Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
2 tahun berlalu…….
Kini Lea sudah dinyatakan lulus dari sekolahnya. Ia hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk menempuh pendidikan menengah atas.
Selama ini ia sudah bertekad akan menjalani dan meniti karir di kakinya sendiri tanpa embel-embel Vatinya.
Saat ini Elea masih menikmati kebebasannya. Ia ingin melepas penat dunia pendidikan sejenak. Sudah beberapa puluh undangan dari Universitas dalam Negeri maupun Luar Negeri yang memberikan beasiswa penuh padanya. Ia masih ragu untuk memilih kampus mana yang ia mau.
Apakah Elea tidak mempunyai cita-cita?
Tentu Elea memiliki cita-cita! Elea ingin menjadi seorang dokter bedah yang sukses hingga bisa memiliki perusahaan farmasi yang bisa mensupply kebutuhan rumah sakit dalam jumlah yang besar dan separuh keuntungannya akan ia bangun klinik kecil di pelosok negeri maupun sekolah alam bagi mereka yang tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya.
“Aku ingin menyendiri, melepas penat sejenak. Pantai mana yang kira-kira cocok yaa…”, gumam Elea sambil memainkan handphonenya.
“Aahhh ini dia!! Pantai Vaadhoo, Maladewa! Jauh juga ternyata tapi aku suka pantai ini! Pantai Vaadhoo dijuluki pantai “Starry Night Sky”. Beruntung apabila aku mendapatkan fenomena langka itu! (Fenomena langka ini merupakan fenomena bioluminescence yang dimana perairan di sekitar pantai terlihat bak hamparan lautan bintang karena cahaya yang dipancarkan oleh mikroorganisme fitoplankton. Fenomena tersebut memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan sekaligus romantis)”, Ucap Elea berbinar.
“Hmmm baiklah. Mari kita hitung, berapa banyak biaya dari pemberangkatan, penginapan, konsumsi, hal tak terduga, dan sampai tiba di tanah air lagi!”, semangat Elea.
“Ckkk.. Sebenarnya tabunganmu sangatlah cukup Lea, dan malah kau bisa meminta pada Vatimu maka akan beres dan kau hanya tinggal membawa diri saja! Tapi kenapa kau sangat menyayangi uangmu itu”, protes Iva.
“Biarpun anak tunggal dan kekayaan orangtuaku bisa memenuhi semua keinginanku mungkin sampai ke cucu dan cicitnya nanti, tapi Aku malu jika harus meminta lagi dan lagi. Selama ini Aku selalu bekerja membantu jasa skripsi teman-teman Kak El dan Kak Denis yang notabene bukan orang sembarangan pula jadi hasilnya sangatlah banyak. Bayangkan saja 1 skripsi, ku hargai paling murah 30 juta itupun skripsi yang sangat mudah apabila permintaannya yang sulit maka bisa sampai 100 juta bahkan lebih dan ku jamin takkan ada revisi dari dosen pengujinya!” Ucap Elea menyombongkan kepintarannya.
…..Dan lagi, Aku sudah cukup dewasa bukan?! Sudah seharusnya aku bisa memfasilitasi keuangan untuk diriku sendiri! Yaa walaupun Vati dan Mutti tak pernah tahu kerjaan sampinganku itu apa tapi mereka tetap mensupport.” Tambahnya lagi.
“Kau benar-benar gadis taat, pintar, cantik, mandiri, tetap mem-bumi dan punya energi lebih! Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu. Maukah kau menjadi sahabatku sampai akhir hayat?”, tanya Iva serius.
“Kau ini apa Va. Hidup mati itu urusan Tuhan. Kita hanya menjalani seperti air mengalir! Dan satu lagi, kita tetap seperti ini sampai nanti dan jangan pernah mengucapkan apapun padaku karna aku masih jauh seperti kata-katamu tadi!”, sungut Lea.
Mereka pun berpelukan hingga tak terasa Iva menitikan air matanya. Ia sangat bersyukur bisa kenal dan menjadi sahabatnya Elea Inglebert. Anak tunggal dari konglomerat Tuan Jarvas dan Nyonya Delia yang terkenal sangat dermawan dan tak membedakan kasta.
“Semoga kau bahagia selalu Lea dan semoga kau menemukan seseorang yang sangat bisa menjagamu. Kau harus menemukan kebahagiaanmu beratus-ratus kali lipat, karna memang kau pantau mendapatkannya!”, batin Iva tulus.
“Mmmm Le…. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?! Tapi kau harus janji padaku harus kau jawab jujur dan tidak boleh marah ok!”, tanya Iva serius.
“Hmmmm… Baiklah! Ada apa?”, tanya Lea.
“Bagaimana perasaanmu saat ini Le? Apakah kau telah mengubur perasaanmu pada Kak Alan?”, tanya Iva cepat.
Suasana kamar yang tadinya hangat menjadi dingin. Iva bahkan berkeringat dan menunggu jawaban dari Elea namun tak kunjung juga berbicara. Iva meneguk beberapa kali salivanya terasa amat berat, apakah ia salah bertanya akan hal itu. Iva sadar telah mengorek luka lama sahabatnya namun ia ingin memastikan hal itu langsung dari mulut Elea.
“Lee….”, Iva membuyarkan lamunan Elea.
“Maaf ya jika pertanyaanku tadi membuatmu mengingat luka itu kembali. Sorry…..” Iva sambil mengatupkan kedua tangannya sambil sedikit membungkukkan kepalanya di depan wajah Elea.
“Aku tak apa Va. Jangan seperti ini lagi pula tadi aku sudah berjanji akan menjawabnya jujur bukan?”, ucap Elea tersenyum namun sorot matanya seperti menyembunyikan sesuatu.
“Bagaimanapun kau sahabatku. Sudah sepantasnya kau mengetahui apapun masalahku bukan? Aku percaya padamu Va. Tolong jangan kau katakan pada siapa pun lagi ok”, pinta Lea.
Iva dengan cepat mengangguk dan berkata “Terima kasih dan cepatlah aku tak sabar dengan kejujuranmu itu!” Pinta Iva.
“Semenjak kejadian itu tepatnya 2 tahun yang lalu, aku berusaha sekeras mungkin untuk mengubur dalam perasaan ini padanya. Aku bahkan berjanji didepan kedua kakakku bahwa aku akan melupakannya serta berusaha membuka hatiku untuk orang lain. Jika aku gagal maka kakakku akan menembakku! Dan mereka menyanggupinya. Mereka mendampingiku untuk membantu melupakannya. Aku bisa mengubur itu Va, kau tahu bagaimana bahagianya aku saat berhasil ku tutup lembaran kisahku itu. Bahkan aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Tapi seminggu yang lalu, ketika aku berada ditempat boxing bersama kakakku Denis. Aku melihatnya! Ya, itu memang dia! Aku melihatnya bersama ketika aku berlatih boxing dan di atas aku melihat dia dengan seorang wanita. Ku lihat mereka sangat akrab sekali. Terlihat seperti sedang bersenda-gurau. Ntah mengapa hal itu membuatku sakit kembali. Bagaimana bisa hatiku masih sakit menerima kenyataan. Hingga akhirnya aku menumpahkan emosiku pada Kak Denis hingga aku berhasil membuat pipinya terkena bogem mentahku! Aku menangis meminta maaf pada Kak Denis sekaligus dalam hati aku sakit melihatnya. Entahlah apa mereka melihatku. Mungkin saja iya, tapi tertutupi oleh keadaan kakakku yang bonyok olehku…
……Sampai saat ini aku selalu membayangkan canda tawa mereka. Kepalaku penuh oleh mereka. Aku bahkan sulit menghapusnya! Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi sementara waktu untuk meluapkan emosi serta menenangkan diri. Tujuanku ingin pergi ke Maladewa tidak lain karna aku ingin melarikan diriku. Tolong jangan katakan apapun pada orang tuaku dan kedua kakakku. Aku hanya sebentar dan aku pastikan akan kembali menemui mereka dan kau Va.” Ucap Elea yang amat sesak.
“Bagaimana bisa kau setia selama itu? 11 tahun dengan perasaan yang sama! Apa kau gila hah?! Dan kenapa kau baru memberitahuku sekarang! Sebegitu sulitnya kah kau melupakannya? Sudah banyak puluhan lelaki yang menunggumu. Bahkan sebagiannya bak hilang ditelan bumi! Mereka tak henti-hentinya menculikku, mendesakku, mengancamku hanya agar kau mau memberi sedikit saja harapan pada mereka! Gila kau ya masih saja ada setitik perasaan padanya! Dan ya satu lagi! Saat ini, aku takkan mau lagi menahan diriku bila bertemu dengannya! Akan ku beberkan semua perasaanmu padanya! Apabila dia tidak meresponmu, maka ku teror dia setiap hari di perusahaannya itu! Camkan itu baik-baik! Aku tak sepertimu Le, biarkan aku bertinda mulai saat ini dan jangan mencegahku!!”, emosi Iva mulai menyala.