Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
"Bukankah ini mansion keluarga Henderson? Apa lagi yang tidak aku ketahui tentangnya? Sejak awal aku sudah menduga kalau dia bukan gadis sembarangan," batin Zio. Kemudian ia menoleh ke Arsy yang terlihat santai.
"Terima kasih sudah mengantar aku pulang, maaf ya tidak bisa mengajak kamu masuk," ucap Arsy.
"Eh, biar aku antar sampai kedalam. Gak enak jika hanya sampai disini," ujar Zio lalu meminta Arsy untuk naik lagi ke motornya.
Arsy terlihat gelisah saat Zio ingin mengantar nya kedalam. Arsy tidak ingin kedua orangtuanya salah paham kepadanya.
Sementara dia dan Zio tidak memiliki hubungan apa-apa. Arsy menyadari jika Zio menyukainya, karena Arsy bukan gadis bodoh. Walaupun dia belum pernah pacaran.
"Sebaiknya lain kali saja ya, ini sudah malam soalnya," ucap Arsy beralasan.
"Tapi aku belum makan, dan ini baru jam 8 malam." Zio tetap bersikukuh ingin masuk kedalam.
"Nona, sebaiknya bawa masuk saja. Tidak elok jika hanya diluar saja," timpal penjaga gerbang.
Arsy merasa serba salah, sedangkan Zio sudah tersenyum mendengar perkataan penjaga gerbang.
Sebelum Arsy bersuara, ponselnya berdering. Arsy pun segera mengeluarkan ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.
"Assalamualaikum Ma," ucap Arsy menjawab panggilan telepon yang ternyata dari Aleta.
"Waalaikumsalam, sayang, kamu belum pulang? Kakakmu bilang kamu bawa pacarmu."
"Mampus aku," batin Arsy.
"Kalau sudah sampai mansion, bawa masuk saja sayang," pinta Aleta.
Arsy menoleh ke Zio, Arsy tidak bisa menjawab pertanyaan sang mama. Akhirnya iapun menyetujui permintaan sang mama.
Arsy menutup telepon setelah mengucapkan salam. Kemudian ia mengajak Zio untuk masuk.
Akhirnya merekapun masuk bersama motor milik Zio. Zio tidak heran dengan mansion yang ada didepannya ini. Yang Zio tidak mengerti, kenapa gadis yang didekatnya lebih memilih dan menonjolkan hidup sederhana?
Arsy mengajak Zio masuk setelah pintu dibuka oleh pelayan. Pelayan sudah menunggu Nona nya atas permintaan Aleta.
"Selamat malam Tante," ucap Zio lalu menyalami pelayan. Karena mengikuti Arsy yang sudah terbiasa seperti itu.
"Silakan masuk Nona, Tuan," balas pelayan. Zio menoleh ke Arsy, Zio mengira jika pelayan itu adalah ibu nya Arsy.
"Ayo," ajak Arsy. Zio menjadi kikuk setelah ia salah menilai orang. Lalu mengikuti Arsy ke ruang tamu. Tapi sebelum itu, Arsy meminta pelayan untuk menyiapkan makan malam untuk Zio.
"Ma, Pa." Mereka yang ada disitu pun menoleh termasuk Diva dan Darmendra.
Zio menjadi grogi saat melihat keluarga Arsy berkumpul di ruang tamu. Apalagi setelah melihat Ars yang ternyata kolega bisnisnya.
Arsy memperkenalkan keluarganya, dari yang lebih tua yaitu Diva dan Darmendra. Kemudian baru kedua orangtuanya.
Zio tidak bisa berkata apa-apa untuk beberapa saat. Dia benar-benar tidak menyangka jika gadis yang dikejarnya adalah anak dari kolega bisnisnya sendiri.
Namun Zio tetap menyalami dan mencium tangan mereka satu persatu, itupun karena Arsy yang menyikut lengannya.
"Siapa namamu Nak?" tanya Diva setelah mempersilakan Zio duduk.
"Zio Oma," jawab Zio.
Sementara Ars masih memperhatikan Zio karena penampilannya yang seperti itu. Namun setelah memperhatikan dengan seksama, Ars baru menyadari jika Zio yang didepannya adalah kolega bisnisnya.
"Tuan Zio, kan?" tanya Ars yang baru ngeh. Aleta hanya menepuk keningnya pelan karena suaminya terlalu lambat mengenali orang.
"Iya Om, jangan terlalu formal Om, jadi gak enak," jawab Zio.
"Bukannya kamu tidak suka anak Om?" tanya Ars. Lagi-lagi Aleta menyikut lengan suaminya.
Zio menoleh ke Arsy. "Karena aku tidak tahu dia anaknya Om," jawab Zio tertunduk.
Sungguh, ini bukanlah sifat Zio yang sesungguhnya. Tapi saat berhadapan dengan keluarga Arsy, Zio merasa tidak berkutik.
"Kenapa papa ngomong gitu?" bisik Aleta.
"Tidak ada apa-apa Ma, papa cuma menguji nya saja," jawab Ars berbisik pula.
Sedangkan Zio meremas kedua tangannya karena takut tidak diizinkan untuk berhubungan dengan Arsy. Karena Zio sempat menolak saat Ars menguji Zio dengan menawarkan anak gadisnya.
Flashback ...
"Tuan Zio, bagaimana jika saya menawarkan anak gadis saya untuk Anda? Orangnya cantik dan sebentar lagi lulus kuliah," tanya Ars setelah mereka selesai membahas kerjasama selanjutnya.
"Maaf Tuan Ars, saya sudah ada orang yang saya suka. Dia juga cantik dan dia penyelamat ku, dia bak seorang dewi bagiku," jawab Zio.
"Putri saya lebih cantik, apa Tuan tidak menyukainya?"
"Secantik apapun dia, saya akan tetap dengan pilihan saya," tegas Zio.
Ars tersenyum, ternyata rumor yang dia dengar benar adanya, jika Zio adalah seorang anti perempuan.
Karena urusan mereka sudah selesai, jadi merekapun berjabat tangan dan kembali ke perusahaan masing-masing.
Flashback end ...
Zio masih tertunduk, ia ingat betul dengan perkataannya waktu itu. Meskipun Zio belum menemukan penyelamat nya, namun Zio sudah mengklaim jika Arsy adalah orang yang dia suka.
Tentu saja Zio tidak tahu jika orang yang dimaksud kolega bisnisnya itu adalah penyelamatnya.
Tidak berapa lama pelayan datang mengatakan jika makan malam sudah siap, mereka heran, padahal sudah makan malam.
"Zio belum makan," ujar Arsy menyela.
Lalu Arsy pun mengajak Zio ke ruang makan. Zio pun menurut walau hatinya masih merasa cemas. Masih terngiang-ngiang penolakan nya waktu itu.
"Auranya begitu kuat, siapa dia sebenarnya?" tanya Darmendra yang sejak tadi diam.
"Ketua mafia naga hitam," jawab Aleta.
"Jadi ...?"
"Dia kejam terhadap musuhnya, tapi baik pada orang yang bukan musuhnya," sela Arsa memotong ucapan Diva.
Diva dan Darmendra pun mengerti. Seperti keluarganya, jika diusik, maka mereka bisa berubah kejam melebihi mafia.
"Dia adalah cucu dari Kyro Ramero," ujar Aleta lagi.
"Jadi kalian sudah tahu dan sudah menyelidiki latar belakang pemuda itu?" tanya Diva.
"Oma, kita harus peka dengan siapa saja Arsy bergaul. Kalau si David itu, aku tidak setuju," jawab Aleta.
Mereka sudah tahu tentang David yang terus mengejar-ngejar Arsy. Hanya saja mereka diam dan Aleta percaya jika putrinya tidak sembarangan dalam memilih teman.
"Menurutku anak itu baik, apa Arsy juga menyukainya?" tanya Darmendra.
"Aku tidak melarang dengan siapa saja putriku bergaul, asal jangan melanggar batas," sela Ars.
"Semoga saja keluarga kita terhindar dari pergaulan bebas, apa yang terjadi pada Arthur, bisa kita jadikan pelajaran," ujar Diva.
Diva tidak sadar kalau ucapannya juga menyinggung suaminya. Tapi Darmendra diam saja, karena kejadian itu juga bukan keinginannya sendiri.
Tidak berapa lama, Zio dan Arsy kembali bergabung dengan mereka. Mereka pun mengubah topik pembicaraan.
"Kalian berdua nginap saja disini," pinta Diva pada Naufal dan Naura. Keduanya sengaja tidak ingin ikut campur dalam urusan ini.
"Iya Oma buyut, besok kita mau ke restoran, biasanya weekend akan ramai pengunjung, iya gak Ar?" ujar Naura.
Zio menoleh ke Arsy seolah minta penjelasan. Arsy pun mengatakan jika restoran itu sekarang adalah milik sang mama yang kini sudah menjadi miliknya.
paham...
jd jangan terlalu sombong