My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Kenangan.
...Aku hanya kehilangan raganya, kehilangan roh- nya...
...Tapi tidak dengan hatinya. Tidak dengan kenangannya. Dia adalah adik laki-laki yang paling terbaik dari yang paling baik....
Jonatan berdiri di teras rumahnya menunggu kedatangan Melisa juga Leta. Sebelumnya memang Leta sudah memberitahu jika dia akan ke Bandung hari ini. Sebenarnya Jonatan sendiri menawarkan untuk menjemput Leta ke Jakarta namun Leta menolak karena tidak mau Kakaknya capek mengingat bagaimana kesibukan Jonatan di Perusahaan.
Jonatan tersenyum dan langsung berjalan menghampiri mobil putih yang terparkir di samping mobil sport putih miliknya.
"Abang,," Teriak Leta yang langsung berlari dan memeluk Jonatan.
Melisa hanya menggeleng melihat bagaimana Leta yang memang sangat dekat Kakaknya.
"Don't run baby" Ucap Jonatan membalas pelukannya.
Leta terkekeh dalam pelukan Jonatan.
"Leta kangen Abang"
"Abang lebih-lebih." Ucap Jonatan melepaskan pelukannya dan mengecup kening Leta.
"Jadi Mommy di cuekin?"
Jonatan tertawa dan langsung memeluknya.
"Gimana kabar Abang?"
"Seperti yang Mommy lihat, Abang sangat sehat."
Melisa tersenyum dan mengusap wajah Jonatan.
Walaupun Jonathan bukan putra kandungnya, namun Melisa tetap menganggap Jonatan putra dia sendiri. Begitu juga dengan Leta ataupun Doni. Semua tidak pernah mengungkit siapa Jonatan yang mereka tau jika Jonatan adalah putra pertama mereka.
"Ayo kita masuk." Ajak Jonatan mengandeng dua wanita yang begitu dia sayang.
Rumah yang terbilang mewah dengan dua lantai, rumah yang dulu sempat Leta tinggalin saat masih berada di Bandung, kini Leta kembali melangkahkan kakinya di sana. Begitu banyak kenangan. Semua tatanan masih sama tidak ada yang berubah.
"Leta kangen tinggal di sini"
"Ya udah balik sini aja Dek."
"Eh gak mau, Leta mau sama Mommy." Jawab Leta memeluk Melisa yang berada di sampingnya.
"Mommy mau istirahat? Abang antar ke kamar."
"No Abang, Mommy mau ke taman belakang."
"Pasti mau lihat taman Mommy kan, tenang saja Abang masih merawatnya.
"Coba Mommy lihat."
Mereka berdua berjalan menuju taman samping karena memang di sana terdapat taman bunga yang tidak terlalu luas. Dulu Melisa merawatnya bahkan semua bungan di sana di tanam sendiri oleh Melisa.
Sementara Aleta, berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya berada.
Dia masuk ke dalam kamar, semua masih sama. Mulai dari cat yang berwarna pink,bad cover dengan motif panda serta foto-foto dirinya terpajang di dalam kamar itu.
Leta berjalan dan duduk di tepi ranjang, menatap satu foto dirinya bersama Vero.
Kesedihannya kembali datang, air matanya kembali menetes di wajahnya. Foto mereka yang tampak tersenyum bahagia di sana. Vero yang tampak merangkul dirinya.
Ceklek,,
Pintu kamar terbuka, Jonathan menghela napasnya dan berjalan masuk. Duduk di samping Leta dan mengusap bahunya.
"Vero sudah tenang di sana, jangan terus di tangisi Dek."
"Leta cuma kangen Vero Bang."
"Abang tau, tapi hidup kamu masih panjang Dek. Vero juga bakal sedih lihat kamu sedih." Ucap Jonatan memeluk Leta.
Leta mengangguk dan mengusap air matanya.
Dia terus menatap fotonya.
Jonatan memang tidak merubah kamar Aleta, bahkan semua barang masih sama seperti saat Leta tinggal di sana.
"Kamu pasti lapar kan, gimana kalau kita makan dulu." Ajak Jonatan membuat Leta mendongak.
"Ayo, tapi Leta ganti baju dulu."
"Ya sudah Abang tunggu di bawah ya."Ucap Jonatan mengusap pucuk rambutnya.
Aleta meletakkan fotonya di tempat semula, dia beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian ganti dan menggantinya di dalam kamar mandi.
"Dimana Leta Bang" Ucap Melisa yang membantu pelayan menyiapkan makan siang mereka.
"Masih ganti baju Mom."
Melisa mengangguk dan meletakkan makanan di atas Meja. "Daddy jadi ke sini Mom."
"Jadi, mungkin sore baru sampai"
Jonatan terdiam dan tidak lama Leta berjalan menghampiri.
"Waw,, banyak banget makanannya."
"Kan kamu makannya banyak Dek."
"Dih Abang,,"
Jonathan tertawa. Dia merindukan Aleta yang manja dengannya, merindukan bagaimana mereka yang selalu ribut. Karena setelah Leta tinggal di Jakarta rumah terasa sepi apalagi dia yang selalu bekerja pagi dan baru pulang larut malam.
"Sekarang kita makan dulu." Ucap Melisa dan mereka mengangguk.
Di tempat lain,
Langit berada di kamarnya, dia sedang membersihkan tubuhnya. Perjalanan yang jauh membuatnya merasa gerah dan lelah.
Setelah selesai membersihkan dirinya, langit merebahkan tubuhnya. Memejamkan matanya sejenak.
Namun dia teringat seseorang yang dia lihat di makam tadi. Kenapa rasanya dia mengenalinya tapi siapa?
Langit tampak mengingat, namun wajahnya tertutup jilbab hitam dan juga kaca mata hitam.
"Cakra, kamu tidur Nak."
Langit beranjak bangun dan membuka pintu kamarnya.
"Kita makan dulu yuk, kamu pasti juga belum makan kan?"
Langit mengangguk dan menutup pintunya. Mereka berjalan turun dan terlihat Vito yang telah menunggu di meja makan.
"Pa," Sapanya mencium punggung tangan Vito.
"Cakra, kamu apa kabar Nak."
"Cakra baik, Papa juga baik kan?"
Vito mengangguk.
Vito baru saja pulang setelah bertemu dengan rekan bisnisnya. Vito sengaja langsung pulang setelah Lita memberitahu jika Cakra pulang ke Bandung.
"Kamu mau menginap kan Nak?" Ucap Lita menatapnya.
Langit terdiam. "Sore Cakra langsung pulang ke Jakarta lagi Ma."
"Kenapa cepat sekali Nak."
Vito menatap Lita yang tampak sedih.
"Kamu nginap sehari di sini ya, besok baru pulang lagi ke Jakarta, temani Mama sehari dulu."
Langit terdiam dan menatap Lita yang tampak berharap , melihat wajah Lita seperti itu membuat Langit tidak tega. Dia pun mengangguk membuat Lita tersenyum.
"Makasih Nak, Mama senang kamu nginap di sini. Lagian kamu jarang pulang ke Bandung apa gak kangen Mama?"
"Cakra juga kuliah di Jakarta Ma, dia juga ada bengkel di sana." Jawab Vito membuat Lita terdiam.
"Cakra bakal di sini temani Mama, besok sore baru Cakra pulang ke Jakarta."
Lita tersenyum.
Setelah kepergian Vero, dan Cakra yang tinggal di Jakarta serta Suaminya yang sibuk di perusahaan membuat Lita merasa kesepian. Walaupun di rumah banyak maid namun tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi putra-putranya juga suaminya.
Mereka kembali menikmati makan siang bersama dengan sesekali obrolan kecil di sana.
Setelah makan siang, Langit berada di kursi taman dengan sebatang rokok yang dia hembuskan. menatap taman yang begitu cantik di sana.
Kedua orangtuanya tampak istirahat.
Setelah cukup lama, Langit beranjak bangun dan berjalan masuk. Dia berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Namun langkahnya terhenti dan menatap pintu kamar Vero yang tertutup rapat.
Langit berjalan mendekat dan membuka pintu kamarnya. masih terlihat rapi seperti dulu saat Vero masih hidup, bau parfum yang sama serta tatanan yang masih rapi. Langit berjalan dan duduk di tepi ranjang. Dia menatap sekeliling terdapat foto-foto Vero dan juga foto bersama dirinya juga orang tua mereka.
Walaupun mereka tidak tinggal bersama namun hubungan mereka tetap dekat.
Aku hanya kehilangan raganya, kehilangan roh- nya
Tapi tidak dengan hatinya. Tidak dengan kenangannya. Dia adalah adik laki-laki yang paling terbaik dari yang paling baik. Ucap Langit menatap foto dirinya bersama Vero.