Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi harinya. Seperti biasa Ara menyiapkan sarapan untuk Vivian, karena hanya ia yang tahu sarapan seperti apa yang selalu di makan oleh kakak angkatnya itu yang sedang melakukan diet ketat.
"Pagi Ara ..." sapa Vivian.
Ara yang tengah menata hidangan ke atas meja, menatap pada kakaknya yang otomatis ikut menatap pada pria yang berstatus sebagai kakak ipar sekaligus suaminya.
"Pagi Kak, pagi Tuan. Sarapan Kakak sudah siap," ucap Ara lalu beranjak dari ruangan tersebut.
"Tunggu Ara, kau mau kemana? Tetaplah di sini ikut sarapan bersama kami."
Vivian melakukan semua itu bukan karena sungguh-sungguh ingin mengajak Ara sarapan bersama mereka. Tapi Vivian sengaja melakukan semua itu agar Dewa melihat ia sebagai seorang kakak yang sayang pada adiknya meskipun Ara bukan adik kandungnya. Vivian juga ingin menunjukkan kemesraannya dengan Dewa pada Ara, agar adiknya itu melihat bagaimana romantisnya mereka hingga tak berani berpikiran macam-macam.
"Tapi kak, aku—"
"Sudah duduklah, kau adikku jadi berhak untuk sarapan bersama kami. Bukan begitu sayang?" ucap Vivian dengan tersenyum.
Sebuah senyuman manis tapi tidak bagi Ara, karena senyuman Vivian hanyalah senyuman palsu, juga dengan tawaran untuk sarapan bersama. Karena dulu saat tinggal bersama keluarga Wisnu, Vivian tidak pernah mau makan satu meja dengannya. Jadi mau tidak mau Ara akan sarapan bersama pelayan atau harus menunggu sampai keluarga Wisnu selesai sarapan lebih dulu.
Dewa sendiri hanya berdeham kecil tanpa menatap pada Ara ataupun Vivian. pria itu terlihat sibuk sendiri seakan di ruangan tersebut tidak ada siapapun kecuali dirinya sendiri.
"Tidak Kak, aku masih kenyang. Nanti saja sarapannya," ucap Ara dengan berbohong.
Karena ia tidak berani untuk duduk di satu meja yang sama dengan Dewa juga Vivian. Dua orang yang tidak menyukainya bahkan membencinya.
"Duduk!"
Deg.
Baik Ara maupun Vivian serentak menatap pada sosok pria tampan yang berstatus sebagai suami mereka.
"Tapi Tuan..."
"Aku bilang duduk!" perintah Dewa tegas dengan tatapan tajamnya.
"Kau dengarkan apa yang di katakan Dewa, ayo duduk!" Vivian menarik tangan Ara untuk duduk, meskipun ia sendiri masih terkejut dengan kepedulian Dewa. Karena tidak biasanya seorang Dewa Arbeto ikut masuk dalam pembicaraan dirinya dan adik angkatnya.
Ara sendiri akhirnya mau tidak mau bergabung sarapan bersama Dewa dan Vivian meskipun enggan. Selama sarapan berlangsung Ara lebih banyak diam, tidak memperdulikan sama sekali keromantisan pasangan baru tersebut.
Bukan karena ia cemburu, tapi karena pikirannya masih di penuhi oleh kejadian pagi tadi di mana ia terbangun dengan pakaian yang tersingkap ke atas. Dan yang lebih membuatnya terkejut area intinya yang terasa lengket seperti ada sisa-sisa cairan khas percintaan, juga tubuhnya yang terasa sangat lelah padahal ia baru bangun tidur.
"Apa mungkin tadi malam Dewa ke kamarku dan menyentuhku?" gumam Ara dalam hati sembari memberanikan diri menatap pada Dewa.
Bukan tanpa alasan ia menuduh pria itu berbuat macam-macam terhadapnya, karena sejauh ini hanya Dewa yang berani menyentuhnya.
"Tapi pintu kamar sudah aku kunci, jadi tidak mungkin bukan?" gumamnya lagi dalam hati dengan bingung. "Atau jangan-jangan aku bermimpi melakukan itu sampai..."
"Tidak...!" teriak Ara tanpa sadar sampai membuat Dewa dan Vivian menatapnya.
"Kau kenapa?" tanya Vivian dengan bingung. Karena tiba-tiba saja Ara berteriak tidak jelas.
"Eh, tidak apa-apa. Aku hanya memikirkan mimpiku tadi malam yang bercinta—" Ara menutup mulut dengan kedua tangannya karena keceplosan. Terlebih saat melihat tatapan tajam Dewa.
"Wow, aku baru tahu ada seorang wanita yang berani untuk bercerita tentang mimpinya. Terlebih mimpi bercinta," ucap sosok tampan yang berjalan masuk ke dalam ruang makan tersebut.
Membuat tiga orang yang ada di ruangan tersebut menatap kearah sumber suara.
"Kau..." pekik Ara dengan terkejut.
Sementara sosok pria tampan tersebut justru tersenyum sembari mengerlingkan matanya dengan menggoda.
ntar Ara mati rasa baru tau