Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Telepon Dari Andin
Saat tiba makan malam, Rachel memilih untuk tetap di kamar. Kembali Farhan dan temannya menunggu kehadiran wanita itu.
"Sepertinya istri kamu tidak akan makan bersama kita. Padahal ini malam terakhir kita bersama. Entah kapan bisa berkumpul seperti ini lagi, karena kita memiliki kesibukan," ucap Yuni.
"Atau sebaiknya aku yang memanggilnya?" tanya Mia.
"Nggak perlu. Biar aku saja. Dia pasti masih menyelesaikan ngajinya," ucap Farhan.
Dia berdiri dari duduknya. Berjalan masuk ke kamar. Terlihat Rachel yang sedang duduk di sofa yang berada dekat jendela. Pandangannya jauh ke jalanan.
Farhan mendekati istrinya. Mengecup pipi Rachel. Wanita itu hanya membalas dengan senyuman.
"Kok hanya tersenyum?" tanya Farhan.
Dia merasa aneh dan heran karena istrinya tidak membalas ciuman yang dia berikan.
"Jadi aku harus bagaimana?" Rachel balik bertanya.
"Biasanya kamu membalas ciumanku. Atau memelukku," ucap Farhan.
Kembali Rachel hanya tersenyum. Semenjak dia tahu suaminya hanya mencintai satu orang wanita dan itu bukan dirinya, Rachel mulai membentengi diri untuk tidak lagi berharap dan terlena dengan semua perhatian yang Farhan berikan.
"Aku lupa, Mas," jawab Rachel. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Lupa ...?"
"Mas, kamu mau apa? Apa sudah makan malam?" tanya Rachel. Dia sengaja mengalihkan obrolan.
"Aku ke sini untuk memanggil kamu makan malam. Teman-temanku menunggu kehadiran kamu."
"Maaf, Mas. Aku nanti saja makannya setelah teman-teman kamu." Rachel berucap dengan pelan, tapi masih dapat di dengar dengan jelas sama Farhan.
"Rachel, ini makan malam terakhir kita di Villa. Entah kapan lagi dapat diulangi. Jika kamu tidak mau bergabung, nanti mereka mengira kamu sombong."
Rachel menarik napas dalam sebelum menjawab ucapan suaminya.
"Biar saja mereka mengatakan aku sombong, Mas. Aku tidak akan sakit hati. Dari pada nanti aku dikatakan tebar pesona dan genit sama suami sendiri. Sakitnya hingga ke ulu hati. Seperti di tusuk belati," ucap Rachel.
Farhan tampak kaget mendengar ucapan Rachel. Mungkin tidak mengira jika istrinya itu akan menjawab begitu. Farhan mengacak rambut istrinya itu. Jika di kamar, Rachel memang tidak menggunakan hijab.
"Kamu masih marah atas ucapanku kemarin? Ternyata kamu sangat pendendam! Padahal aku telah meminta maaf. Tuhan saja selalu memaafkan semua kesalahan umat-Nya."
"Tapi sayangnya aku bukan Tuhan, Mas," ucap Rachel penuh penekanan. "Memaafkan itu mudah, tapi melupakan perkataan yang menyakiti hati itu sulit. Menyakiti hati seseorang itu dengan ucapan, ibarat kita melempar batu ke lautan. Gampang banget, bukan? Tapi kita pernah berpikir, tidak? Seberapa dalam batu itu akan tenggelam dilautan luas. Berhati-hatilah dengan Hati, karena Allah hanya menilai dari hati," ujar Rachel.
"Rachel, aku nggak tahu harus mengatakan apa lagi. Aku telah meminta maaf. Dan jika kamu memang masih marah, aku bisa apa. Cuma aku pesan, jangan lama-lama marahnya. Kemarahan dan dendam juga dapat merusak hati. Aku mau makan dulu. Apa mau aku ambilkan makanan untukmu?" tanya Farhan.
"Nggak perlu, Mas. Aku belum lapar. Nanti kalau lapar aku bisa ambil sendiri."
"Kalau gitu aku makan dulu dengan teman-temanku," ucap Farhan. Kembali dia mengacak rambut panjang istrinya itu lalu mengecupnya sebelum meninggalkan kamar.
Farhan kembali bergabung dengan temannya yang lain. Dia beralasan jika Rachel sedang sakit kepala sehingga tidak bisa bergabung.
Seperti biasa sehabis menyantap makan malam mereka berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi. Sedang asyik menonton sambil bercanda, ponsel Mia berdering. Awalnya dia mengacuhkan, tapi karena berdering terus akhirnya dia mengambil dari saku celananya.
Mia melihat ke layar ponsel, siapa yang menghubungi. Melihat nama yang tertera, Mia langsung menatap Farhan.
"Kenapa kamu memandangi aku, bukan mengangkatnya?" tanya Farhan.
"Andin ...," ucap Mia. Semua serempak memandangi Mia. Rachel yang kebetulan akan menuju dapur juga mendengar namanya.
"Angkat aja. Siapa tahu penting," ucap Yuni.
Mia menggangukan kepalanya tanda setuju, dia lalu mengangkatnya. Semua terdiam saat Mia mengangkat sambungan ponselnya itu.
...****************...