Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Sania mencoba membantu temannya agar terlepas dari Nessa, tapi baru saja dia melangkah mendekati Nessa sia langsung tersungkur oleh tendangan yang di layangkan oleh Nessa.
***
"Aww " ucap Sania memekik kesakitan.
"Sebaiknya kau diam tak usah ikut campur, karena saat ini belum giliranmu Sania" ucap Nessa.
Sania yang mendengarnya seketika membeku di lantai sebenarnya dia tak tahu apa yang telah dia lakukan pada mahasiswa baru itu sampai dia pun akan mendapat giliran.
Viola yang kesusahan bernafas mulai lemas, Nessa yang melihat hal itu langsung melepaskan tangannya dari leher Viola.
Seketika tubuh Viola ambruk ke lantai saat Nessa melepaskan tangannya karena sudah sangat lemas.
"Dasar lemah, jika tak memiliki kemampuan jangan pernah mengusik ku" ucap Nessa.
Sebelum pergi Nessa lebih dulu menginjak kaki Viola dengan kuat sampai terdengar suara yang menandakan tulang yang patah.
Kratak ..
Viola yang sudah kehabisan tenang karena kesulitan bernafas hanya dapat menangis menahan sakit kakinya yang patah, Viola menatap Nessa dengan tajam dan penuh amarah.
"Ini belum seberapa Viola dengan apa yang telah kau lakukan pada Nessa, bukan kah kau yang telah membuatnya terjatuh dari atap dan sampai harus koma" ucap Nessa dengan lantang.
Semua mahasiswa terkejut mendengar ucapan Nessa begitu juga Viola dan Sania, yang mereka semua ketahui jika Nessa jatuh sendiri dari atap bukan karena ulah Viola dan Sania.
"Tunggu saja pembalasan yang akan aku berikan padamu, ini hanya permulaan" ucap Nessa.
Nessa pergi begitu saja meninggalkan Viola dan Sania dia sana mahasiswa yang tadi berkumpul pun mulai bubar satu persatu.
Viola mendengar bisikan para mahasiswa yang membicarakannya, mereka tak percaya jika Viola berani berbuat seperti itu.
Viola sangat marah pada Nessa dia bersumpah akan menghabisinya bagaimana pun caranya.
"Bantu aku pergi ke rumah sakit" ucap Viola.
"Iya Vi" ucap Sania.
Sania membantu Viola berdiri dan mereka pergi menuju rumah sakit, kekejaman Nessa telah menyebar ke seluruh penjuru kampus saat ini semua orang tak ada yang berani menatapnya.
Nessa memesan makanan yang dia inginkan lalu mencari meja yang masih kosong di kantin, Nessa melihat sebuah meja yang masih belum terisi dia segera berjalan menuju meja tersebut.
Baru saja duduk pesanannya telah tiba.
"Pesanannya" ucap si penjual.
"Terima kasih" ucap Nessa.
Si penjual hanya mengangguk lalu meninggalkan meja yang di tempati oleh Nessa dan kembali ke kedainya.
Nessa langsung menyuapkan pesanannya sampai terdengar suara seseorang memanggilnya.
"Kak Essa" ucap Lia.
Ya orang tersebut Lia bersama teman temannya yang kini tengah berdiri di hadapan meja yang sedang Nessa tempati.
"Ya ada apa?" Ucap Nessa.
"Maaf kak apa kami boleh bergabung di sini meja lain sudah penuh" ucap Lia.
Nessa melihat ke sekeliling untuk memastikan ucapan Lia, ternyata benar di sana sudah tak ada meja kosong selain meja yang sedang dia tempati.
"Silakan" ucap Nessa singkat.
"Terimakasih kak" ucap Lia.
Setelah mendapatkan Izin Lia dan kedua temannya segera duduk di meja bersama dengan Nessa, Nessa kembali melanjutkan makannya tanpa mempedulikan Lia dan teman temannya yang berada di hadapannya.
Teman temannya menyikut tangan Lia, mereka telah mendengar apa yang baru saja terjadi di kampus pada Viola.
"Li bener kita boleh gabung" ucap Ria berbisik.
"Iya tadi kan kak Essa udah bilng boleh" ucap Lia.
"Li udah denger kan kalau kak Essa bikin kaki kak Viola patah" ucap Dhea.
"Shutt, iya aku juga udah liat di grup" ucap Lia.
Meski Nessa tak memperhatikan Lia dan teman temannya tetapi Nessa dapat mendengar apa yang di bisikkan oleh teman Lia.
"Aku tak akan mengganggu jika tak di ganggu terlebih dahulu" ucap Nessa.
Lia dan temannya terkejut karena mereka telah berbicara dengan sangat pelan tapi kakak tingkat mereka dapat mendengarnya.
"Maafkan kami kak" ucap Lia dan kedua temannya.
Saat ini di ruangannya Rei mendapatkan kabar jika Keponakannya membuat kaki salah seorang mahasiswa patah.
"Apa dia ingin menjadi preman" ucap Rei.
Rei mengambil ponselnya dan menghubungi keponakannya itu,
"Ke ruangan om sekarang" ucap Rei.
Setelah mengatakan hal itu Rei langsung menutup panggilan tersebut tanpa mendengar jawaban dari keponakannya.
Sedangkan Nessa saat ini masih berada di kantin memutar matanya malas mendapat telpon dari omnya dengan terpaksa Nessa bangkit dari kursinya.
"Aku duluan Lia masih ada urusan" ucap Nessa berpamitan pada Lia.
"Iya kak" ucap Lia.
Nessa berjalan meninggalkan kantin menuju ruangan Rei, Nessa berjalan dengan santai di koridor melewati mahasiswa lain yang terus memperhatikannya.
Mungkin jika Nessa asli dia akan menundukkan kepalanya karena tak percaya diri tapi berbeda dengan sekarang saat ini Nessa mengangkat wajahnya dengan penuh percaya diri.
Setelah melewati beberapa koridor akhirnya Nessa telah sampai di depan ruangan Rei, tanpa mengetuk Nessa langsung membuka pintu ruangan tersebut.
Saat pintu terbuka Nessa melihat jika di dalam ruangan tersebut bukan hanya ada omnya saja tapi ada seorang wanita dengan pakaian yang menurut Nessa kekurangan bahan.
"Siapa kau, beraninya masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu apa kau tak memiliki sopan santun" ucap Wanita itu sinis.
"Seharusnya aku yang bertanya terlebih dulu siapa kau" ucap Nessa tak kalah sinis.
"Kau ,, Rei katakan siapa dia" ucap Dianti pada Rei.
"Aku putrinya lalu kenapa" ucap Nessa mendekat ke arah Rei.
Dianti melihat ke arah Rei meminta penjelasan atas ucapan dari seseorang yang mengaku sebagai putrinya.
Sebelum menjawabnya Rei lebih dulu menatap ke arah Nessa dan Nessa hanya tersenyum.
"Ya dia putriku Dian" ucap Rei.
Dianti cukup terkejut mendengar jawaban yang di berikan oleh Rei, karena selama ini yang dia ketahui Rei tak memiliki putri, karena putrinya meninggal bersama dengan istrinya.
"Kau pasti berbohong kan Rei" ucap Dianti.
"Kenapa papah ku harus berbohong padamu, siapa kau, jika pun papah ku akan menjalin hubungan dan bahkan sampai menikah denganmu aku tak sudi memiliki ibu sambung yang memiliki penampilan seperti jal*ng" ucap Nessa.
Saat pertama membuka pintu ruangan Rei dan melihat interaksi keduanya Nessa langsung mengetahui jika omnya itu merasa tak nyaman dengan wanita yang berada di ruangannya.
"Apa kau bilang" ucap Dianti mengepalkan tangannya.
Diianti berjalan ke arah Nessa dan berniat untuk menampar gadis itu, saat telah dekat dengan Nessa Dianti telah mengangkat tangannya tapi di hentikan oleh Rei.
"Apa yang akan lakukan DIANTI" ucap Rei meninggikan suaranya.
"Rei dia menyebutku jal*ng, aku hanya ingin memberikannya pelajaran" ucap Dianti.
"Siapa kau berani memberikan pelajaran pada putriku" ucap Rei.
"Apa kau lupa dengan permintaan Sari" ucap Dianti.
Rei terdiam mendengar ucapan Dianti, tentu saja dia mengingat permintaan mendiang istrinya. Nessa mulai mencerna apa yang di katakan oleh wanita yang dia ketahui bernama Dianti itu.
"Memangnya apa permintaan ibu Sari" ucap Nessa masih berakting.
Dianti tersenyum mendengar pertanyaan dari gadis yang di ketahui sebagai putri dari Rei orang yang sangat dia idam idamkan sejak lama.
"Ibumu meminta papah mu untuk menjagaku selamanya" ucap Dianti bangga.
"Oh hanya itu aku pikir apa, jika begitu papah ku bisa mengirimkan beberapa bodyguard untuk menjagamu jadi kau tak perlu terus menempel pada papah ku bereskan" ucap Nessa.
Baru saja Dianti akan membalas perkataan putri Rei mulutnya kembali di bungkam oleh perkataan Nessa.
"Pergi lah sekarang juga kau telah menyita waktu ku dengan papahku, jika tidak aku sendiri yang akan menyeret mu keluar dari universitas ini" ucap Nessa penuh penekanan.
"Dasar iblis kecil, lihat saja aku akan melenyapkan mu" ucap Dianti dalam hati.
"Rei aku pergi dulu aku akan menemui mu lagi, ingat dengan janji mu dulu" ucap Dianti.
Setelah mengatakan hal itu Dianti pergi dari ruangan Rei sebelum benar benar pergi dia melayangkan tatapan tajam pada Nessa,
Nessa yang di tatap seperti itu tak menghiraukannya dia hanya fokus pada omnya yang tengah terdiam melamun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
tau kebenaran baru nyahok
mamaci kk