mereka yakin jika yang di panggil oleh gadis itu adalah Steve.
"Ka-kau .. " ucapan Steve terpotong oleh ucapan Nessa.
"Cepatlah kak urus kedua hama itu, aku sudah lelah aku aku akan menunggu di ruangan manajer" ucap Nessa.
Nessa meninggalkan tempat itu sambil membawa ranselnya menuju ruangan manajer, sedangkan sang manajer dan istrinya telah berkeringat dingin.
Mereka tak menyangka mereka akan menyinggung orang yang salah, tetapi setahu mereka Steve tak pernah memiliki adik.
Steve tak bisa menahan penasarannya dia segera memanggil Rio untuk mengurus mereka berdua.
"Rio urus mereka berdua dan jangan pernah biarkan mereka bekerja di Bank NovaSpire manapun dan masukkan mereka ke dalam daftar hitam" ucap Steve.
Setelah mengatakan hal itu Steve segera menuju ruang manajer untuk menemui gadis itu, saat pintu ruangan terbuka Nessa segera bangun dan berlari ke arah Steve dan memeluknya.
"Kak Ev Essa rindu" ucap Nessa.
Steve yang tiba tiba mendapatkan sebuah pelukan dari seorang gadis membeku tapi hatinya berkata untuk membalas pelukan gadis itu.
Steve mulai mengangkat tangan dan membalas pelukan gadis itu meski dia tak tahu siapa sebenarnya gadis yang berada dalam pelukannya ini.
Nessa merasa nyaman berada dalam pelukannya Steve karena dia telah menganggap Steve seperti kakanya sendiri.
"Kak Ev ayo duduk pasti kaka bertanya tanya siapa aku bukan?" Ucap Nessa.
Steve hanya mengangguk menanggapi ucapan Nessa, Nessa menarik tangan Steve untuk duduk di sampingnya.
"Apa kakak tak merindukan Essa?" Ucap Nessa.
"Essa" ucap Steve.
Steve merasakan hatinya sakit saat kembali mendengar dan mengingat Essa, dia telah seperti adiknya sendirinya dia sangat menyayangi gadis kecil yang manja itu.
Tak terasa tiba tiba air matanya mengalir saat mengingat adiknya yang saat ini telah tiada tanpa dia bisa menemui nya di saat saat terakhir.
"Kak ini aku Essa mungkin ini sulit untuk di percaya tapi ini Essa adik kakak yang manja" ucap Nessa ikut menangis.
Steve menatap gadis yang berada di hadapannya saat ini, dia berpikir apa benar gadis itu adiknya tapi semua gerak gerik dan perilakunya memang seperti adiknya.
"Apa kakek masih di luar negeri kak" ucap Nessa dengan terisak.
Steve kembali terkejut mendengar pertanyaan Nessa karena hanya segelintir orang yang mengetahui keberadaan sang kakek.
"Apa kau benar Essa" ucap Steve.
Nessa mengangguk dengan tersenyum sangat lebar, Steve langsung memeluk gadis di hadapannya dengan erat meski masih ada keraguan dalam hatinya.
Setelah beberapa saat akhirnya Steve melepaskan pelukannya.
"Kau benar benar Essa" ucap Steve.
Nessa mengangguk dan mulai menceritakan bagaimana dirinya bisa berada dalam tubuh Nessa, Steve mendengarkan cerita Nessa meski menurutnya tak masuk akal tapi dia yakin semua yang di katakan oleh Nessa adalah kenyataan.
"Kakak senang karena bisa bertemu denganmu lagi meski kin kau berada dalam raga orang lain kau tetap adik kesayangan ku" ucap Steve kembali memeluk Nessa.
Nessa membalas pelukan dari Steve karena dia pun merasa rindu pada sosok Steve selama ini.
Sedangkan saat ini di sebuah apartemen Viola tengah mengamuk dia menghancurkan semua yang berada di atas meja riasnya.
"Ahh .. sial*n sebenarnya siapa jal*ng itu" ucap Viola.
"Kenapa dia bisa santai seperti itu apa yang dia ketahui sebenarnya bangs*t" ucap Viola.
Viola mengambil ponselnya dan segera menghubungi sang daddy.
"Dad" ucap Viola.
"Ya sayang ada apa, kenapa nada suara mu ketus begitu" ucap Gillan.
"Aku sangat kesal sekali dad" ucap Viola.
Viola menceritakan kejadian di kampus pada sang daddy, Gillan terkejut mendengar cerita dari putrinya dia pun bertanya tanya siapa sebenarnya mahasiswa baru itu.
"Tenang saja sayang daddy akan mencari tahu tentang mahasiswa itu" ucap Gillan.
"Oke daddy terima kasih, tapi apa daddy tak pernah sekali pun bertemu dengan putri tuan Benedict" ucap Viola.
"Daddy tidak pernah bertemu dengan putri tuan Benedict sama sekali sayang, yang daddy tahu putri tuan sangat pemalu" ucap Gillan.
"Baiklah kalau begitu aku tutup dulu dad" ucap Viola.
Setelah menghubungi sang daddy Viola melempar ponselnya ke arah kasur dia pergi ke kamar mandi untuk bersih bersih karena dia akan pergi ke club untuk menenangkan pikirannya.
Saat ini Nessa dalam perjalanan pulang setelah dia melepas rindu dengan Steve dan menyimpan barang barangnya.
Setelah mengemudi cukup lama akhirnya Nessa sampai di mansion dia melihat sang papah dan mamah yang tengah bersantai di halaman samping rumah.
"Sore mah pah" ucap Nessa mencium pipi kedua orang tuanya.
"Sore juga sayang, kenapa kau baru pulang" ucap Lestari.
"Biasa mah tadi setelah kelas beres Nessa berkeliling dulu" ucap Nessa.
Nessa memperhatikan sang papah tanpa ada yang terlewat oleh matanya, dia menemukan luka baru tangan papahnya seperti telah memukul benda keras.
"Pah juga udah pulang biasanya pulang saat jam makan malam" ucap Nessa.
"Uhuk uhuk .. pekerjaan di kantor sedang sedikit sayang jadi papah bisa pulang cepat" ucap Zahir.
"Oh, kalau gitu Nessa masuk dulu ya mah pah mau istirahat" ucap Nessa.
"Ya sayang selamat istirahat" ucap Lestari.
Nessa berjalan meninggalkan kedua orang tuanya tetapi sebelum dia benar benar pergi dia melihat ke arah kedua orang tuanya dan tersenyum.
Zahir yang telah tak melihat bayangan putrinya dapat bernafas lega, saat Nessa menanyainya dia merasa seperti sedang di interogasi.
"Apa Nessa menyadari sesuatu mah" ucap Zahir.
"Sepertinya tidak pah, Nessa hanya bertanya biasa saja" ucap Lestari.
Saat ini telah sampai di kamarnya dia yakin ada sesuatu yang di sembunyikan oleh sang papah, bagaimana mungkin tangan sang papah dapat terluka seperti seseorang yang telah memukul benda keras atau bahkan memukuli orang.
Karena dia pernah mengalaminya sendiri jadi dia sangat yakin papahnya bukan hanya seorang pebisnis.
Tiba tiba ponsel nya berdering, Nessa segera mengambil dan melihat nama yang tertera di layar.
"Sam, kenapa dia menghubungiku di sore hari" ucap Nessa sebelum mengangkat panggilan Samuel.
"Ya Sam ada apa" ucap Nessa.
"Nona saya saat ini tengah bertemu dengan tuan Galang anda meminta saya untuk menghubungi anda jika bertemu dengan beliau" ucap Samuel.
"Apa kau sudah menyerahkan suratnya pada Galang" ucap Nessa.
"Tentu saja nona dan setelah membaca surat itu tuan Galang sendiri yang meminta saya untung menghubungi anda, dia bilang ingin memastikan sesuatu" ucap Samuel.
"Berikan ponselnya" ucap Nessa.
Samuel langsung menyerahkan ponselnya pada Galang dan begitu juga Galang yang langsung menerima ponsel tersebut.
"Halo apa benar ini anda nona" ucap Galang dengan suara yang bergetar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...