Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Cerita Tentang Kita
Magika dan Azzrafiq masuk ke ruangan panitia, di dalam terdapat beberapa ruangan, terlihat para panitia yang berlalu lalang, ada juga yang bersantai, ada pula yang sibuk untuk mengurusi acara selanjutnya.
Randy mengajak mereka ke ruang kesehatan, yang diperuntukan bagi peserta ospek jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti yang Magika alami saat ini.
Suasana begitu terasa sangat asing bagi Magika dan Azzrafiq ketika berada di sini, mereka merasa canggung karena banyak kakak tingkat.
"Kenapa ini Ran?" Tanya Ketua panitia kesehatan yang melihat Randy membawa pasukan.
"Keseleo, saya balik dulu ke Aula, harus ngisi acara." Jawab Randy.
"Ok, kamu ke Aula aja, biar saya yang urus semuanya." Kata ketua panitia kesehatan seraya menyiapkan alat-alat untuk mengompres.
"Ayo Fiq, kamu harus masuk kelompok lagu, kasih tahu buat bawain baju Magika, kebasahan kasihan dia." Tutur Randy seraya meninggalkan ruangan kesehatan.
"Gee, aku balik ke Aula ya." Ucap Azzrafiq.
Magika menahan tangan Azzrafiq sambil berbisik. "Aku gak mau ditinggal sendirian."
Azzrafiq tersenyum coba menenangkan Magika."Nanti kalo dibolehin, aku izin buat temenin kamu di sini ya, sekarang aku harus bawa tas kamu juga, kan harus diganti bajunya."
"Ya udah deh."
"Tos dulu biar kamu gak cemberut."
Magika kembali tersenyum lalu adu tos dengan Azzrafiq, sebelum lelaki itu meninggalkannya bersama kakak tingkat yang berada di sini.
"Bye Gee take care.." Azzrafiq pamit, walapun terasa berat meninggalkan Magika di sini.
Magika melihat kepergian Azzrafiq, dalam hatinya dia tak ingin temannya itu pergi karena merasa canggung dan segan berada di ruangan ini.
...----------------...
Beberapa saat kemudian, Randy yang baru saja mengisi acara, telah kembali ke ruangan panitia karena khawatir dengan keadaan Magika, hanya ada adik tingkatnya itu di ruang kesehatan, dia memberikan tas ransel yang dibawanya pada Magika untuk segera ganti baju agar tidak masuk angin.
"Gimana kakinya sekarang?" Tanya Randy.
"Dingin." Jawab Magika singkat.
Randy melihat kaki Magika yang sedang dikompres dengan es batu dan dibalut dengan kain, tak salah memang jawaban adik tingkatnya itu.
"Bener juga sih dingin, yang lain pada kemana nih? Kok kamu ditinggal sendirian?" Tanya Randy lagi sembari melihat seisi ruangan.
"Tadi sih katanya mau pada makan dulu, oh ya Azzrafiq mana?" Jawab Magika sekaligus menanyakan keberadaan temannya.
"Azzrafiq masih di Aula, dia gak boleh ke sini lagi, kok kamu mau sih ditinggal sendirian gini? Gak takut emangnya? Padahal ruangan ini sebelum diisi sama kita-kita kan udah kosong lama banget." Ucap Randy yang iseng ingin menakuti adik tingkatnya itu.
Magika memperhatikan keadaan sekitarnya, dan memang jadi sedikit mencekam setelah Randy memberitahunya, padahal tadi sebelum kakak tingkatnya itu datang atmosfernya biasa saja.
"Ah aku mau balik ke kelompok aku aja." Gerutu Magika.
Randy tertawa melihat ekspresi wajah adik tingkatnya yang ketakutan, Magika memang penakut anaknya, kadang suka merasa parno jika mendengar cerita seram.
"Tunggu, ganti dulu bajunya."
"Sial! Mana cuma berdua lagi, ya udah aku mau ganti dulu." Pekik Magika seraya membuka tas ranselnya yang dibawakan Randy.
Sementara adik tingkatnya berganti pakaian, Randy meninggalkan ruangan kesehatan, dia mengupas buah apel di ruangan sebelah, untuk diberikan pada Magika, dia menatanya di atas piring kecil, setelah selesai dia kembali ke ruangan dimana Magika berada.
"Gee, udah ganti bajunya?" Tanya Randy seraya mengetuk pintu.
"Udah Kak." Teriak Magika dari dalam.
Randy membuka pintunya dan menghampiri Magika "Nih ada apel, aku kupasin khusus buat kamu, abisin ya."
"Waaa kebetulan nih aku laper, makasih Kak Randy." Kata Magika senang seraya mengambil apel dari piring dan memakannya.
"Makan yang banyak, lumayan buat ganjel perut."
"Sekarang lagi sesi apa Kak?" Tanya Magika.
"Masih sesi games."
"Terus nanti malem sama KOMDIS lagi ya?" Kata Magika terdengar malas.
"Uya sama KOMDIS sampe besok pagi malahan." Kata Randy memberitahu Magika.
"Hah? gak tidur dong?"
"Ya tidurlah, sejam doang kayak kemaren malem." Terang Randy.
Lalu Randy menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tak ada orang lain yang melintas di ruangan ini.
Dia membocorkan sesi kegiatan acara ospek untuk malam ini pada Magika, peserta ospek akan tidur lebih cepat dibanding kemarin, karena jam satu dini hari nanti, akan ada jerit malam, setiap kelompok diperintahkan berjalan tengah malam untuk memasuki pos-pos yang telah dibuat oleh panitia.
Salah satunya pos KOMDIS di situ mereka akan lebih dicaci maki dan dipermalukan, jika mereka tak bisa melakukan apa yang diperintahkan.
Serta banyak pos lainnya untuk mempermainkan para peserta ospek.
"Ish menyebalkan ya, kalo gitu aku gak usah ikut ospek." Sesal Magika.
"Ambil hikmahnya aja, kan jadi deket sama aku." Goda Randy.
Magika protes sambil memukul bahu Randy. "Apaan ih, Kak Randy yang deketin aku juga."
"Iya tapi kamu suka kan?"
"Suka apaan?"
"Suka.. bisa deket sama aku."
"Hahaha, Kak Randy aja itu mah." Sanggah Magika.
"Iya aku suka deket sama kamu gini." Goda Randy lagi sambil tersenyum lebar.
"Kalo aku sih sukanya Edward." Celetuk Magika.
"Ya, cewek mana yang gak suka? Vampir ganteng udah gitu tajir pula."
"Hahaha bener juga ya."
Hari berubah menjadi gelap, Magika kembali berkumpul bersama teman-teman kelompoknya. Meskipun dia harus berjalan tertatih, Azzrafiq dengan sigap menghampiri Magika dan membantunya berjalan untuk segera berkumpul karena sesi makan malam akan di mulai.
Saatnya KOMDIS kembali bekerja.
Tengah malam tiba, setelah satu jam tertidur, para peserta ospek dibangunkan untuk mengikuti jerit malam.
Magika yang mulai terbiasa dengan teriakan KOMDIS, membuka matanya dengan perlahan meskipun terasa sangat lekat, melihat teman-temannya yang panik dan bangun terburu-buru, dia berjalan pelan-pelan karena kakinya yang masih terasa sakit akibat terpeleset di sungai.
Magika bertemu dengan Azzrafiq yang telah menunggunya di dekat tangga, lelaki itu menuntunnya turun dari anak tangga untuk kembali berkumpul bersama teman-teman satu kelompoknya.
"Hati-hati Gee." Ucap Azzrafiq yang selalu sigap menjaga Magika.
"Duh masih ngantuk nih Azz." Gerutu Magika yang berjalan sambil menutup mata.
"Buka matanya Gee, kamu harus lihat langkah kamu." Tutur Azzrafiq sambil menuntun Magika.
"Cepat jalannya, malahan pegang-pegangan tangan, ini bukan waktunya pacaran, heran masih sempet-sempetnya." Tegur KOMDIS 7.
Seketika Magika membuka matanya, dia sangat jengkel mendengar ucapan KOMDIS dan rasa kantuknya mendadak hilang.
"Kaki saya lagi cedera Kak, Azzrafiq lagi coba bantu saya bukannya pacaran." Pekik Magika.
"Oh, kamu ya yang jatuh itu, malahan jadi beban temannya." Cibir KOMDIS 7.
"Saya gak merasa terbebani sama sekali, dan yang lainnya juga mengerti, mohon untuk disaring ucapannya kakak KOMDIS yang terhormat." Tegas Azzrafiq yang turut kesal.
Magika yang mendengar ucapan dari KOMDIS rasanya ingin membalasnya, hanya saja melihat dia sudah tertinggal jauh dari teman-temanya, dia mengurungkan niatnya.
"Aku jadi beban ya Azz?" Tanya Magika merasa bersalah karena mereka berdua tertinggal.
Azzrafiq menghela nafasnya, dia memegang kedua bahu Magika mencoba membesarkan hati wanita itu."Gak usah didengerin apa kata komdis tadi, aku gak merasa terbebani sama sekali, sekarang kita susul yang lainnya yuk."
Magika mengangguk sambil berusaha tersenyum."Ayo Azz, nanti makin ketinggalan."
Akhirnya mereka berdua berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, dan kelompok satu yang pertama keluar Aula untuk memasuki pos-pos yang sudah disiapkan oleh panitia.
Di luar sangat gelap mereka hanya diberi satu lilin untuk penerangan ketika mereka berjalan menuju pos satu.
Mereka jalan berbaris di tengah gelapnya malam dengan perlahan, angin malam berhembus kencang, membuat api yang menyala seketika mati.
Untungnya, Acha bawa senter kecil, dan memberikannya pada Maulana yang baris paling depan untuk memberikan arahan pada anggota kelompoknya, sementara Magika dan Azzraffiq baris paling belakang.
"Pelan-pelan aja Gee jalannya." Ujar Azzrafiq seraya memegang tangan Magika yang jalan di depannya.
"Iya Azz ini juga aku sambil hati-hati jalannya." Kata Magika sambil melihat ke atas langit.
Magika menatap langit yang gelap dan melihat bintang-bintang yang bertaburan di atas, matanya berbinar memandangi bintang yang sangat rupawan dan tampak sangat jelas dari bawah sini.
Dia tersenyum, dan bintang-bintang berkelip seolah membalas senyuman darinya.
"Indah banget langit malam ini." Kata Magika kagum.
Azzrafiq melihat pemandangan yang menakjubkan di atas langit, dia juga merasa kagum dengan bintang-bintang yang bersinar lebih terang, mengajak untuk menikmati sejenak keindahan mereka.
"Iya benar, bintang malam ini berbinar lebih benderang." Ucap Azzrafiq sambil menghentikan langkahnya.
Magika seketika turut menghentikan langkahnya ketika tangannya tertahan, dia menolehkan kepalanya ke belakang, mencari tahu kenapa Azzrafiq menghentikan langkahnya?
"Coba lihat Gee bintang-bintang itu, seolah mengajak kita untuk memandang mereka lebih lama lagi."
Magika mengangguk." Bener Azz, seolah menyapa kita."
"Mereka bakalan jadi saksi perjalanan kita malam ini."
Sementara teman-teman kelompoknya telah jauh berjalan, mereka masih terdiam mengagumi ciptaan Tuhan yang sangat elok ini, keduanya membiarkan teman-teman lainnya meninggalkan mereka.
Seakan terbawa suasana, Azzrafiq perlahan mendekati Magika dan menyalakan pocket lighter untuk melihat wajah wanita yang ada di hadapannya, dan kini mereka saling bertatapan.
"Tapi ada yang lebih indah dari bintang di langit." Ucap Azzrafiq sambil membelai rambut Magika.
Magika termenung menatap kedua mata Azzrafiq, dia dapat melihat dengan jelas bayangannya di mata lelaki itu, detak jantungnya seketika berdegup kencang.
Dibenaknya hanya ada Azzrafiq, tak ingat mengenai Azzrafiq yang telah memiliki kekasih, tak ingat dengan teman-temannya yang telah meninggalkannya, seketika semua itu lenyap dalam pikirannya.
Namun momen ini mengingatkannya pada malam ketika dirinya bertemu dengan Edward, terlebih ketika melihat mata lelaki itu lebih dalam lagi, apakah Azzrafiq adalah Edward yang Magika cari selama ini?
Tak kalah dengan Magika, detak jantung Azzrafiq pun bertalu tak seirama, di matanya malam ini Magika tampak sangat memesona dengan cahaya pocket lighter yang dinyalakannya.
Tak ada pikiran lain dalam benaknya selain wanita yang ada di hadapan nya ini, bahkan dia tak ingat telah ada Bianca di hidupnya, perlahan dia mendekatkan wajahnya pada wajah Magika, gadis itu pun memejamkan matanya, tinggal beberapa mili lagi wajah keduanya melekat.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang, Magika seketika membuka matanya dan Azzrafiq menarik kembali wajahnya, mereka menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara teriakan yang mengejutkan keduanya.
Lalu tiba-tiba seseorang menarik tangan Magika dari kegelapan dan membekap mulutnya, memisahkannya dari Azzrafiq.
Magika menjerit sekuatnya meskipun mulutnya dibekap, selain panik kakinya juga masih terasa sakit.