Asyifa rela jadi adik madu dari Naura, wanita cantik yang bersosialita tinggi demi pendidikan yang layak untuk kedua adiknya. Hanya saja, Adrian menolak ide gila dari Naura. Jangankan menyentuh Asyifa, Adrian malah tidak mau menemui Asyifa selama enam bulan setelah menikahinya secara siri menjadi istri kedua. Lantas, mampukah Asyifa menyadarkan Adrian bahwa keduanya adalah korban dari perjanjian egois Naura, sang istri pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Tiga - Kamu Licik, Naura!
Tubuh Asyifa merosot ke bawah, tulang di kakinya terasa hilang seketika saat mendengar semua itu. Mendengar suara yang mengganggu telinganya, meskipun sudah tak didengarkan lagi oleh Asyifa. Air matanya deras mengalir, dadanya terasa sesak.
“Tidak, kamu jangan seperti ini Asyifa! Ingat posisi kamu di sini sebagai apa. Itu hak mereka! Bukankah kamu selalu membujuk Mas Adrian supaya mau menyentuh Mbak Naura kembali? Kamu harusnya bersyukur mereka seperti itu,” ucap Asyifa menenangkan dirinya sendiri. “Mungkin saja sebetulnya Mas Adrian dan Mbak Naura selama ini baik-baik saja? Namun, di hadapanku Mas Adrian selalu bilang ingin berpisah dengan Mbak Naura?”
Pikiran Asyifa menilai Adrian yang seperti itu. Air matanya lagi-lagi jatuh tak bisa dicegah. Ternyata ungkapan cinta dan sayang dari Adrian itu tidak tulus padanya, itu semua karena Adrian butuh pelampiasan saat tidak bersama Naura.
**
Di bawah kuasa tubuh Adrian, Naura terus mendesah. Menikmati bagaimana kuatnya bibir Adrian menyesap kedua melon impornya yang masih sangat kencang dan cukup besar. Namun, Adrian tidak mau lama-lama melakukan pemanasan, karena dia sudah tidak sabar ingin mencapai surga dunia bersama Asyifa. Ya, Asyifa, bukan Naura. Karena yang Adrian lihat bayang Asyifa, bukan Naura. Padahal yang sedang di bawah kuasanya adalah Naura. Sang Istri Pertama.
Malam ini, benar-benar malam kemenangan untuk Naura. Malam yang sangat indah, penuh kenikmatan surgawi, setelah beberapa bulan Naura berpuasa disentuh oleh Adrian. Akhirnya malam ini hasratnya terpenuhi. Meskipun ia harus menahan rasa sakit hatinya, menahan rasa sesak di dadanya karena Adrian terus menyebut nama Asyifa saat menguasai tubuh Naura.
“Aku tidak peduli yang kau sebut adalah nama perempuan lain saat bercinta denganku, Mas. Yang terpenting, malam ini benihmu tertanam di rahimku, aku sudah melakukan program hamil selama ini, aku yakin aku bisa hamil. Karena itu satu-satunya cara untuk mengikat kamu, supaya kamu tidak menceraikan aku!” batin Naura.
Sudah tidak terhitung berapa kali mereka mencapai puncak kenikmatan surgawi. Hingga mereka menghiraukan waktu yang terus berjalan semakin larut. Naura tidak peduli dirinya yang sudah lelah menghadapi Adrian, akan tetapi ia tidak mau menyia-nyiakan malam indahnya dengan Adrian. Pertempuran yang sangat panas itu membuat Naura berkali-kali melenguh keras karena mengalami pelepasan yang begitu dahsyat.
Adrian mengambil alih kendali untuk memberikan sebuah pergerakan yang hebat, sebelumnya Naura yang mengendalikan permainan. Setelah dirasa Naura sudah menuntaskan hasratnya. Adrian langsung menindih tubuh Naura, menguasai tubuh Naura dengan sangat kuat. Hingga pada akhirnya mereka kembali ingin mencapai puncak kenikmatan surgawi lagi. Mungkin puncak ini menjadi akhir pertempuran mereka malam ini.
“Ouuhhh ... Asyifa ....” Desah Adrian dengan napas memburu saat menyemburkan benih-benih berkualitas di dalam rahim Naura.
Tubuh Adrian ambruk, lemas menimpa tubuh Naura. Wajahnya menyusup di ceruk leher Naura yang basah oleh peluh pertempuran panas mereka. Naura mengusap punggung Adrian dengan lembut. Mengatur kembali napasnya yang masih tersengal.
“I love you, Mas,” bisik Naura.
“I love you more, Asyifa,” balas Adrian lalu menciumi wajah Naura, setelah itu tubuhnya ambruk ke samping Naura, lalu tidur dengan mendekap tubuh Naura.
Naura mengusap sudut matanya yang mulai basah. Hingga akhir dari pertempuran pun nama Asyifa yang Adrian sebut. Ia meratapi nasibnya sendiri. Nasib yang ia ubah sendiri, dengan kemauan sendiri, dan secara sadar. Iya, adanya Adrian yang sekarang lebih memilih Asyifa, dan sangat mencintai Asyifa, itu karena dirinya sendiri yang menghadirkan Asyifa di pelukan Adrian.
“Aku tidak peduli rasa sakit ini, yang penting kamu bersamaku selamanya, Mas. Meskipun tidak ada cinta di hatimu lagi untukku,” batin Naura.
**
Adrian menggeliat kan tubuhnya. Meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia mengerjapkan matanya, namun indra penglihatannya belum jelas melihat sekitar ruangan. Ia belum sadar di mana raganya sekarang berada. Seulas senyuman terbit di sudut bibir Adrian mengingat semalam saat merasakan tubuhnya sedang dipeluk oleh seseorang dari belakang.
“Aku tidak sedang mimpi rupanya. Akhirnya kamu mengungkapkan perasaanmu padaku, Asyifa,” batin Adrian dengan sangat bahagia.
Adrian membalikkan tubuhnya, ingin sekali merengkuh tubuh seseorang yang sedang memeluknya dari belakang, dan sesekali jari lentiknya mengusap lembut dadanya. Adrian masih berusaha mengerjapkan matanya, karena pandangannya masih belum jelas. Ia ingin sekali menatap wajah ayu istri mudanya setelah bangun tidur.
“Selamat pagi, Mas?” sapa Naura dengan suara serak khas bangun tidur. Senyuman Naura terlihat begitu manis di depan Adrian.
“Na—Naura?!”
Dengan refleks Adrian menjauhkan tubuh Naura dari dirinya. Adrian kaget bukan kepalang melihat siapa yang sedang di depannya. Adrian membuka selimut yang menutupi tubuhnya, ternyata sama dengan Naura, sama-sama polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
“Kau!” hardik Adrian.
“Kau menjebakku, Naura!” Adrian berkata dengan wajah merah padam menyiratkan kemarahan yang begitu mendalam pada Naura.
“Menjebak? Tidak, siapa yang menjebak kamu, Mas?” jawab Naura. “Kamu yang semalam memulai semua ini, kamu yang mengajak aku bermain sampai puas seperti ini, apa kamu lupa, heemm?”
“KAU BOHONG, NAURA!” teriak Adrian di depan wajah Naura. Adrian benar-benar murka kali ini terhadap Naura.
“Aku gak bohong, Mas! Siapa yang bohong? Kita melakukannya sama-sama menikmati, untuk apa aku bohong?”
“DIAM KAMU NAURA! Aku gak akan memaafkan kamu! Tidak mungkin aku menikmati permainan dengan kamu, karena aku sudah tidak ada rasa denganmu, aku tidak mencintaimu lagi, Naura. Aku hanya ingat Asyifa, aku melakukannya dengan Asyifa, bukan kamu!” teriak Adrian dengan lantang di depan Naura.
Ingin sekali Naura menangis mendengar perkataan Adrian, namun ia berusaha kuat. Naura tersenyum ringkih mendengar kata-kata Adrian barusan.
“Asyifa, kamu mencintai Asyifa?” tanya Naura dengan perasaan rapuh.
“Iya, aku mencintainya, dan aku ingin menceraikanmu, Naura. Itu kenapa aku tidak ingin menyentuhmu! Ternyata kamu licik Naura!”
“Licik?” gumam Naura.
“Ya, kamu sangat licik, kamu menjebakku!”
“Ya, aku licik, ya aku menaruh obat di minuman kamu, itu semua karena aku ingin hak ku sebagai istrimu, Mas. Aku lelah dengan semua ini, Mas. Kamu gak adil!” pekik Naura.
“Diam kamu!”
“Aku istrimu, Mas! Aku masih istrimu! Harusnya kamu bisa adil padaku!” erang Naura.
“Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi, Naura! Aku akan menceraikanmu! Aku sudah tidak mencintaimu!”
“Gak! Kamu gak bisa seenaknya menceraikan aku, Mas!” ucap Naura dengan frustrasi.
Naura masih menahan air matanya yang hendak terjatuh. Ia berusaha kuat di depan Adrian. Adrian sama sekali tidak menatap Naura. Dia lebih memilih mengambil baju yang berserakan, lalu memakainya dan pergi meninggalkan Naura.
“Mau ke mana mas?”
“Bukan urusanmu!”
“Mas!” panggil Naura, namun Adrian tak menghiraukannya .
dr ibu pertma anaknya 4 perempuan smua
dr ibu kedua anaknya 2 laki2 smua.
SMP skrang smua anak2 sudah berkeluarga dan mereka tampak akuuur bgt.. sering liburan bareng.
salut si sma yg bisa kaya bgtu,
jdi laki ko serakah ga ada tuh perempuan yg bnr" ikhlas d madu toh rasa nya kaya racun pergi ja lh Asyifa dari pada makin sakit mana ga berdarah itu lebih berbahaya