Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Setelah selesai di perpustakaan, Adrian, Toni dan Erik pamit kepada bu Indri, hari sudah sore, mereka berjalan di koridor yang sudah sepi untuk keluar dari gedung sekolah. Toni dan Erik memperhatikan sepatu yang di pakai Adrian adalah sepatu baru,
“Sepatu lo bagus bro haha,” ujar Erik.
“Yoi, baru ya ?” tanya Toni.
“Iya baru, thanks ya, yuk buruan, kasian yang lain nunggu,” ujar Adrian.
“Eh,” Toni dan Erik terdiam, keduanya saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka mundur sedikit dan berbisik,
“Itu maksudnya dia udah tau ya ?” tanya Erik.
“Mungkin, dia kayaknya sengaja pura pura ga tau nih, tadi di dalem juga gitu, dia sengaja lama lamain,” jawab Toni.
“Dah lah, di bocorin Elsa kali haha,” balas Erik.
“Hehe kayak nya sih gitu, pokoknya kita udah niat,” balas Toni.
Mereka berjalan menyusul Adrian di depan keluar dari gedung sekolah. Setelah sampai apartemen, Adrian menoleh melihat Toni dan Erik di belakangnya,
“Dah boleh masuk ?” tanya Adrian.
“Lah, rumah rumah lo nanya ke kita, masuk mah masuk aja kale,” jawab Erik.
“Hehehe ya udah masuk sono,” balas Toni.
Adrian membuka pintunya, “plop...plop...surprise, selamat ulang tahun,” teriak Yuni, Monic dan Sinta sambil menembakkan convetti kepada Adrian.
“Waw....ada apa nih ?” tanya Adrian.
“Lo ga usah pura pura, udah tau kan lo,” ujar Toni.
“Hahaha dah kebaca kali bro, dari di perpus aja lo udah senyum senyum sendiri,” balas Erik.
“Lah dia pura pura kaget ?” tanya Yuni.
“Yaaah...gagal dong,” jawab Monic.
“Lo bocorin ya Sa ?” tanya Sinta.
“Enak aja, gue bilang juga apa, dia mah pasti udah tau,” jawab Elsa.
“Kok bisa sih ?” tanya Yuni.
“Padahal kita udah perfect loh,” tambah Monic.
“Gue kaget kok, yuk ke dalem,” ajak Adrian.
“Seriusan ?” tanya Sinta.
“Iya bener, gue kaget,” jawab Adrian.
“Hehehe berhasil,” ujar Yuni, Monic dan Sinta sambil tos.
“Sip lah, yuk masuk,” ujar Adrian.
“Ton, lo musti belajar ngertiin usaha orang lo, dia pura pura demi kita tau, artinya dia menghargai kita walau dia udah tau,” ujar Erik.
“Lah kok gue doang, elo juga kale, jangan sok bijak lo kuya,” balas Toni.
“Lo berdua masuk napa,” ajak Adrian.
“Iye sip,” balas Toni dan Erik.
Akhirnya mereka semua masuk, mereka makan bersama sama dan mengobrol dengan nyaman, selesai makan, mereka mengeluarkan sebuah kue tart yang di beri lilin angka 16 dan menyanyikan happy birthday. Walau dia sudah tahu surprise yang di buat teman temannya, namun hatinya tetap merasa terharu karena sebelumnya hanya keluarganya lah yang merayakan ulang tahunnya dan harapannya sempat pupus ketika keluarganya meninggal. Dengan semangat dia meniup lilin nya, “cup,” Elsa yang duduk di sebelahnya mengecup pipinya,
“Selamat ulang tahun suami ku hehe,” ujar Elsa.
“Iya, makasih istri ku,” balas Adrian.
“Cieeeeeeh,” teriak semuanya.
“Makasih ya semuanya,” ujar Adrian.
Suasana mendadak hening, Yuni, Monic, Sinta, Toni dan Erik tertegun menatap Adrian, Elsa yang duduk di sebelahnya maju sedikit melihat wajah Adrian karena dia melihat wajah teman temannya. Ternyata air mata Adrian mengalir tanpa dia sadari dan dalam keadaan tersenyum,
“Eh...kenapa nih hahaha, sori ya,” ujar Adrian sambil mengusap matanya.
“Santai bro, ga apa apa,” balas Toni.
Erik langsung berdiri dan pindah duduk di sebelah Adrian, dia langsung merangkul Adrian dan menepuk nepuk pundaknya. Elsa yang berada di sebelahnya menyenderkan kepalanya dan merangkul kan lengannya, air matanya juga mengalir keluar walau tersenyum, dia bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Adrian, karena dia juga sama. Yuni, Monic dan Sinta langsung mendekati Elsa dengan mata berlinang.
Toni mengambil pisau dan memotong motong kue di tengah, kemudian dia membagi bagi kue itu kepada yang lain. Setelah itu, Adrian dan Elsa akhirnya memutuskan bercerita tentang diri mereka ke teman teman mereka karena mereka sedikit bingung,
“Oh sori bro, gue ga tau,” ujar Toni.
“Iya, gue pikir lo masih ada keluarga, sori banget ya bro,” tambah Erik.
“Santai aja lagi, gue emang ga pernah cerita juga kan,” balas Adrian.
“Lo juga ternyata sama ya Sa, sejak kelas 3 smp lo sendirian ya, sori ya Sa, gue ga tahu,” ujar Yuni sambil merangkul Elsa.
“Sama Sa, gue juga baru tahu nih, waktu smp gue pikir ya lo sama kayak kita kita, sori banget Sa,” tambah Monic.
“Lo berdua sama ya ternyata, kalau gitu gue bisa ngerti kenapa lo berdua tinggal sama sama, sori ya gue baru tahu semua ini, beneran,” tambah Sinta.
“Hehe santai aja lagi, gue juga ga pernah cerita sama lo pada kan,” balas Elsa.
“Tapi gue asli salut ama lo berdua, kalian bisa mandiri dan tabah, kalau gue pribadi, gue ngerasa gue ga bakal kuat kayak kalian, karena sekarang aja gue masih ngandelin orang tua,” ujar Erik.
“Sama kali bro, gue rasa yang laen termasuk gue juga sama kayak lo,” ujar Toni.
“Iya bener, gue sama sekali ga kepikir mau ngapain dan ga pernah berpikir kalau ga ada ortu gue, gue sanggup apa ga,” tambah Yuni.
“Gue juga sama, tapi lo berdua udah ngejalanin yang ga pernah kita semua rasakan, asli gue bener bener kagum ama lo berdua,” ujar Monic.
“Mulai sekarang, kalau lo berdua ada masalah, tolong cerita, kita semua di sini temen, ga ada salahnya kan cerita ama temen,” tambah Sinta.
“Iya, tenang aja, makasih ya lo semua mau dengerin cerita gue dan Elsa, tapi kalau boleh terus terang, dia lebih kuat dari gue,” ujar Adrian sambil merangkul Elsa.
“Apaan sih kamu, jangan suka gitu ah,” ujar Elsa.
“Jelas dong, Elsa gitu loh,” ujar Yuni yang mengerti maksud Adrian.
“Oh bener juga ya, emang Elsa mantep,” tambah Monic yang berikutnya mengerti.
“Hehe bener bener, temen gue emang luar biasa, siapa dulu dong, Elsa gitu loh hahaha,” tambah Sinta yang juga mengerti.
“Lo ngerti Ton ?” tanya Erik.
“Kaga, maksudnya apa sih ?” tanya Toni.
Langsung saja Yuni menarik keduanya dan menjelaskannya sambil berbisik, kemudian keduanya langsung tersenyum,
“Haha iye bener, pantes gue pernah suka ama dia, kalau biasa aja mah gue kaga bakal suka, sori ya Sa, gue udah nyerah kok hahaha,” ujar Erik.
“Itu toh, fix udah, Elsa emang top,” tambah Toni yang mengacungkan kedua ibu jarinya.
“Lo pada apaan sih ?” tanya Elsa malu malu.
“Kamu lebih kuat kan ?” tanya Adrian sambil menatap Elsa di sampingnya, namun sesekali mata Adrian melihat ke kaki Elsa.
Elsa menyadari apa maksud Adrian, dia langsung berbalik dan memukul mukul Adrian sambil menangis, Adrian memeluknya dan Elsa juga memeluknya dengan Erat.
“Huaaaaaaa kalian semua rese,” teriak Elsa sambil menangis.
“Yah dia mewek hahaha,” ujar semuanya.
“Cup...cup...sayang,” ledek Adrian sambil memeluk Elsa dan mengelus kepalanya.
“Kamu paling rese huaaaaaa,” teriak Elsa menangis sambil memeluk Adrian.
Walau kejutannya gagal, pada akhirnya malam itu merupakan malam tidak terlupakan bagi Adrian dan Elsa, juga bagi teman teman nya yang bersama mereka.
"Papa, mama, Lia, papa Jimmy dan mama Irene, aku sekarang sudah 16 tahun, aku pasti akan hidup dan aku akan berbahagia bersama Elsa di sebelah ku, doakan kami dan restui kami dari atas sana ya, sampai jumpa lagi suatu hari nanti, aku sayang kalian," Adrian memeluk Elsa yang sedang menangis dengan erat dan tersenyum.
Arc 2 Our magical life and our resolve End