Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 ~ Ada Apa dengan Mereka? ~
Anna menahan tangisnya sekuat tenaga. Rasa bingung, sedih dan malu bercampur baur dalam hatinya. Semua orang tahu Anggun selama cukup dekat dengannya. Anggun sangat ramah, selalu tersenyum padanya, tak lupa berterima kasih setiap kali dibuatkan kopi atau saat Anna berikan bantuan apapun untuk gadis itu.
Kini sikap Anggun Angelia sungguh berbeda. Berubah drastis hanya dalam beberapa jam. Anna termangu dengan rasa malu. Semua orang menatapnya dengan heran hingga membuat gadis berdiri membatu. Tak bisa berbuat apa-apa.
“Anna tolong kertas ini di fotocopy ya,” teriak seorang karyawan laki-laki.
Panggilan itu ibarat sebuah tepukan yang menyadarkan Anna dari posisinya yang terpaku. Segera gadis itu menghampiri karyawan laki-laki yang memanggilnya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa, laki-laki itu menyerahkan selembar kertas.
“Satu lembar saja,” ucapnya.
Anna menerima selembar kertas sambil tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Sebuah senyum yang canggung, seperti terpaksa tapi Anna benar-benar ingin tersenyum. Seolah berterima kasih atas panggilan itu.
Tak menunggu lama, Anna segera masuk ke ruangan fotocopy. Hanya selembar kertas. Anna tidak tahu apakah laki-laki itu benar-benar membutuhkan selembar fotocopy itu atau hanya sekedar ingin menyelamatkan dirinya dari rasa malu.
Makasih Bang Railly, batin Anna.
Anna merasa tertolong. Railly Addison seperti memberi kesempatan padanya untuk menangis sendiri di ruangan itu. Tak menunggu lama, gadis itu langsung menangis sambil menekan dadanya yang terasa perih.
Anna mencoba mengingat apa yang menimbulkan kemarahan Anggun Angelia. Namun, tidak ditemukannya. Beberapa saat menangis, hati Anna sedikit merasa lega. Gadis itu segera keluar dari ruangan itu.
Sebaiknya aku keluar sekarang, batin Anna sambil menarik nafas dan menghembuskannya hingga berkali-kali.
Anna tidak tahu apakah sudah ada yang mencarinya. Anna tidak ingin semua orang merasa kehilangan dirinya. Anna juga merasa di antara para karyawan ada yang sedang bicarakan dirinya.
Anna tidak pedulikan itu. Menjadi bahan gunjingan hal yang biasa baginya. Dan benar saja, saat keluar dari ruang fotocopy, Anna melihat beberapa orang karyawan wanita duduk mengelilingi Anggun Angelia.
“Apa yang kalian lakukan di sana?” seru Bu Delima.
Seolah-olah melarang para wanita itu bergunjing di jam kerja. Anna sendiri paham jika Bu Delima sendiri penasaran dengan apa yang terjadi. Bu Delima pasti berharap salah satu di antara karyawan itu telah tahu apa yang terjadi.
Anna tidak peduli dengan sikap Bu Delima. Juga para karyawan wanita yang buru-buru kembali ke meja masing-masing sambil melirik ke arahnya. Anna hanya ingin menyerahkan lembaran kertas yang telah di fotocopy tadi pada karyawan laki-laki itu.
“Makasih Bang Railly,” ucap Anna pelan.
“Untuk apa?” tanya Railly.
Anna tersenyum. Kali ini benar-benar senyum tulus. Hati Anna telah lega berkat laki-laki itu. Entah memang Railly menolongnya atau tidak, Anna tetap ingin berterima kasih.
Railly Addison juga tersenyum. Anna berlalu untuk melakukan tugasnya. Meski rasa tidak enak di hati masih tetap ada. Meski merasa para karyawan itu masih akan bergunjing tentang dirinya. Anna hanya ingin bekerja sebaik-baiknya tanpa harus melihat ke arah Anggun Angelia.
“Anna tolong bikinkan kami kopi,” ucap karyawati bernama Fitri.
“Kami?” tanya Anna.
“Aku juga!” ucap seorang karyawati yang lain dan beberapa yang lain juga ikut minta dibuatkan minuman.
Anna yang telah paham minuman kesukaan masing-masing, segera meracik minuman sesuai kebiasaan masing-masing. Anna menaruh minuman-minuman itu di meja masing-masing. Karyawati bernama Fitri itu menawarkan minuman pada Anggun Angelia.
“Anggun nggak pengen ngopi? Biasanya rutin secangkir setelah makan siang!” seru Fitri.
Anna segera menoleh ke arah Fitri, karena seruan itu seolah-olah ditujukan padanya. Anna harus siap menerima perintah jika Anggun Angelia juga ingin dibikinkan minuman. Anna lalu menoleh ke arah Anggun untuk menunggu perintah.
“Boleh juga,” ucap Anggun singkat tanpa meminta tolong pada Anna.
Namun, Anna telah tahu kalau dirinya harus menyiapkan minuman kesukaan Anggun Angelia. Secangkir kopi espresso tanpa gula. Kesukaan Anggun yang sebenarnya sangat bertentangan dengan penyakitnya tapi entah kenapa, Anggun justru hanya menikmati jenis kopi yang terkenal dengan rasanya yang kuat itu.
“Kamu sengaja ingin asam lambungku kambuh?” tanya Anggun setelah mencicipi sedikit kopi dengan cangkir kecil itu.
“Tapi … ini seperti biasanya ….”
“Kamu pikir aku tidak tau seperti apa kopi kesukaanku sendiri? Nih coba saja untukmu,” ucap Anggun sambil menyodorkan kopi itu sambil kasar pada Anna.
Dengan cepat Anna menyambut cangkir yang disodorkan itu agar tidak terjatuh. Hasilnya kopi itu tumpah mengenai pakaian Anna. Beberapa orang berteriak kaget.
Mungkin di antara mereka telah menunggu-nunggu apa yang akan terjadi. Dan benar saja, Anggun Angelia menolak secangkir kopi buatan Anna. Perbuatan Anggun itu membuat mereka kaget.
“Ada apa ini?” tanya seseorang dari luar ruangan.
Sontak semua menoleh ke arah suara begitu juga Anna. Nick Rush segera masuk ke ruangan itu dan langsung menemui Anna. Melihat kemeja putih itu yang terkena kopi hitam, Nick Rush langsung menoleh ke arah Anggun Angelia dengan sorot mata tajam.
“Aku nggak menyangka ternyata Nona Angelia orang yang seperti itu,” ucap Nick Rush.
“Nggak Ka … eh Tuan, Mbak Anggun nggak sengaja ….”
“Aku nggak butuh pembelaan darimu,” ucap Anggun dengan santainya sambil terus menatap layar monitor komputer dan jemarinya yang lincah menekan tombol-tombol keyboard.
“Kamu harusnya minta maaf,” ucap Nick Rush yang tidak lagi memanggil dengan embel-embel Nona.
Anna segera menarik tangan Nick Rush untuk keluar dari ruangan karyawan. Para karyawati langsung berkumpul dan saling bertanya. Anggun Angelia tersenyum seolah-olah apa yang dilakukannya telah sukses membangkitkan rasa ingin tahu para karyawati itu terhadap hubungan Anna dan Nick Rush.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...