Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Salah paham mengenai mobil
Setelah selesai sarapan, Astin berjalan ke arah bagasi, di bagasi ada sebuah mobil mewah yang sebelumnya dihadiahkan Tuan besar padanya sebagai hadiah pernikahannya bersama suaminya.
Itu adalah mobilnya bersama suaminya, namun suaminya yang tidak menyukai pernikahan itu akhirnya tidak pernah menggunakan mobil tersebut sehingga mobil itu hanya terparkir di bagasi sebab sebelumnya Astin tidak tahu cara mengendarai mobil.
Setelah tiba di depan mobil mewah yang terparkir itu, Astin mengambil kunci dari tasnya dan segera menyalakan mobil itu.
Bip! Bip!
Suara mobil yang dinyalakan membuat Chika dan ibunya yang sedang berada di luar bagasi pun langsung menoleh ke dalam bagasi rumah.
Bagasi itu cukup luas, dan ada beberapa mobil di sana dan kebetulan mobil yang hendak dikendarai Astin berada cukup depan sehingga mereka Langsung melihat Astin yang tampak bermain ponsel di samping mobil yang telah menyala.
"Apa dia berniat mengendarai mobil itu?" Ucap Selly sambil mengeryit.
Selly merasa iri pada Astin yang bisa mendapatkan mobil mewah dari tuan besar, sementara dia sendiri yang bisa mengemudi bahkan tidak mampu membeli mobil semewah itu.
Meski dia tahu bahwa mobil itu tak pernah digunakan, namun tetap saja memiliki mobil itu adalah sebuah kebanggaan meskipun tak pernah dikendarai.
Terlebih, seandainya putrinya yang menikah dengan Arga, maka putrinya lah yang akan mendapatkan mobil mewah seperti itu. Bukan perempuan norak itu!
"Tidak mungkin Bu, dia tidak tahu cara mengemudi," ucap Chika sambil melangkahkan kaki memasuki bagasi dan langsung menghampiri Astin.
Astin yang sedang memainkan ponselnya, sedang mencari tahu pusat perbelanjaan yang paling terkenal di ibukota mengangkat kepalanya begitu mendengar suara sepatu hak tinggi mendekat ke arahnya.
Dilihatnya Chika menghampirinya diikuti oleh Selly di belakang perempuan itu.
Astin mengeryit, apalagi yang diinginkan orang-orang ini?
"Kau sedang apa?" Chika bertanya dengan suara yang lembut seolah-olah apa yang terjadi di meja makan tidak pernah terjadi, dan seolah-olah hubungan mereka masih tetap sama seperti sebelum-sebelumnya.
Selly yang berdiri di samping putrinya pun menatap sinis ke arah mobil yang ada di samping Astin, pikirnya bahwa mobil itu sangat tidak sesuai dengan perempuan yang berdiri di depan mereka.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan oleh orang yang menyalakan mobil?" Tanya balik Astin dengan suara yang dingin dan tidak bersahabat.
Pertanyaan tersebut pun disambut dengan ekspresi sedih Chika, "Apa kau masih marah padaku? Bukankah tadi aku sudah meminta maaf padamu? Kalau kau memang belum memaafkanku,,, aku--"
"Sudahlah Chika," Selly menyela ucapan putrinya, "tidak perlu bersikap rendah hati di hadapannya! Perempuan seperti dia tidak akan pernah menghargai ketulusanmu. Biarkan sajalah dia, kita pulang sekarang," ucap Selly hendak menarik putrinya pergi dari sana ketika Chika malah menahan diri.
"Tunggu dulu Bu, Aku khawatir padanya," Chika berbalik menatap Astin, "kau tidak tahu caranya mengemudi, Bagaimana kalau nanti kau malah menabrak mobil-mobil di sini? Kalau kau mau, aku bisa mengemudikan mobilnya untukmu," ucap Chika dengan nada suara yang cemas.
Astin mengangkat sebelah alisnya, "Bagaimana kau tahu aku tidak bisa mengemudi ya?" Tanya Astin sambil memperhatikan seorang pelayan yang memasuki garasi sambil membawa alat kebersihan, tampaknya hendak membersihkan tempat itu, bahkan ada seember air yang dibawa oleh pelayan itu.
Tiba-tiba Dia memiliki sebuah ide dalam pikirannya.
"Tentu saja aku tahu, kita adalah sahabat, aku tahu semua tentangmu. Aku juga mengkhawatirkanmu, jadi,,, biarkan aku mengendarainya untukmu," kata Chika.
"Tidak perlu," Astin membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi kemudi, ia menyalakan mesin mobilnya dan menurunkan kaca mobil, melihat dua perempuan yang ada di dekat mobilnya, "Bisakah kalian minggir?"
Selly menggerakkan giginya melihat bagaimana kesombongan Astin, namun dia tetap melangkah ke arah samping diikuti oleh putrinya yang tampak khawatir melihat ke arah Astin.
"Akan bagus kalau dia menabrak mobil-mobil di sini supaya dia mendapat masalah," ucap Selly dengan kesal.
"Bu,, jangan berkata seperti itu," kata Chika sambil memperhatikan Astin yang akhirnya mulai menggerakkan sedikit mobilnya.
Astin menaikkan kaca mobilnya, dan sambil tersenyum jahat, Dia pun menginjak gas mobil dan dengan sengaja menggerakkan mobilnya berputar 90° hingga ember yang sebelumnya diletakkan oleh sang pelayan pun tersenggol oleh ban mobilnya.
Byur....
"Akhh!!! Dingin!!" Selly berteriak keras sambil mengangkat kakinya saat air yang tumpah dari dalam ember langsung mengenai kakinya.
Kaki Chika juga tak luput dari basah, dia melototkan matanya sambil mengangkat kepala menatap mobil yang melaju meninggalkan garasi.
"Nona,," pelayan di sana sangat terkejut, Padahal dia telah memberikan jarak yang pas untuk mobil keluar, namun siapa yang menyangka bahwa Astin akan dengan sengaja membuat mobilnya mengenai ember itu hingga airnya tumpah.
"Ini semua gara-gara kau meletakkan ember sembarangan!" Selly melampiaskan amarahnya pada pelayan di sana.
"Saya minta maaf," kata sang pelayan dengan gugup.
Chika sama sekali tidak memperdulikan masalah air yang mengenai kakinya, saat ini matanya lebih terfokus menatap mobil yang semakin menjauh dari mereka.
"Sejak kapan Astin bisa mengendarai mobil?" Ucap Chika dengan suara yang pelan.
Sementara Astin yang mengendarai mobilnya, dia tersenyum melihat bagaimana kedongkolan 2 perempuan di belakangnya, sampai dua perempuan itu telah menghilang dari kaca spion mobilnya, Astin pun mengulurkan tangannya memutar musik dan mengendara dengan santai.
"Apa saja yang akan kita beli hari ini?" Astin menikmati musik yang ia putar bersamaan dengan pikirannya yang sedang mengatur list barang-barang yang hendak ia beli hari itu.
Sampai Astin tiba di lampu merah, ia menghentikan laju kendaraannya dan mengambil cermin Untuk memperhatikan riasannya.
Tak disadari oleh Astin, di sebelah mobilnya sebuah mobil hitam yang ditumpangi 3 orang pun ikut berhenti.
Asisten Arga yang duduk di samping kursi kemudi menatap mobil di sampingnya, "mobil ini mirip sekali dengan mobil yang dihadiahkan tuan besar untuk tuan dan nyonya muda? Kenapa bisa ada di sini?" Ucap sang asisten memperhatikan mobil di sampingnya.
Karena mereka di samping, maka mereka tidak bisa melihat plat nomor mobil tersebut.
Sang sopir ikut memperhatikan mobil yang sedang dilihat oleh pria di sampingnya, "mobil ini hanya ada satu di Indonesia Jadi tidak mungkin,,," sang sopir menghentikan ucapannya ketika ia menyadari aura dari belakangnya tiba-tiba menjadi dingin.
Arga juga memperhatikan mobil di sampingnya, dan karena kaca mobilnya gelap maka dia tidak bisa melihat Siapa yang mengendarai mobil itu, namun dia jelas tahu bahwa mobil itu adalah mobil pemberian kakeknya.
Kuncinya dipegang oleh istrinya, Jadi tidak mungkin... Mungkinkah istrinya menjual mobil itu?
Tatapan Arga menggelap.
Beraninya perempuan itu!
Sang asisten yang duduk di depan pun melihat ke belakang, dan mendapati Tuan mudanya memperhatikan mobil yang sedang mereka bicarakan sehingga dia berkata, "Bukankah kunci mobil dan surat-suratnya dipegang oleh Nyonya muda? Apa jangan-jangan Nyonya muda sudah menjual mobil itu?"
Ekspresi Arga tetap dingin, ia mengeluarkan ponselnya, dia hendak menghubungi Astin ketika mendapati bahwa dia sama sekali tidak memiliki hubungan yang dekat dengan perempuan itu hingga nomor ponsel Astin pun tak ada di kontaknya.
Sambil menggertakkan giginya, Arga melempar ponsel ke samping dan kembali menatap mobil di sampingnya, jelas-jelas beberapa hari yang lalu dia masih melihat mobil itu di garasi rumah, namun sekarang sudah dijual pada orang lain?
"Atau mungkin saja Nyonya muda menyuruh seseorang untuk mengemudikan mobilnya untuk nya," ucap sang asisten dari depan.
"Bukankah terakhir kali tuan muda memberi perintah siapapun tidak boleh mengemudikan mobil itu?" Ucap sopir yang duduk di kursi kemudi kembali mengingat peristiwa itu.
"Aku lupa," kata Sang asisten bersamaan dengan lampu hijau yang telah menyala dan mobil Mereka pun melaju beriringan dengan mobil mewah yang ada di samping mereka.
Saat itu, Astin yang mengendarai mobil pun melihat jam tangannya, dan merasa buru-buru bahwa hari ini dia memiliki banyak jadwal sehingga dia menginjak pedal gas lebih keras dan melajukan mobilnya menyalip mobil-mobil di hadapannya.
"Jelas-jelas bukan sopir dari kediaman kita yang akan menyalip-nyalip seperti itu," komentar sopir Arga semakin membekukan udara dalam mobil.
dasar ular kadot