Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Kejutan Untuk Bisma
"Kak Bisma? Kenapa dia bisa tidur di sini?" kagetnya. Hampir saja jantungnya seakan mau copot saat benar-benar jelas bahwa yang terbujur di atas ranjang itu adalah Bisma kakak angkatnya yang saat ini sedang ingin dia hindari.
Tapi rasa kantuk yang sudah menggelayuti matanya, mendorong Haura untuk segera membaringkan tubuh dan memejamkan matanya. Terpaksa ia berbaring di atas kursi kayu di kamarnya yang hanya beralaskan bantal busa. Sebelum matanya terpejam, Haura mematikan kembali lampu itu.
Haura benar-benar tertidur sangat lelap sehingga suara adzan Subuh saja tidak ia dengar.
Sementara itu, Bisma mulai menggerakkan tubuhnya. Suara adzan yang menggema dari beberapa mesjid yang didengarnya juga kokok ayam yang samar terdengar dari kejauhan, memaksanya ntuk bangun dari tidurnya yang lelap.
Bisma perlahan bangkit, lalu menggeliatkan badanya ke kiri dan kanan, meregangkan otot-ototnya yang kaku. Tidurnya semalam di kamar Haura membuatnya dan betah.
"Ya ampun nyenyak dan enak banget tidur di kamar Haura." Bisma bergumam lalu menuruni ranjang dan menyalakan lampu utama. Terang benderanglah kamar itu. Bisma melihat sekeliling, ia bermaksud merapikan kembali selimut yang habis ia pakai. Namun, matanya tiba-tiba melihat sebuah tubuh yang terbaring di atas kursi kayu di dalam kamar Haura.
"Haura? Benar dia Haura? Ini benar Haura? Sejak kapan dia pulang?" herannya seraya mendekati Haura yang masih terlelap. Bisma melihat wajah Haura yang hanya ditutupi sebelah tangannya, dia sama sekali tidak terusik. Haura benar-benar lelap.
"Heran, jam berapa dia pulang? Kenapa dia tiba-tiba sudah berada dalam kamar ini, apakah dia menyadari aku ada di sini lalu dia terpaksa tidur di kursi kayu?" gumam Bisma lagi seraya menatap lekat wajah Haura yang manis. Bayang-bayang kejadian saat dia pulang mabuk satu sloki kini membayang kembali.
Ada hasrat yang menggebu saat melihat kembali bibir Haura yang tengah tertidur, rasanya ingin dia kecup bibir manis gadis ingusan yang kini masih terlelap itu. Bisma segera tersadar dari lamunannya. Dia meraih kembali selimut yang tadi dipakainya tidur.
Tadinya Bisma akan melipat kembali selimut itu, tapi melihat Haura tidur tidak berselimut, Bisma berinisiatif menyelimuti sekujur tubuh Haura sampai dada.
Setelah itu, Bisma menyeret kakinya menuju pintu. Sebelum membuka handle pintu, lampu utama kamar itu ia matikan kembali dan membiarkan Haura tidur.
Dengan perasaan risau, Bisma membuka pintu kamar itu dengan hati-hati, dia tidak ingin siapapun termasuk Bi Mimin yang selau bangun lebih awal, mengetahui dirinya keluar dari kamar Haura.
Pintu itu berhasil ia buka, langkah panjang Bisma mulai menapaki lantai di luar pintu kamar Dengan segera Bisma menutup kembali pintu itu dengan sangat pelan dan hati-hati.
Bisma lega, dia sudah keluar dari kamar Haura. Namun langkahnya terhenti, saat dengan tiba-tiba Bi Mimin justru datang dari arah depan seraya menjinjing pel dorong.
"Den Bisma," kejut Bi Mimin. Bisma sama terkejutnya, ia benar-benar tidak menyangka kalau Bi Mimin akan melihatnya keluar dari kamar Haura.
"Kenapa, Bi? Bi Mimin ini membuat saya terkejut," ujar Bisma protes.
"Maaf, Den. Bibi juga sama terkejut. Habisnya Bibi lagi fokus berjalan, tiba-tiba ketemu Den Bisma di sini. Den Bisma habis bangunkan Non Haura, ya?" jawab Bi Mimin.
Bisma untuk sejenak berusaha mencerna pertanyaan Bi Mimin, kalau diresapi lebih dalam dari pertanyaan Bi Mimin sepertinya Bi Mimin hanya melihat Bisma sudah berada di luar kamar. Hal ini disyukuri Bisma sehingga ia bisa mengarang jawaban terhadap Bi Mimin.
"Iya, tadi saya habis bangunkan Haura. Tapi sayang, dia ternyata tidur sangat lelap. Jadi, saya biarkan saja. Tidurnya saja kayak kebo. Emangnya Haura pulang jam berapa sih, Bi, tahu-tahu dia sudah pulang dan tidur di kamar?" jawan Bisma penasaran.
"Bukannya Den Bisma sudah tahu kalau Non Haura pulang?" Bi Mimin mengkerutkan keningnya dan menatap Bisma heran. Bukannya tadi Bisma bilang membangunkan Haura, itu artinya dia tahu Haura pulang, tapi kini malah bertanya lagi pada Bi Mimin, kapan Haura pulang.
"I~iya, saya tidak tahu Haura pulang, Bi. Tadi, saya hanya inisiatif ke kamar Haura dan melihat apakah dia sudah pulang atau belum. Ternyata Haura sudah ada dan tidur sangat pulas. Karena tidurnya susah dibangunkan, jadi saya biarkan saja dia tidur. Sepertinya dia lelah," papar Bisma memberi alasan.
"Oh, iya, Den. Kalau begitu bibi pamit dulu, ya." Bi Mimin segera melangkah menuju dapur. Bisma bersyukur Bi Mimin segera pergi. Kemudian Bisma segera menaiki tangga menuju kamarnya.
Pagi sudah tiba, semua orang telah terbangun dari tidurnya. Bisma sudah wangi dan tampan dengan seragam PDH nya yang rapi dan fresh. Memang lelaki yang sebentar lagi berusia 29 tahun itu, pesonanya semakin keluar jika sudah mengenakan seragam hariannya. Tubuhnya juga masih sangat bagus, terawat dan atletis.
Bisma menduduki salah satu kursi makan, ia heran dengan Haura yang masih belum hadir di meja makan.
"Siapa yang sedang kamu cari Bisma, sejak tiba di meja makan ini, matamu tidak berhenti bergulir? Kamu mencari Haura?" Pak Saka menegur Bisma. Bisma sontak terhenyak, gelagatnya ketahuan Pak Saka, sang papa.
"Non Haura sudah pulang Pak, tadi subuh. Sepertinya Den Bisma memang mencari Non Haura," celetuk Bi Mimin. Seketika wajah Bisma memerah.
"Haura, kamu itu kenapa tidak kasih tahu mama kalau kamu tidak menginap?" Bu Sindi muncul bersama Haura. Bisma merasa terselamatkan, tapi wajahnya tentu saja masih merah.
"Haura, kamu sudah pulang? Bagaimana hasilnya dan apakah acaranya seru?" Pak Saka menyambut Haura dengan gembira seraya memberi ruang agar anak dan istrinya menduduki kursi meja makan.
"Alhamdulillah, Pa, hasil rancangan Haura dan beberapa teman Haura berhasil dikontrak untuk enam bulan ke depan," ujar Haura sembari dengan sekilas menoleh ke arah Bisma yang sejak tadi sama sekali tidak bicara sepatah katapun.
"Dikontrak? Benar-benar permulaan yang bagus, Haura. Mama ikut senang," tukas Bu Sindi sembari melirik ke arah Bisma.
"Wah, bagus anak papa. Ternyata kamu benar-benar berbakat di bidang fashion," puji Pak Saka.
"Bisma, kamu tidak mau ngucapin selamat sama adikmu Haura?" ceplos Bu Sindi pada Bisma.
"Selamat Haura, kamu berbakat," ucap Bisma datar. Bi Mimin yang tengah menyodorkan minuman, mesem-mesem menahan tawa, dia merasa heran pada majikan mudanya yang memberi ucapan sedatar itu.
"Mereka itu sedang diam-diaman sepertinya, ada apa dengan mereka?" batin Bi Mimin.
"Terimakasih Kak," balas Haura langsung fokus dengan sarapan paginya. Sebetulnya Haura juga berterimakasih pada Bisma karena telah menyelimutinya tadi subuh.
Sarapan pagi sudah selesai, Bisma meninggalkan meja makan duluan. Dia segera keluar dan berangkat kerja. Disusul Haura dan kedua orang tuanya. Haura segera masuk kamar untuk bersiap ke butik, karena hari ini dia tidak ada kuliah.
Di dalam kamar, Haura menemukan secarik kertas dengan tulisan di atasnya.
"Aku minta maaf karena tadi malam tidur di kamarmu. Motormu sudah aku servis dan sudah dalam keadaan baik. Kalau tidak keberatan, datanglah ke Senvira Cafe, aku ingin traktir kamu makan sebagai ucapan terimakasih." Begitu isi surat itu.
Apakah Haura akan menemui Bisma di kafe Senvira? Nantikan lanjutannya besok. Selamat membaca.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...