TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA DUA
Snowy menerima semua perilaku Mahesa yang terlalu manis, terlalu terburu-buru, terlalu mencurigakan walau dia juga menikmati setiap perlakukan tersebut.
Mahesa menjadikannya wanita paling bahagia malam ini. Dan entah akan seperti apa keesokannya, Snow berani klaim bahwa kebahagiaan ini hanya untuk malam ini saja.
Yah, romantic dinner, steak barbeque, potongan jagung rebus, potato garlic dan berbagai hidangan khas camping sudah dia cicipi.
Snowy setuju untuk tidak diet lagi, bukan untuk menyenangkan suami gantengnya melainkan menguatkan tubuh untuk persiapan meninju lelaki itu, kalau-kalau nantinya Mahesa berkhianat padanya.
Dinyanyikan lagu cinta, dibacakan puisi cinta, juga diberikan sentuhan cinta. Siapa yang bisa menolaknya?
Justru, yang Snowy suka dalam kepura- puraan ini hanya satu, bercinta dengan suaminya yang super hyper.
Tenda itu hampir ambruk karena getaran yang Mahesa buat bersama Snowy. Berkali-kali Esa membekap mulut istrinya saat desah wanita itu mulai hilang kendali arah.
"Di sini masih ada orang lain, Snow!"
Bisa saja para koki dan pelayan masih menguping dari kejauhan. Atau bahkan mengintip dan mengabadikan momennya.
Namun, sejauh ini Snowy tak peduli, bukan tidak mau menurut, tapi alangkah sulitnya menahan teriakan yang bisa membuatnya terlepas dari gelora yang membuncah.
"Orang bisa mendengar mu, Snow!"
"Harusnya Kakak pikir itu sebelum ngajakin Snow main di tenda!" protes Snowy. Dan dia kembali mendesah sejadinya. "Kak Esa!"
"Ssstt, gimana kalau ada yang merekam suara kita? Jangan sebut nama!" tegur Mahesa.
"Kenapa? Takut viral?"
Lagi-lagi lenguh Snowy dibungkam kembali. Dan kali ini Mahesa harus mengenakan kecupan dan gigitan yang malah membuat tenda itu semakin berisik.
Meski ricuh seperti berang berang kawin, keduanya kembali mencapai puncak, dan tergeletak bersisian. Kali ini Snowy protes keras karena Mahesa menumpahkan benih di dalam tubuhnya.
"Aku lupa bawa pengaman." Mahesa tertawa tawa sementara Snowy memukuli dada jernih suaminya. "Kan udah Snowy tanyain tadi, bawa pengaman nggak, main sembur ajah!"
Kemarin sempat kecewa saat Mahesa membuang benihnya di luar. Tapi, melihat perubahan Mahesa yang mencurigakan, Snowy menjadi semakin kekeuh untuk tidak hamil dulu sebelum tahu apa rencana pria itu.
Mahesa meraih pakaian baru untuk di lemparkan ke kepala istrinya. "Udah pake, sekali doang nggak langsung hamil, Sayang."
"Tapi Snowy lagi masa subur!"
Snowy memberengut. Dia kesal tapi mau bagaimana lagi, anak-anak Mahesa sudah berlarian menuju rahim mungkin.
"Minum jus nanas besok!" saran Mahesa sembari menunduk dan berlompat lompatan memakai celana jeans hitamnya.
"Apaan sih nggak jelas!" Walau menggerutu, Snowy juga mengenakan atasannya satu persatu dimulai dari bra. "Dibilang jangan di dalam, jangan di dalam!"
Mahesa berdecak. "Terus gimana? Mau diulang lagi terus dibuang di luar?" tawarnya.
"Anterin ke toilet." Snowy lengket, ingin bersih-bersih, bila perlu mengeluarkan kembali semua muntahan Mahesa ke toilet.
"Pake dulu bajunya yang rapi," titah Mahesa.
Pria itu keluar dari tenda setelah rapi dengan pakaiannya. Snowy pun melakukan hal yang sama.
Setelah rapi baru keluar dari tenda. Keduanya berjalan bersisian memasuki villa dan menuju ke toilet ruang tengah.
Snowy sengaja hanya memakai rok saja, sedang CD barunya dia genggam untuk ganti setelah ia bersih-bersih diri. Dan momen itu digunakan Mahesa untuk menggoda wanita itu, dengan iseng merabanya sambil berjalan.
"Seksi!"
"Mahesa Bakhtiar!" Snowy melotot, lalu memukuli lengan pria itu. Sedang Mahesa hanya asyik tertawa geli karena ulah sendiri.
"Coba kamu!" Snowy membalas dendam dengan menampar bagian bawah Mahesa, dan beruntung pria itu sigap menghindar.
"Masih mau dipake dua kali lagi, jangan diapa-apain, Snow!"
"Ogah, main sendiri sama sabun!" Snowy masuk toilet tanpa membiarkan suaminya ikut, yang padahal rencana Mahesa mau mencoba di dalam sana.
Usai sudah drama toilet, Snowy ikut pulang lagi ke tenda karena mereka berjanjian jika tidak hujan akan tidur di tenda malam ini.
"Kopi?"
Snowy meraih secangkir kopi yang ditawarkan suaminya. Hanya satu cangkir karena mereka berdua minum di cangkir yang sama, tapi cukup besar.
"Thanks."
Snowy menatap bintang-bintang di langit yang hitam, ini waktu yang sempurna. Dingin, berbintang, dan duduk bersama pasangan.
Mahesa melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Snowy. Dia ikut menempelkan telapak tangannya di cangkir yang cukup mentransfer kehangatan. "Boleh aku cerita?" bisiknya.
"Hmm." Snowy diam di pelukan, sesekali membiarkan bibir Mahesa menarik cuping telinganya yang dingin.
"Saat ini, di dunia ini, selain Dewa, King, Roland, dan Gladys, aku mungkin cuma punya kamu saja Snowy White Rain," ucapnya.
Snowy mengalihkan pandangan ke kotak perhiasan yang dibuka suaminya. Sebuah cincin bermatakan berlian.
"Ini cincin pertunangan kita kan?"
Snowy sedikit mengerut tipis kening. Dan Mahesa terkekeh saat mengingat betapa besar perjuangannya meraih kembali cincin itu dari selokan.
Dia sampai dikatakan bucin oleh Dewa, King, dan Roland saat insiden itu terjadi. Hal malu yang dia sendiri tak peduli saat itu, asal bisa temukan lagi benda mungil itu.
"Aku ambil dari selokan." Akhirnya Mahesa mengaku, dan dugaannya benar, Snowy tak peduli dengan perjuangannya.
"Rasain!" sumpah Snowy. Pedagang Tanah Abang bukan, siapa suruh sok jual mahal.
Mahesa melepas kalung rantai putih milik Snowy, untuk kemudian disematkan cincin pertunangan mereka sebagai bandulnya.
"Jangan kamu buang lagi," kata Mahesa. Hal manis yang lagi-lagi semakin membuat Snowy bingung, 'apa tujuan Esa lakukan itu'.
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
Snowy kaget karena pagi saat dia membuka matanya, dia sudah terbaring di ranjang. Dan dia juga berada dalam pelukan suaminya.
Seingatnya dia masih mengobrol di depan tenda bersama lelaki itu. Lalu, apakah dia lelah dan ketiduran, mungkin begitu dalam pikirannya yang tak tahu menahu.
"Snow..." Mahesa menggeliat, menyipit mata yang ingin dia buka lebih lebar.
Rupanya gonggongan ponsel milik Snowy juga membangunkan tidur sang pangeran tampan pada akhirnya.
"Kita dipanggil Papi." Snowy sudah dalam keadaan duduk, sambil berselancar dengan layar ponselnya.
"Ok," bangkit Mahesa, kemudian meraih ujung rambut pirang nan bergelombang milik Snowy untuk ditarik ke arahnya. "I love you," ucapnya sambil mencium pucuk kepala wanita itu.
Snowy membalas dengan menjambak juga rambut pekat suaminya, bahkan dengan kedua tangannya. "I love you too!" jawabnya.
Mahesa tertawa mendesis, sebenarnya Snowy White Rain ini keturunan Raka Rain atau Nyai pelet. Wanita itu tak pernah sekali saja mau kalah darinya, jika dia menjambak, Snowy tak segan menuntut balas.
"Mau dimandiin nggak, hm?" Mahesa menawarkan jasa ketika istrinya sudah meraih gulungan handuk dari sofa.
"Kelamaan, Papi udah nunggu."
"Ok." Mahesa kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. "Aku siap kalau kamu berubah pikiran," lanjutnya sembari memejamkan mata kembali.
Snowy menarik bibirnya. "Ternyata suami kooh hyper ya Bund!" sindirnya.
Mahesa tertawa sambil membekap telinganya dengan bantal. Setelah ini, beriringan dengan kucuran air, pasti nyanyian konser Snowy akan memecahkan gendang telinganya.
kena km Wa 🤣🤣🤣