Ayesha hidup bagai di neraka karena tinggal bersama mertua dan kakak ipar yang slalu semena mena terhadapnya.
Bukan hanya itu saja, kekesalan Ayesha pun memuncak saat Rama memilih akan menikah lagi dan di dukung oleh keluarganya .
"Jika bercerai dari Rama, siapa yang mau menikahi janda miskin sepertimu!" -Ratna (Ibu Mertua)-
"Aku akan berlaku adil, Yesha." -Rama-
Ayesha memilih bercerai dari Rama dan memulai kehidupan baru, tidak ia sangka takdir membawanya bertemu kembali dengan mantan kekasihnya semasa sekolah dulu.
"Menikahlah denganku, Ay." -Kevin King Wiguna-
"Aku seorang janda, tidak pantas untukmu." -Ayesha-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Mira datang ke rumah Ratna dalam kondisi berantakan juga menangis dengan koper di tangannya.
Ratna yang merasa heran segera menanyakan apa yang di alami oleh putri sulungnya itu.
"Kenapa kamu pulang dan menangis?" Tanya Ratna yang juga sedang pusing dengan masalahnya, terlihat dengan dua koyo yang menempl di kiri dan kanan keningnya.
Mira memeluk Ratna dan tambah menangis. "Ada apa?" Ratna semakin penasaran.
Mira melerai pelukannya, Ratna membawa Mira duduk di ruang tamu.
"Mertuaku bu, mertuaku slalu saja ikut campur rumah tanggaku, membicarakan aku ke tetangga tetangganya sampai buat aku malu, dia yang meminjam pinjaman di bank keliling dan memakai dataku, tapi tidak mau mengaku malah menuduhku yang tidak tidak. Mas Tino percaya pada ibunya dan mengusirku dari rumah jika hutang itu belum dilunasi, Bu. Padahal itu hutang Ibunya." Adu Mira menangis.
"Masa Tino tidak percaya padamu?" Tanya Ratna.
Mira terus saja menangis, "Mas Tino bilang aku sama seperti Ibu, hobinya berhutang, karna itu Mas Tino tidak percaya padaku, Bu."
"Terus mana Rio? Kenapa Rio tidak ikut denganmu?"
"Mas Tino menahan Rio, Bu. Kata Mas Tino biar Rio tidak ikut ikutan seperti kita yang senang berhutang. Mas Tino juga sudah mentalakku, Bu."
"Talak?" Tanya Ratna dengan dada bergemuruh. "Enak saja."
"Mas Tino bilang tidak mau lagi berumah tangga denganku karena aku slalu saja tidak akur dengan ibunya dan slalu saja tidak mau memberi uang pada adiknya Mas Tino yang masih sekolah."
"Kurang ajjarr!!"
"Bu, Mas Tino akan menggugatku cerai."
"Jangan lemah, cerai saja sama dia, kamu bisa cari pria lain yang lebih mapan dari si Tino itu."
"Tapi Bu, aku tidak mau."
"Halah kamu ini, jangan buta sama cinta, si Tino nya aja udah gak mau sama kamu, lebih baik kamu cari pria kaya, bila perlu suami orang juga tidak apa apa, yang penting kaya."
Ratna berdiri dan ingin meninggalkan Mira sendiri di kamar, namun ia mendengar suara ketukan pintu yang di gedor dengan keras.
"Bu Ratna, kami tau anda di dalam. Buka pintunya!!" Teriak seseorang yang ternyata adalah dept collector.
"Aduh gimana ini, Mir?" Tanya Ratna berbisik.
Mira yang sedang sedih pun melupakan kesedihannya sesaat. "Ibu berhutang apa lagi?"
"Hutang yang dulu." jawabnya berbohong. "Kamu ada uang dua puluh juta dulu gak?"
Mira mengernyit heran, "Banyak sekali, Bu."
"Biar lunas." balas Ratna lagi dan tentunya masih berbohong.
"Ga ada, Bu."
"Kamu pergi dari rumah mertuamu gak bawa apa apa?"
Mira menggelengkan kepalanya. "Dassar tidak berguna." Kesal Ratna.
"Bu Ratna, jangan ngumpet terus, hutang anda sudah jatuh tempo." Teriak dept collector dari luar pintu.
"Ada apa ini?" Tiba tiba saja Rama berada di halaman rumah Ratna untuk menjenguk sang Ibu.
"Anda anak bu Ratna?"
Rama mengangguk, "Iya saya anaknya, ada apa?"
"Ibu anda menunggak hutang di cicilan pertamanya, kami hanya menjalankan tugas saja."
"Hutang? Cicilan? Maksud kalian apa?" Tanya Rama yang tak mengerti.
Dept collector memberikan foto copy an surat perjanjian Ratna saat meminjam uang. Rama dengan serius membacanya.
"Menggadaikan sertifikat rumah?" Tanyanya terkejut dan kedua dept collector itu mengangguk.
"Iya, pinjamannya 200 juta dengan bunga 40% dan cicilannya 20 juta selama dua tahun."
Mendengar hal itu, Rama terkejut. Ia merasa kecolongan karna sang ibu berhasil menemukan sertifikat rumah yang susah payah ia simpan.
"Bilang pada Ibumu, besok kami kembali lagi dan siapakan cicilan pertamanya atau kami sita rumah ini."
Kedua dept collector itupun pergi. Rama mengetuk pintu dan Mira membukanya.
"Mana Ibu?" Tanya Rama dengan emosi.
Mira menunjuk kamar Ratna dengan dagunya dan Rama melihat ke wajah Mira. "Mbak habis menangis? Kenapa?" Tanya nya sedikit khawatir dengan Mira.
"Mbak mau diceraikan sama Mas Tino, dan Mbak di fitnah mertua Mbak soal pinjaman bank keliling, padahal itu ulah mertuaku yang meminjam dataku, Ram." Mira kembali menangis. "Mas Tino marah dan mengusirku karena percaya dengan ucapan ibunya, lalu mentalakku begitu saja dan Rio di tahan oleh Mas Tino."
Rama memejamkan matanya. Mengapa masalah datang padanya bersamaan, sertifikat rumah yang di gadaikan, Mira yang di ceraikan dan juga meninggalkan hutang. Semua seakan beratakan setelah Ayesha meninggalkan rumah.
Rama masuk ke dalam kamar Ratna dan membuka pintu dengan kasar. "Ibu buat ulah apa lagi?" Tanyanya dengan keras.
Ratna yang bersalah bukannya diam malah balik membentak Rama tak kalah keras. "Ini semua karna kamu ninggalin rumah!" Sentaknya.
Rama mengusap wajahnya dengan kasar, ia tak mengerti mengapa sang Ibu berbuat nekat seperti ini.
"Mana sekarang uangnya?" Tanya Rama.
"Hilang dan habis." jawab Ratna tak merasa bersalah.
"IBU!!"
"APA?" Ratna balik menantang Rama. "Bayar cicilannya 20 juta perbulan." Ucapnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Gaji Rama saja tidak sampai 20 juta, Bu."
"Ibu gak mau tau, kamu kan bisa pulang kerja jadi driver, lakukan apa saja agar rumah ini tidak di sita." Ucap Ratna.
Rama menggeleng gelengkan kepalanya, "Rama gak mau bayar, biar aja rumah ini di sita, Rama sudah punya kehidupan sendiri, Rama capek ngurusin Ibu."
Rama meninggalkan kamar Ratna dan menuju kamarnya sendiri, ia mengambil surat surat penting lainnya dan juga pakaian pakaiannya. Rama mengepak semuanya hingga tidak ada satupun barang miliknya yang tersisa, Ratna yang melihatnya menjadi geram.
"Anak durhaka!!" Sentaknya.
Rama menggaret kopernya dan mendekat ke arah Ratna, "Bu, bukan hanya anak yang bisa durhaka pada orang tuanya, tapi orang tua juga ada yang durhaka pada anaknya dan contohnya adalah Ibu!!" Rama melangkah pergi namun Ratna menahannya.
"Rama jangan pergi, nanti Ibu bagaimana?" Mohon Ratna yang mulai ketakutan.
"Terserah Ibu mau bagaimana juga, Rama sudah capek!!" Rama bergegas keluar dari rumah Ratna dan kembali ke apartemen. Bahkan sewa apartemen saja bulan ini harus di perpanjang, Rama sudah memutuskan untuk mengontrak rumah sederhana saja bersama Tiara, agar bisa menghemat biaya kebutuhan rumah, karena sewa di apartemen pun biayanya juga tergolong mahal.
Rama sudah tidak mau pusing lagi oleh tingkah Ibunya, ia sudah terlalu lelah menghadapi Ibunya yang slalu saja berbuat seenaknya, Rama tidak ingin lagi tau menau urusan kakak dan Ibunya itu, ia hanya ingin fokus pada kehamilan Tiara dan entah hubungan mereka bagaimana kedepannya karena Rama masih berharap Ayesha mau menerimanya kembali dan anaknya dari Tiara nanti.
Minggu depan adalah putusan sidang perceraian Rama dan Ayesha, Rama berharap putusan sidang itu berpihak padanya karena Rama tetap tidak ingin bercerai dengan Ayesha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Note:
Satu Like,
Satu Vote,
Satu Komentar dari kalian,
Sangat berarti untukku menaikkan Novel ini.
Please jangan jadi silence readers.