Setelah belasan tahun terjebak di lingkungan berbahaya akhirnya Glamour bisa kabur dan menyelamatkan diri.
"Tuan selamatkan aku," bisiknya bergetar menahan tangis kepada pria yang menyewanya malam ini. "Apapun akan aku berikan kepadamu, termasuk keperawanku," imbuhnya, berharap pria yang memakai topeng itu mau membantunya.
Glamour tidak tahu jika pria yang tengah mendekapnya ini adalah mafia berbahaya dan paling keji di dunia. Ibarat kata, baru keluar dari kandang buaya tapi kembali terperangkap di kandang singa.
Bagaimana perjuangan Glamour untuk menyelamatkan hidupnya demi bisa kembali berkumpul dengan keluarganya?
Simak terus kisahnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa membawaku ke Bandara?
Mobil polisi terparkir di halaman rumah mewah Ben. Para polisi datang setelah mendapatkan laporan dari Ben. Tim penyidik tengah mengolah tempat kejadian perkara.
Gloria menangis sejadi-jadinya mengetahui putrinya tidak ada di rumah. Berdasarkan dari rekaman CCTV putrinya berhasil lolos dari kejadian tragis malam ini. Namun, setelahnya jejak Glamour tidak terlihat lagi setelah melewati pintu gerbang.
Menyesal karena ia meninggalkan putrinya bersama para pelayan. Kini ia tidak tahu keberadaan putri kesayangannya.
Ben berbicara dengan kepala polisi, menceritakan kronologi kejadian tersebut.
"Pak! Penjahat yang tewas di dalam kamar Nona Glamour ternyata seorang burunonan yang selama ini kita cari," laporan salah satu anggota polisi kepada atasannya.
"Di balik kejadian ini pasti ada dalangnya!" kata kepala polisi tersebut sembari berpikir keras.
"Anda bisa mengecek CCTV ulang." Ben memberikan saran.
"Baik, Tuan." Kepala polisi itu segera memerintah salah satu anggotanya untuk memeriksa CCTV lebih teliti.
*
Ben mendekati istrinya yang tengah duduk di sofa sembari memeluk foto putri mereka.
"Sayang, percayalah putri kita akan segera di temukan," bisik Ben seraya mendekap Gloria lalu mengecup pucuk kepala istrinya dengan penuh kesedihan.
"Bagaimana kalau terjadi hal buruk kepada putri kita. Aku tidak sanggup... hu hu hu." Wajah cantik Gloria di penuhi air mata, kedua matanya sembab, dan bibirnya terus bergetar sembari menggumamkan nama Glamour-putrinya.
Kabar pembunuhan di rumah Ben serta hilangnya Glamour sudah sampai ke telinga James, Honey, Anna dan Gail. Mereka berempat kompak datang ke rumah Ben dengan penuh duka yang mendalam.
Kantong jenazah yang terisi berjumlah 15 kantong berjajar rapi di halaman rumah. Membuat siapa saja yang melihatnya bergidik ngeri.
Honey memeluk lengan suaminya karena sangat takut. Tidak dengan Anna dan Gail yang berjalan tegak memasuki rumah.
"Ayah, Ibu." Anna berseru pada kedua orang tuanya. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Anna langsung memeluk kedua orang tuanya secara bergantian.
"Anna, adikmu hilang," ucap Gloria lirih nyaris tidak terdengar karena suaranya bercampur dengan tangis yang menyayat hati.
"Hilang?"
Gloria mengangguk.
"Apa dia membawa kalung berlian yang pernah aku berikan?" tanya Anna kepada ibu sambungnya itu.
"Iya, aku rasa iya." Ben menyahut cepat. "Dia tidak pernah melepaskan kalung tersebut."
"Dengarkan aku, aku membuat kalung itu dengan menyisipkan alat pelacak GPS di dalamnya. Dengan kalung itu kita bisa mengetahui keberadaan Glamour," kata Anna penuh keyakinan.
Pernyataan Anna membuat Gloria sedikit lega.
Anna segera mengeluarkan ponselnya, membuka pelacak GPS kalung yang di miliki adiknya.
*
*
"Nyonya Toro, kenapa kau membawaku ke Bandara?" Glamour sudah siuman setelah satu jam tertidur. Ia kini dalam gendonga Nyonya Toro di dalam Bandara. Pakaiannya pun sudah di ganti dengan dress warna putih.
"Bukankah kau ingin bertemu dengan kedua orang tuamu?" balas Nyonya Toro lembut, begitu meyakikan Glamour yang polos dan sangat malang.
Glamour mengangguk dengan polosnya, sama sekali tidak merasa curiga, karena usianya yang masih 4 tahun, gadis kecil itu menurut pada Nyonya Toro yang dianggapnya baik ternyata sangatlah jahat melebihi iblis.
Setelah melewati area chekin Bandara. Nyonya Toro dan Glamour menunggu sebentar di ruang tunggu. Tidak berselang lama informasi keberangkatan pesawat menuju Italia di umumkan.
"Ayo, gadis kecil kita berangkat sekarang," kata Nyonya Toro, menggandeng tangan mungil gadis itu.
Langkah kecil gadis itu menyeimbangkan dengan langkah kaki Nyonya Toro yang lumayan cepat. "Nyonya..." ia hendak bertanya namun Nyonya Toro sudah menunduk sambil mendelik.
"Bertanya nanti saja, sekarang kita harus cepat!" jawab Nyonya Toro, dingin.
Gadis kecil itu menunduk sembari meraba lehernya, ia tidak menendapati kalung berliannya.
'Nona, apapun yang terjadi, tetap pakai kalung ini!' ucapan babysitternya terus terngiang di kepalanya.
nunggunya berminggu minggu bacanya cuman satu menit
klu bisa ya thor up satu bab gpp yg penting lancar tiap hari
lha ini satu bab nunggunya lamaaaaaaaaa pake banget