DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM5
"Sah?"
Pak penghulu menatap para saksi yang hadir.
"Saaaah ...!"
Para saksi serentak menjawab. Pernikahan siri antara Damar dan Tuti berjalan lancar.
Acara pernikahan itu dihadiri beberapa tetangga, beberapa kerabat Damar dan Tuti, juga anggota keluarga Hana.
Sedangkan Hana? Wanita berparas cantik itu mengurung dirinya di kamar. Lebih tepatnya, tengah bersiap-siap hendak pergi refreshing.
Sebelum menggugat Damar, ia bertekad, akan melakukan hal-hal yang ia sukai di masa-masa dulu saat belum menjadi seorang istri. Karena semenjak menikah, Damar selalu melarang ini dan itu.
'Ngelarang ini itu, kirain setia, rupanya banyak tingkah!' gerutu Hana dalam hati.
Begitu acara sudah mulai sepi, Hana pun menyambar kunci mobilnya dan segera keluar dari kamar. Tak lupa juga ia menyemprotkan parfum yang aroma nya sangat disukai Damar. Wanita itu melangkah dengan anggun, melewati keluarganya begitu saja.
"Sombong amat sih, Han. Ketemu keluarga sendiri bukannya menyapa, malah lewat gitu aja," celetuk Kemala.
Sontak Hana menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan.
"Keluarga?" Hana mengedarkan pandangan, lalu menatap Mayang. Kemudian tatapan sengit itu beralih pada Kemala.
"Ketimbang keluarga, aku malah melihat orang-orang yang sudah mencuri uang ku," timpal Hana sembari tersenyum sinis.
Kemala mengedarkan pandangan, dapat ia lihat beberapa sanak saudara saling berbisik sambil menatap ke arahnya. Kedua tangan Kemala mengepal erat, wajahnya sudah semerah tomat.
'Dasar wanita mandul, Sialan!' umpat Kemala di dalam hati.
Mayang menatap kakak tirinya dengan tatapan tak suka. Ia tak terima ibunya dipermalukan, bibir gadis itu tersenyum licik.
"Jangan suka jahatin orang tua sendiri loh, Mbak, pamali. Mbak gak tau ya resep agar bisa punya anak, yang manjur? -- Jadilah anak yang baik."
Mayang terkekeh, wajahnya kentara sekali tengah mengejek.
Emosi Hana tidak sedikitpun terpancing, wajahnya begitu tenang. Wanita itu justru tersenyum manis.
"May, mau tau resep jadi anak yang baik gak?" Hana sengaja menaikan volume suaranya. Semua anggota keluarga di ruangan itu akhirnya menatap Hana.
Damar dan Tuti ikut menyimak.
"Lahirlah dari bibit yang baik, jangan lahir dari rahim seorang wanita yang tega merebut suami orang lain," Hana tersenyum manis, "iya kan, Tante Kemala?"
Wajah Kemala dan Mayang merah padam, begitupun juga Tuti. Wanita berbadan dua itu ikut tersentil dengan sindiran kakak sepupunya, atau lebih tepat, kakak madunya?
Hana melangkah dengan anggun, meninggalkan lawan bicara nya yang sudah dongkol. Hana sengaja melintas di depan Damar, Aroma lembut vanilla yang keluar dari tubuhnya, menggelitik indra penciuman Damar.
"Kamu mau ke mana, Yank?" tanya Damar pada Hana.
Pria itu melepaskan genggaman Tuti, lalu beranjak dari duduknya dan lekas menghampiri Hana yang sudah membuatnya tergoda.
"Pergi," jawab Hana datar dan singkat.
"Pergi ke mana?" Damar mencekal pergelangan tangan Hana.
"Reuni," jawab Hana malas.
"Ada laki-laki nya gak?" selidik Damar.
Hana menatap tajam suaminya, lalu menatap Tuti yang juga tengah menatapnya. Adik madunya itu sampai gelagapan.
"Jika ada pun, kamu tenang saja, Mas. Aku bukan dirimu, yang gampang tergoda," sindir Hana sambil berlalu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu ruangan di dalam rumah megah nan mewah, suasana begitu berisik. Volume musik nyaris menggetarkan ruangan tersebut.
Monica dan David tengah berduet, menyanyikan lagu yang membuat mereka menari bersama.
🎶 BLACKPINK IN YOUR AREA 🎶
Sebuah lagu dari negeri gingseng itu mengguncang suasana. Hana yang duduk di sofa, tertawa terpingkal-pingkal melihat David menggoyangkan pinggulnya.
Gavriil beberapa kali menepuk jidatnya melihat kelakuan David dan Monica. Pria itu mengulas senyuman tipis saat melihat tawa Hana.
Setelah menyelesaikan lagu dari negeri korea, David yang usil memilih sebuah lagu yang tak terduga-duga.
"Kawin lagi, suamiku istrinya baru lagi. Stres lagi, aku jadi stres lagi. Kawin lagi, suamiku direbut orang lagi. Nangis lagi, aku jadi nangis lagi."
Sebuah lagu dari Siti Badriah yang berjudul Suamiku Kawin Lagi, memecahkan suasana.
Hana berdiri dan melempar David dengan bantal sofa. Gavriil tertawa melihat aksi Hana.
"Brengsek lo, Dav!" Hana misuh-misuh.
David bernyanyi sambil tertawa. "Cinta tak selamanya indah ya, Dek. Jangan ya Dek ya."
Sekali lagi, Hana menimpuk wajah David dengan bantal sofa. Gavriil kembali tertawa.
Setelah lagu spesial itu selesai dinyanyikan, David dan Monica memilih duduk. Mereka begitu kelelahan, karena hanya mereka berdua saja yang karokean.
Sedangkan Gavriil, pria sedingin kutub utara itu tak bisa di harap untuk hal-hal yang nyeleneh. Begitu juga dengan Hana, wanita itu sedang dalam kondisi tak dapat saling menghibur.
"Eh, kalian lihat gak? Si Gavriil ikut ketawa tadi. Sumpah demi apa kita bisa ngelihat Gavriil ketawa dua kali hari ini!" ucap David heboh.
"Asli merinding sebadan-badan, biasanya dia ketawa setahun sekali!" Monica tak kalah heboh.
Gavriil melempar kulit kacang pada dua orang yang tengah meledeknya, lalu berakhir dengan mereka saling melempar.
Sambil menggulir ponsel, Hana tertawa melihat tingkah absurd sahabat-sahabat. Namun, dalam sekejap saja tawa itu lenyap dari bibirnya. Wanita itu kecewa melihat story whatsapp suaminya, Damar mengunggah foto pernikahannya dengan Tuti. Hatinya kembali sedih dan pedih.
Tiga pasang mata menyorot ekspresi Hana yang berubah drastis.
"Ada apa, Han?" tanya Monica.
Hana menggeleng dan tersenyum manis, berusaha menutupi kesedihannya. Ia tidak mau permasalahan yang ia hadapi malah merusak suasana bersama para sahabatnya.
"Eh bando Mahalini, kita-kita di sini juga pada tau lo lagi ada masalah segede dosa koruptor. Kagak usah di tutup-tutupin, nangis aja udah. Tuhan nyiptain air mata bukan buat cebok, okay? Kalau lo ngerasa berat sama semua masalah lo, cerita. Gak usah sok kuat, lo bukan poweranger merah. Boleh kok lo sedih karena kehilangan, nangis karena dikhianati, atau lo kecewa karena firaun kaya tapi gak punya TV LED. Gapapa, ekspresiin aja, ketimbang asam lambung lo naik. Sekali lagi lo pura-pura bahagia dan baik-baik aja, biji mata lo gue jambak! Beneran!" omel David.
Hana menumpahkan air matanya, tapi, bibirnya malah tertawa. "Kasian banget firaun gak punya TV LED."
"Nah, gitu dong. Meski rada bingung juga gue, lo nangis apa ketawa." David menggaruki ujung pelipisnya.
"Lengah dikit, kesambet nih anak," ledek Monica.
"Sialan lo, Mon!" Hana menggeplak lengan Monica.
Air yang menggenang di pelupuk mata Hana, membuat relung hatinya sedikit lega. Wanita itu bersyukur di saat moment terberat dalam hidupnya, Tuhan kembali mengirim para sahabatnya.
'Ini terasa jauh lebih baik. Ternyata obat terbaik ku, hanya berada di tempat orang-orang yang menghargai keberadaan ku.' batin Hana.
Ponsel Hana sejak tadi tak henti bergetar. Panggilan telepon dari Damar, Jumiah, Fatur dan Tuti semua ia abaikan. Wanita itu justru memilih mengaktifkan mode pesawat pada benda pipih itu.
"So, gimana kelanjutannya, Han?" tanya Monica.
"Seperti yang gue ceritain ke lo kemarin, Mon. Tapi, mulai sekarang gue harus mempersiapkan semuanya," jawab Hana.
"Good, terus sekarang lo mau ngapain nih rencana nya? Apa hanya menonton kemesraan laki lo sama bini barunya?" Monica mengompori.
"Gila aja lo, Mon, ya enggak lah. -- Gue rencananya mau jual si jaguar," jawab Hana.
"Jaguar? Mobil lo?" Monica memastikan.
Hana mengangguk cepat.
"Wih, mantep. Biar naik angkot tuh laki lo pergi kerja. Dasar kadal buntung gak tau diri!" Monica hareudang.
"Rencananya mau gue posting di marketplace pake second account, Mon. -- Dav, ni mobil selagi belum laku, gue titipin di sini boleh?"
Hana menatap David penuh harap, pria itu mengangguk lembut.
"Aman, santai aja," jawab David.
"Lo buka harga berapa, Han?" Gavriil yang sejak tadi menyimak, kini ikut bicara.
"Akhirnya tempayan ajaib buka suara," cibir David.
Gavriil mengacungkan jari tengahnya dengan wajah datar.
Hana mendadak canggung, kedua pipinya merona. Ia teringat akan pembicaraan nya dengan Monica semalam.
Monica membantah pertanyaan Hana dan mengatakan ia tak memiliki hubungan khusus dengan Gavriil.
Monica justru membeberkan bahwa Gavriil masih sangat amat mencintai Hana.
Hana menarik napas sedalam-dalamnya, menetralisir sikap dan debaran jantungnya.
"Gue jual murah aja, Gav. 300 juta ae, barang mulus. -- Bantu promoin dong!" pinta Hana dengan mimik wajah serius.
"Dokumennya?" alis Gavriil terangkat satu.
"Aman semua." Hana merogoh tas jinjingnya, lalu mengeluarkan beberapa dokumen mobilnya.
Sopan Hana menyodorkan surat-surat tersebut, yang segera di sambar Gavriil. Pria itu memeriksa satu per satu dokumen dengan cermat.
"Deal ...!" Gavriil merogoh ponselnya dan menggulir benda pipih tersebut.
"Deal? Maksudnya?" tanya Hana bingung.
"Gue yang beli," jawab Gavriil datar.
"Wiiiiiiih holang kayah," David kembali berkicau.
Gavriil menatap David jengah.
"Nomor rekening masih yang lama, Han? Biar gue TF sekarang." Ucap Gavriil tanpa menoleh pada wanita cantik itu.
"Jangan, Gav. Jangan ke rekening itu, hari ini gue mau urus rekening baru," sergah Hana.
Semua orang di ruangan itu seketika menatap Hana.
"Atm sama M-banking gue di pegang Mas Damar, pasti bakal jadi masalah ntar." Jelas Hana yang seketika membuat mereka mengangguk-angguk.
"Ujung-ujungnya bakal di pakein buat foya-foya nyenengin bini baru!" Monica berdecak kesal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam delapan malam, Hana tiba di kediamannya. Semua orang menatapnya dengan tatapan tak suka. Keluarga Hana ternyata masih belum pulang.
"Kamu kemana aja sih, Yank? Sampai jam segini baru pulang." Damar lekas berdiri, menghampiri sang istri dengan raut wajah cemas.
Pria itu celingak celinguk memperhatikan area pekarangan rumahnya.
"Sudah aku bilang kan? Aku pergi reuni," jawab Hana dengan wajah lelah.
Hana kembali melangkah, menjauh dari Damar.
"Duh, kamu ini, Han. Kayak orang gak punya etika. Sudah tau sepupunya nikahan, malah keluyuran," sinis Kemala.
"Ngomong jangan setengah-setengah, Tante. Sepupuku menikah dengan suamiku, itu yang bener." Hana mengulas senyuman dengan tenang.
"Memang apa salahnya sih, jika suamimu menikah dengan sepupumu?! Kayak masalah besar banget gitu, kamu tuh lebay banget loh!" Kemala berdiri dan berkacak pinggang.
"Emang Tante gak masalah? Kalau suami tante nikah sama sepupu Tante sendiri?" Hana menyilangkan kedua tangannya.
"HANA ...!" bentak Fatur.
"Oh iya ya, Tante gak bakal permasalahin dong tentunya. Tante aja gak punya malu ngerebut suami orang. Pasti kalau suami Tante di rebut orang lain juga, itu bukan masalah yang besar kan?" sinis Hana.
"JAGA MULUT KAMU, HANA!" Fatur kembali membentak, ia berjalan mendekati Hana.
"Saya bicara tentang fakta, PAK FATUR." jawab Hana tenang.
Tangan Fatur melayang di udara. "KAU!"
Damar yang melihat aksi bapak mertuanya, lekas berlari mendekati Hana. Ia menghadang tepat di hadapan Fatur.
"Jangan sentuh istri saya, Yah ...!" peringat Damar. "Bukan tugas Ayah lagi untuk mendidik Hana. Itu tugas saya sebagai suami."
Fatur menurunkan tangannya, lalu membuang wajah.
Lembut Damar menarik jemari Hanabi, menggiring sang istri untuk berada di sisi. Ia tak ingin, Hanabi terluka.
Hanabi menepis tangan Damar, ekspresinya datar dan dingin.
Damar berusaha memaklumi untuk semua sikap Hana hari ini, ia paham, istrinya tengah marah dan kecewa.
Setelah kondisi sedikit lebih tenang, Damar menadahkan telapak tangannya pada Hana. "Sayang, kunci mobilnya mana? Mas mau ngantarin Ayah Fatur, Bu Kemala, Mayang dan orang tua Tuti."
Hana menatap malas sang suami, lalu tersenyum sinis. "Pada naik taksi aja semuanya, kebetulan mobil udah ku jual, tuh!"
"APA?!"
*
*
*