Dia adalah Zaidul Akbar, pemuda yang ingin berdiri tinggi diatas puncak dunia, Mungkinkah dia bisa mewujudkannya dengan dukungan yang diberikan oleh sistem.
Ikuti keseruan nya, jangan lupa Like dan dukungan, serta berkomentar lah yang baik. untuk membangun karya yang baik...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengusut Masalah Lina
Lina di bawa ke ruang pemeriksaan dan Zai menunggu di luar, setelah beberapa menit berlalu pintu bangsal terbuka.
Braak. Di dorong agak keras.
Zai membalik badan dan langsung mendekat ke arah Dokter, "Bagaimana keadaan nya Dok?" Tanya nya.
"Dia baik baik saja, Tinggal beberapa hari istirahat sudah boleh pulang"
"Bagaimana dengan luka di kepala nya dok?"
"Tidak apa apa, Hanya luka ringan saja, Jadi tolong jaga dia baik baik, Saya akan meresepkan obat, Nanti ambil di apotik." Setelah itu dia meninggalkan Zai yang berdiri mematung, Dan Lina di pindahkan ruang Vip, karna Zai meminta ruangan khusus yang tidak bercampur dengan orang lain.
Dia mengikuti dari belakang dan memasuki kamar Vip tersebut.
Setelah semua proses perpindahan selesai, Zai duduk di samping Lina sambil memegang tangan nya. Kemudian dia mengambil ponsel nya dan mencari sebuah kontak, Dia ingat pernah menyimpan kontak ibu nya Lina waktu itu, Waktu berkunjung dan menyelesaikan masalah mereka.
Tuuuuut.. Setelah terdengar dering hingga beberapa kali. Akhir nya telpon tersambung.
"Hallo Bu.."
"Tumben nelpon ibu, Apa nak Zai mau kerumah?" Sahut Bu Faridah terdengar dari nada nya dia sangat senang.
"Begini Tante, Lina sekarang di rumah sakit kecelakaan"
Duar....! Seperti bom yang di letak kan di telinga. Meledak dengan keras. Bu Faridah terduduk dan melepaskan pengangan ponsel nya..
"Tante, Tante..." Panggil Zai dengan keras di telpon.
Bu Faridah menguatkan hati nya dia meraih lagi ponsel nya dan bertanya. "Di rumah sakit mana Nak, Ibu akan kesana dengan bapak" suara nya serak karna menangis.
"Ansari shaleh Tante"
"Baik, Tante akan kesana, Nak Zai jagain dulu Lina"
Bu Faridah langsung mematikan sambungan telpon dengan Zai dan menelpon Pak Abdullah, Ayah nya Lina, dan menceritakan keadaan Lina sekarang.
"Ayo pak pulang cepat, jemput ibu, Kita ke Rumah sakit" desak Bu Faridah kepada Pak Abdullah.
Tiga puluh menit kemudian. Mereka sampai di rumah sakit Ansari Shaleh, Di karna kan rumah mereka jauh dari rumah sakit. Maka nya lama di perjalan. Meski pun mereka hanya memakai motor kesana..
"Bagaimana keadaan Lina Nak Zai?" Pak Abdullah bertanya setelah melihat Zai berada di depan ruangan menunggu mereka.
"Om dan tante masuk saja, Aku akan keluar sebentar, Mau ambli obat di apotik"
"Silahkan Nak, terima kasih susah membawa Lina cepat ke rumah sakit, Kami berhutang lagi kepada mu" Ucap Pak Abdullah lagi.
"Tak usah di pikirkan Om" Sahut Zai lagi. Setelah itu dia pergi dia menuju Apotik lebih dulu sebelum pergi meninggalkan rumah sakit menuju kampus lagi. Dia ingin menemui Rektor Mistar.
Di ruangan nya. Pak Mistar kini berhadapan dengan tiga orang. Salah satu nya adalah wanita yang di pukul oleh Zai, dan dua lain nya adalah orang tua nya.
Maula mengatakan bahwa dia di pukul oleh salah satu mahasiswa ketika di berjalan sendirian. Sambil menangis dia mengatakan nya
"Jika bapak tidak bisa mengatasi masalah ini, Saya akan mengambil semua yang saya investasi kan di fakultas ini" Ucap ayah nya Maula marah marah,
"Baik Pak Alwi, Saya akan perintah kan dosen akademik untuk mencari informasi siapa yang sudah menganiyaya anak bapak" dia mengambil telpon yang ada di atas meja lalu memanggil seseorang. Sebelum telpon tersambung, Pintu segera terbuka.
Mereka berempat berpaling ke arah suara, Terlihat seorang pemuda masuk dengan santai nya.
Maula menunduk kan kepala nya setelah melihat pemuda itu. Mungkin masih ada rasa takut yang menyerang nya. Tapi itu hanya sebentar. "Ayah, dia lah yang memukul ku" Teriak nya sambil menunjuk kepada Zai yang masih berjalan.
Zai terkejut, Sebelum nya dia tak memperhatikan bahwa ada tamu. Karna dia terlalu banyak berpikir.
Setelah melihat bahwa wanita yang ingin dia cari sudah berada di hadapan nya, Zai tersenyum menyeringai lalu mempercepat jalan nya.
Lalu dia melempar sesuatu ke atas meja. Untuk orang seperti ini harus di beri pelajaran, Agar tidak lagi menindas orang lain.
"Hei, Kau sangat tidak sopan" Teriak Alwi dan dia bergerak ingin memukul Zai yang berdiri di samping Pak Mistar.
"Tunggu Pak Alwi, Kau tidak boleh melakukan kekerasan di ruangan ku" Teriak Pak Mistar dengan lantang. "Jika kau melanjutkan nya, Aku akan melaporkan mu kepolisi" Ancam nya.
"Kau berani mengancam ku, Mistar!"
"Kenapa aku tak berani, Jika kau ingin menarik semua investasi mu, Silahkan, Aku tidak takut" Ucap Pak Mistar tegas.
"Sudah pah, tenang dulu, lebih baik kita mengusut tuntas pemukulan anak kita" Ibu nya Maula menenangkan Suami nya yang masih emosi.
"Jadi bagaimana soal pemukulan anak saya Pak Mistar, Pak Mistar sendiri sudah mendengar dari anak saya. Bahwa dia yang sudah memukul anak saya"
Pak Mistar menoleh kesamping dan melihat Zai mengangguk yang arti nya dia mengakui bahwa dia yang memukul Maula.
"Haih, ini terlalu sulit, Tapi jelas aku akan memilih Nak Zai dari pada Pak Alwi" Batin nya.
"Apakah ada bukti Pak Alwi?" Tanya Pak Mistar sambil menatap wajah Pak Alwi.
"Liat muka anak saya, Apakah ini perlu lagi bukti, Apakah bapak mau aku meminta hasil visum di rumah sakit lebih dulu" Teriak nya dengan emosi yang membara.
"Pak Rektor, Tolong Pakai apa yang saya lempar tadi," Zai menyela ketika Pak Mistar ingin menjawab.
"USB....!" Tapi Pak Rektor langsung mencolok kan nya ke leptop nya. Terlihat ada sebuah video rekaman cctv. Dan saat video di Klik, disana terlihat lah sebuah bukti yang kongkrit. Yang tak bisa lagi di elak kan oleh Maula.
Terlihat oleh rekaman CCTV yang berada tersembunyi di sudut paling atas bawah atap. Karna tertutup daun jadi mereka tidak melihat nya. Dan entah kenapa saat kejadian itu daun yang menutupi tertiup Angin. Jadi perilaku mereka semua terungkap.
Penganiayaan Maula dan tiga orang teman nya, semua terpampang nyata. Dan saat Zai datang menyelamat kan mereka dan sekaligus bukti Zai memukul nya.
Maula menunduk malu, karna dia juga berbohong kepada kedua orang tua nya. semua orang menatap nya.
Zai mengeluarkan ponsel nya dan menelpon seseorang. "Silahkan masuk pak!" Ucap nya.
Terlihat dua orang datang berseragam lengkap, Dan bertuliskan Polisi di dadanya,
Maula termundur kebalakang. "Jangan tangkap aku, jangan mendekat" teriak nya. Namun dua orang itu tetap berjalan kearah Zai.
"Tangkap dia" Ucap Zai dan salah satu dari polisi itu mengeluarkan surat penangkapan atas laporan penganiayaan dan menyerahkan nya ke bapak Alwi.
Pak Alwi menyambut surat itu dengan tangan gemetar, Dia terduduk dan tak bisa lagi berdiri..
Anak satu satu nya yang paling dia sayangi akan di tangkap oleh polisi dan akan di penjara. Memikirkan itu dia merasa kepala nya sakit dan dia langsung pingsan di tempat.
"Ini bukti nya pak" Zai mengambil kembali USB yang masih terpasang di leptop Pak Mistar dan menyerah kan nya ke salah satu polisi. Polisi itu pun langsung memasuk kan dalam plastik klip.
Lalu salah satu nya maju dan mengambil Borgol lalu meraih tangan Maula lalu menggiring nya keluar dan masuk ke mobil. Dia tak lagi melawan. Karna tak mungkin juga dia melawan dan mobil polisi pun melaju keluar dari kampus..