Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Tak Terduga
Malam itu, Nada tampak gelisah. Ia bolak-balik di kamar sambil memegang alat tes kehamilan di tangannya. Hasilnya jelas: dua garis. Nada hamil.
Nada terduduk di tepi ranjang, bingung harus merasa bahagia atau khawatir. Sejak awal pernikahan, ia sudah mengatakan kepada Bian bahwa ia ingin childfree karena takut penyakit mentalnya akan menurun ke anak mereka. Namun, kini kenyataan berbicara lain.
Saat Bian masuk ke kamar, ia langsung menyadari ada sesuatu yang berbeda. “Sayang, kamu kenapa? Kamu kelihatan pucat,” tanyanya khawatir.
Nada menyerahkan alat tes itu tanpa berkata apa-apa. Bian membacanya, dan raut wajahnya berubah menjadi terkejut sekaligus bahagia. “Nada, ini… kita bakal punya anak?”
Nada mengangguk perlahan, tetapi matanya mulai berkaca-kaca. “mas, aku nggak tahu harus gimana. Aku takut... Aku takut anak kita bakal mewarisi sakitku. Aku nggak mau dia menderita seperti aku.”
Bian duduk di samping Nada, menggenggam tangannya dengan lembut. “Nada, dengerin aku. Apa yang kamu rasain itu wajar, tapi kita nggak bisa terus hidup dalam ketakutan. Anak ini adalah berkah. Kita bisa melewati semuanya bareng-bareng, kayak kita selalu melewati semua masalah sebelumnya.”
Nada menggeleng. “mas bian, kamu nggak ngerti. Aku tahu gimana rasanya hidup dengan penyakit mental ini. Aku nggak mau anak kita ngalamin hal yang sama. Aku nggak mau dia benci sama aku karena ini.”
Bian mengusap wajah Nada, menatapnya penuh keyakinan. “Nad, aku ngerti kamu takut. Tapi anak kita nggak cuma akan mewarisi rasa sakitmu. Dia juga akan mewarisi kebaikanmu, kekuatanmu, dan cintamu. Aku janji, aku bakal selalu ada buat kamu dan anak kita. Kita akan kasih dia semua yang terbaik.”
Nada mulai terisak, tetapi pelukan Bian perlahan membuatnya merasa tenang. “Aku nggak tahu, mas. Aku masih takut. Tapi aku tahu satu hal: aku percaya sama kamu.”
Bian tersenyum. “Kita jalanin ini bareng-bareng, ya? Kamu nggak sendiri, sayang. Aku bakal jadi suami sekaligus ayah yang bisa kamu andalkan.”
Nada mengangguk pelan. Meski ketakutannya belum sepenuhnya hilang, ia merasa lebih tenang dengan dukungan Bian.
......................
Hari-hari berikutnya diisi dengan persiapan menyambut kehamilan Nada. Meski kadang rasa takut dan cemas muncul, Bian selalu ada untuk menenangkan istrinya. Mereka juga berkonsultasi dengan dokter dan psikolog untuk memastikan kehamilan Nada berjalan sehat, baik secara fisik maupun mental.
“sayang, anak ini akan jadi bagian dari perjuangan kita, bagian dari cinta kita,” kata Bian suatu malam ketika mereka berbicara tentang masa depan.
Nada menatap Bian dengan senyuman kecil. “Aku masih takut, tapi aku juga mulai merasa... mungkin ini jalanku untuk belajar lebih kuat. Anak ini adalah keajaiban kita.”
Dengan penuh cinta dan semangat, mereka mulai mempersiapkan hidup baru sebagai calon orang tua.
......................
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Bian dan Nada memutuskan untuk memulai babak baru di Bali. Pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya itu menjadi pilihan mereka untuk mengembangkan bisnis sekaligus menikmati suasana baru.
Bian berhasil membeli sebuah vila kecil di daerah Canggu, lengkap dengan halaman luas dan pemandangan sawah yang menenangkan. “Ini tempat yang pas banget buat kita,” kata Bian sambil menggandeng tangan Nada. “Kita bisa mulai semuanya dari sini.”
Nada tersenyum, meski masih ada sedikit keraguan dalam hatinya. “Semoga keputusan ini membawa kebaikan buat kita semua, terutama untuk masa depan anak kita.”
