Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Javis adalah seorang ksatria dan seorang pahlawan yang di juluki sword saint, sedangkan Irisphilia adalah seorang sage yang menguasai hampir seluruh sihir terkuat di seluruh benua. Perjalanan mereka membawa mereka berhadapan dengan raja iblis yang membuat dua kerajaan itu saling berperang. Mereka berhasil mengalahkannya dan kembali ke kerajaan Norville.
Namun ketika sampai di kerajaan Norville, Javis di tangkap karena berasal dari kekaisaran Easterius oleh ayah Irisphilia walau mereka sudah tidak berperang. Alasannya karena Irisphilia akan di jodohkan dengan anak seorang bangsawan yang berjasa mengalahkan raja iblis. Tentu saja Irisphilia berontak, dia mengatakan kalau Javis lah yang mengalahkan raja iblis.
Irisphilia tidak berani melawan kehendak ayahnya, akhirnya dia menerima menikah dengan putra bangsawan itu. Javis di kurung di penjara bawah tanah dan di siksa sampai dia sudah tidak berkeinginan untuk hidup lagi, namun adik laki laki dari Irisphilia yang melihat kakak nya tersiksa oleh ulah orang tuanya, membebaskan Javis dan merawatnya secara diam diam dengan harapan Javis membawa pergi kakak nya dari kerajaan.
Javis yang menemukan semangat hidupnya kembali, langsung menyanggupinya dan di hari pernikahan Irisphilia, dengan gagahnya Javis datang menunggangi naga dan menghancurkan katedral, dia langsung menculik Irisphilia dan membawanya pergi. Dengan berlinangan air mata, Irisphilia memeluk Javis sepanjang perjalanan mereka melarikan diri di atas naga. Setelah itu, mereka sampai di sebuah pulau di tengah samudra yang penuh dengan hutan dan monster.
Mereka membasmi monster di sana dan membangun rumah untuk tinggal di sana, mereka hidup berkecukupan karena keduanya bercocok tanam tanpa terganggu, mereka hidup bahagia sampai ajal menjemput mereka. Elsa yang membaca kisahnya merebahkan kepalanya ke pundak Adrian dengan mata berkaca kaca,
“Seperti novel ya,” ujar Adrian sambil mengelus kepala Elsa.
“Iya bener, kayak novel,” balas Elsa.
Setelah keduanya meninggal, mereka berinkarnasi di bumi, sejak kecil mereka ingat kehidupan masa lalu mereka dan mereka masih bisa menggunakan sihir. Keduanya bercita cita ingin kembali ke kehidupan masa lalu mereka dan berkat sihir Irisphilia yang namanya berubah menjadi Irene, mereka membuat portal untuk pulang pergi dari dunia pertama mereka ke dunia kedua mereka sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menjalani hidup di dunia kedua mereka.
“Pulang pergi, berarti kita bisa kesana dan balik lagi kan,” ujar Adrian.
“Um...iya sih, mau coba ?” tanya Elsa.
Adrian dan Elsa saling menatap satu sama lain, kemudian mereka kembali membaca kisah lanjutannya yang merupakan kehidupan Jimmy dan Irene di dunia kedua mereka. Di kisah mereka, di katakan kalau mereka menanam beragam jenis buah dan sayur di halaman rumah mereka yang berada di dunia pertama mereka. Karena hasilnya bagus, kadang mereka menjual hasilnya di dunia kedua mereka untuk mencari penghasilan.
“Beneran nih ?” tanya Adrian.
“Kalau di liat sih om dan tante kaya ya, punya dua apartemen seperti ini,” ujar Elsa.
Mereka juga mengatakan karena semakin dewasa kekuatan mereka semakin menghilang, akhirnya Jimmy yang memiliki skill crafter membuat sepasang jam tangan mutakhir sesuai dengan teknologi dunia kedua mereka yang mampu menampung sihir Irine agar mereka tetap bisa pulang pergi ke dunia pertama mereka.
“Tunggu dulu, berarti semua ini sihir ? pantes kok kayaknya jam tangan ini canggih banget bahkan melebihi teknologi jaman sekarang,” ujar Adrian.
“Hehehe....beneran kayak isekai nih,” gumam Elsa.
Jam tangan itu tidak bisa di gunakan oleh orang lain selain oleh mereka, karena setelah mempelajari sistem pengamanan di dunia kedua yang biasanya menggunakan sidik jari, retina atau scan wajah, mereka memilih sebuah organ yang di tandai oleh sihir untuk membuat sistem keamanan agar jam itu tidak jatuh ke tangan orang yang salah dan kalau pun itu terjadi jam itu hanya berfungsi sebagai jam biasa, organ itu adalah jantung.
Setelah membaca tulisan terakhir itu, Adrian dan Elsa saling menoleh melihat satu sama lain, secara reflek keduanya memegang dada mereka dan melihat dada mereka. Keduanya kembali saling melihat satu sama lain dan mereka langsung berpelukan dengan ceria,
“Makasih om dan
tante,” ujar keduanya karena sadar betapa beruntungnya mereka menerima donor jantung itu.
Setelah melepaskan pelukannya, mereka termenung sesaat, Elsa menatap kakinya dan dia mencoba menggerakkannya,
“Jadi kaki ku ini sihir ?” tanya Elsa.
“Sepertinya begitu,” jawab Adrian.
“Hehe, aku hidup di dunia aneh hehehehe,” ujar Elsa sambil menggoyang goyangkan kakinya.
“Gimana ? mau coba ? rasanya aman sih,” ujar Adrian.
“Um...ok lah, ayo coba, kalau pun harus di sana terus, asal ada kamu ya ok ok aja,” balas Elsa.
“Ok ganti baju dulu, kita ga tau di sana gimana,” ujar Adrian berdiri.
“Sip, aku puter dulu temboknya bentar,” ujar Elsa.
Adrian masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Elsa memutar dindingnya untuk kembali ke kamarnya. Tak lama kemudian, Adrian yang sudah mengenakan celana panjang jeans dan kaus hitam keluar, Elsa memutar dindingnya, dia mengenakan celana panjang karena memakai kakinya dan mengenakan kaus putih, Adrian kembali duduk di sisi ranjang, mereka menekan tombol di atas bersamaan dan portal kembali terbuka.
“Siap ?” tanya Adrian.
“Siap,” jawab Elsa.
“Hup,” Adrian menggendong Elsa ala princess yang langsung merangkul lehernya, Adrian menarik nafas dan menghembuskannya, kemudian dia melangkah masuk ke dalam portal. “Duung,” keduanya keluar di sisi lain portal, aroma perabot kayu langsung tercium, Adrian melihat sebuah meja makan kayu, dua buah kursi dari batang kayu, dinding yang di susun menggunakan batang kayu, jendela di tengah dinding, di sisi kanan ada sebuah perapian yang di buat menggunakan batu bata. Di sisi kanan, ada dua buah kursi sofa modern dan mejanya.
Adrian menoleh ke belakang, portal terus terbuka tanpa tanda tanda menutup. Kemudian dia menoleh melihat Elsa yang memejamkan mata dan membenamkan kepalanya di dadanya.
“Sa, melek kale, udah sampe,” ujar Adrian.
“Oh...kita selamet ?” tanya Elsa.
“Iya selamet,” ujar Adrian.
“Oh ok, turunin aku,” ujar Elsa.
Adrian menurunkan Elsa yang langsung menapak di tanah, tapi tiba tiba Elsa merasa kaget dan melompat lagi ke pelukan Adrian karena kakinya terasa dingin. Ketika sudah di gendong lagi oleh Adrian,
“Coba turunin aku lagi,” ujar Elsa.
Setelah di turunkan, Elsa mencoba menjejak lantai kayu dan menggesek kakinya, “aw,” dia berteriak kesakitan.
“Loh jangan di gesek nanti lecet (menyadari sesuatu) eh...kok lecet ?” tanya Adrian.
“Dri...kaki ku ini....kaki beneran Dri, aku bener bener punya kaki Dri, ini kaki Dri,” ujar Elsa sambil memegang kakinya.
“Eh iya, beneran kaki, loh kok bisa ?” tanya Adrian.
“Sihir lagi..pasti itu....tapi aku bersyukur banget, aku tidak menyangka aku bisa merasakan menjejak tanah dan merasakan sentuhan lantai, aku seneng...bener bener seneng banget,” ujar Elsa sambil berlinangan air mata.
Elsa langsung melompat memeluk Adrian yang juga memeluk Elsa sambil berputar, setelah itu, keduanya berjalan ke meja makan dan di atasnya ada setumpuk berkas yang di tulis menggunakan bahasa indonesia. Ketika membaca bagian atasnya,
“Loh ini surat dari om Jimmy,” ujar Adrian.
“Iya, coba baca,” balas Elsa.
Keduanya mulai membaca surat yang di taruh di paling atas sambil duduk di kursi meja makan, isi surat di lembar pertama,
“Selamat datang siapapun kalian yang membaca surat ini, jika kalian bisa membaca surat ini, berarti jantung ku dan jantung istri ku sudah bertemu dan kalian sudah bisa kesini. Istri ku sudah meninggal 2 bulan yang lalu dan jantungnya sudah di donorkan kepada seseorang. Aku yang masih tersisa di dunia ini dan mewakili istriku mengatakan kalau kami mewariskan semua untuk penerima donor jantung kami walau kami tidak mengenal kalian. Kami tidak punya pewaris, di dunia mana pun kami selalu berdua, aku dan istriku sangat mendambakan memiliki anak, jadi bagi kalian yang mewarisi jantung kami, walau kalian orang tua, masih muda atau anak anak, kalian adalah anak kami dan tentu saja kami menyayangi kalian. Terima kasih sudah mempertemukan kami kembali, kami harap kalian berbahagia dan selalu bersama, jika kalian tidak ingin kembali ke dunia itu, cukup hancurkan jam tangannya dan kalian tidak akan kembali lagi selamanya. Salam sayang dari kami untuk kalian, Jimmy dan Irene,”
“Kresk,” Adrian meremas suratnya karena tangannya gemetar dan Elsa memeluk Adrian di sebelahnya, keduanya menangis deras setelah membaca wasiat terakhir dari Jimmy. Mereka berdua yang di tinggal oleh keluarga asli mereka dan sendirian di dunia merasa tersentuh ketika membaca surat itu,
“Terima kasih papa...mama,” ujar keduanya bersama sama.