Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. GADIS MALANG
GADIS MALANG
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Desa Sukamaju tak pernah benar-benar tidur. Di setiap sudutnya, ada suara riuh para penduduk yang selalu punya bahan pembicaraan baru, terutama tentang mereka yang dianggap berbeda.
Dan Alya, gadis desa yang berparas cantik dengan mata besar dan senyum manisnya, adalah salah satu dari mereka yang selalu menjadi bahan gunjingan.
Alya lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani, sementara ibunya menjual kue di pasar.
Sejak kecil, Alya sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan. Pakaiannya sederhana, sepatunya hanya ada satu pasang, dan rumahnya yang terbuat dari kayu tua selalu bocor ketika hujan turun.
Namun, di balik kesederhanaannya, kecantikan Alya selalu menarik perhatian. Sayangnya, kecantikan itu tidak membuat hidupnya lebih mudah. Justru sebaliknya, kecantikan Alya menjadi alasan bagi orang-orang untuk mencemoohnya.
"Percuma cantik, tapi miskin! Siapa juga yang mau sama anak pembantu seperti dia?," cemooh seorang tetangga suatu hari di pasar. Alya hanya bisa menunduk seraya menggigit bibirnya agar tidak menangis.
“Lihat saja bajunya, lusuh! Jangan-jangan, itu pakaian bekas dari orang-orang kaya,” sindir seorang ibu lainnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Mereka tidak tahu, atau mungkin tidak peduli, bahwa baju itu adalah satu-satunya yang dimiliki Alya, yang ia jahit sendiri ketika malam hari, di bawah cahaya remang-remang lampu minyak.
Meski sering dihina, Alya selalu berusaha tetap kuat. Karena sebagai anak sulung, ia menjadi satu-satunya yang bisa di andalkan oleh keluarganya.
Setiap hari, ia membantu ibunya membuat kue sebelum subuh, lalu menjualnya di pasar. Setelah itu, ia pulang untuk mengurus rumah dan adik-adiknya.
Hari-harinya dipenuhi dengan kerja keras, tanpa ada waktu untuk bermimpi besar seperti gadis-gadis lain seumurannya.
Namun, ada saat-saat di mana Alya tidak bisa menahan perasaannya. Ketika malam tiba, saat semua orang sudah tertidur, Alya sering duduk di depan rumahnya sambil memandangi bintang-bintang di langit.
Di bawah langit malam yang sepi, air mata Alya mengalir tanpa henti. Ia menangis untuk segala ketidakadilan yang ia rasakan, untuk semua hinaan yang terus menyakitinya, dan untuk hidup yang terasa begitu keras baginya.
“Mengapa, Tuhan? Mengapa aku tidak bisa hidup normal seperti orang lain? Mengapa kecantikanku hanya membuatku menderita?," bisiknya lirih, seakan berharap bintang-bintang bisa mendengar keluhannya.
Di balik wajahnya yang cantik, Alya menyimpan luka yang dalam. Luka yang tergores oleh hinaan dan cemoohan, oleh perasaan tidak dihargai hanya karena ia miskin.
Alya merasa jika dunia ini kejam bagi orang-orang sepertinya. Dan meski ia selalu berusaha kuat, ada saat-saat di mana ia merasa begitu lelah.
Lelah harus terus tersenyum meski hatinya menangis, lelah harus berpura-pura tidak peduli meski setiap kata-kata kasar itu menusuk hatinya seperti belati.
Namun, di balik semua penderitaannya, Alya bertekad untuk bertahan. Ia percaya, meski hidupnya penuh kesulitan, suatu hari nanti ia akan menemukan jalan keluar.
Dan mungkin, di balik semua ini, ada rencana yang lebih besar yang sudah Tuhan siapkan untuknya.
"Alya, kamu harus kuat dan jangan menyerah! Demi dirimu, demi ayah dan ibu, juga demi adik-adikmu!," gumamnya menguatkan diri sendiri.
**
Pagi itu, pasar Desa Sukamaju penuh dengan hiruk-pikuk. Para pedagang menjajakan barang dagangan mereka, dan para pembeli sibuk tawar-menawar.
Di tengah keramaian, Alya berdiri di balik meja kayu sederhana sambil menjajakan kue-kue yang ia buat bersama ibunya.
Senyum tipis menghiasi wajahnya, meski hatinya masih menyimpan luka dari cemoohan yang ia terima setiap hari.
Tidak jauh dari tempat Alya berdiri, seorang pria bertubuh besar dan berwajah tegas tengah melangkah pelan di antara kerumunan.
Juragan Anton, begitu ia dikenal, adalah salah satu orang paling berpengaruh di desa itu.
Ia adalah juragan tanah kaya raya yang memiliki banyak lahan dan sawah. Kekayaannya membuatnya dihormati, bahkan ditakuti oleh banyak orang.
Saat itu, tatapan Anton tertuju pada sosok Alya yang sedang melayani pembeli. Kecantikan Alya seolah memancarkan cahaya di tengah keramaian pasar yang menyilaukan matanya.
Anton berhenti sejenak, matanya menyipit saat ia mengamati gadis muda itu. Sesuatu dalam dirinya tergugah, membuat hatinya yang keras mendadak berdesir.
"Siapa gadis itu?," gumam Anton pada dirinya sendiri, tapi cukup keras untuk didengar oleh anak buahnya yang berdiri di sampingnya.
"Itu Alya, Juragan. Anak Pak Bakar, buruh tani di desa ini," jawab anak buahnya dengan cepat.
Anton mengangguk pelan dengan senyum penuh arti mulai terlukis di wajahnya. Ia merasa menemukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang ingin ia miliki.
Tanpa berpikir panjang, Anton pun memberi isyarat kepada anak buahnya. "Selidiki lebih lanjut tentang dia. Aku ingin tahu segalanya. Dan pastikan kau temukan di mana rumahnya," perintahnya.
Tak butuh waktu lama bagi anak buah Anton untuk menjalankan perintahnya. Mereka pun segera menyelidiki kehidupan Alya dengan mengikuti gadis itu hingga ke rumah kayunya yang sederhana di ujung desa.
Ketika Anton menerima laporan itu, senyum di wajahnya pun semakin lebar. Gadis cantik yang telah mencuri perhatiannya ternyata hanyalah anak dari keluarga miskin. Ini membuatnya semakin yakin untuk melangkah lebih jauh.
**
Beberapa hari kemudian, dengan percaya diri, Anton datang ke rumah Alya. Ditemani oleh beberapa anak buahnya, ia disambut dengan hormat oleh keluarga Alya yang terkejut melihat kedatangan orang berpengaruh itu.
Kini, Pak Bakar dan istrinya hanya bisa duduk terpaku ketika Anton menyampaikan niatnya dengan tegas. Sementara, Alya hanya duduk menunduk di samping orang tuanya.
"Alya," kata Anton. "Aku ingin kau menjadi istriku. Istriku yang keempat. Jangan khawatir soal apapun, keluargamu akan hidup sejahtera jika kau setuju," lanjutnya.
Kata-kata itu menggema di ruangan kecil rumah Alya. Alya sendiri hanya bisa terdiam dan merasa shock mendengar permintaan yang begitu tiba-tiba dan tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dalam hatinya, ia tahu jawabannya. Ia tidak ingin menjadi istri keempat dari seorang pria yang tidak ia cintai, tidak peduli seberapa kaya dan berkuasa pria itu.
Namun, sebelum Alya sempat memberikan keputusan, desas-desus tentang lamaran Anton telah menyebar cepat di seluruh desa.
Orang-orang mulai berbicara di belakangnya, menyebarkan gosip dan fitnah.
"Alya itu memang gadis tak tahu malu. Miskin tapi berani menggoda juragan kaya," kata salah satu warga.
"Ya, dia pasti sudah merencanakan ini dari awal. Memang dasar perempuan pelakor, mau saja jadi istri keempat," tambah yang lain dengan sinis.
Setiap kali Alya melangkah ke luar rumah, ia merasakan tatapan penuh hinaan dari orang-orang.
Bisikan-bisikan keji itu menghantam hatinya seperti cambukan. Nama baiknya tercemar oleh gosip yang tidak berdasar, hanya karena lamaran yang tidak pernah ia minta.
Bahkan, di pasar tempat yang selama ini menjadi tempat Alya mencari nafkah, kini berubah menjadi arena penuh cemoohan.
Setiap kali ia melayani pembeli, ia mendengar orang-orang membicarakan dirinya.
Mereka menyebutnya sebagai pelakor, perempuan rakus yang ingin mengambil keuntungan dari kekayaan juragan.
Alya merasa dunianya runtuh. Tidak ada yang mau mendengarkan kebenarannya. Tidak ada yang peduli bahwa ia tidak pernah menginginkan semua ini.
Alya hanya ingin hidup tenang, menjalani hari-harinya tanpa gangguan. Tapi sekarang, semua orang memandangnya dengan kebencian, seolah ia adalah sumber dari segala masalah.
"Ya Tuhan, mengapa semua menjadi seperti ini? Apa salahku? Apa aku di ciptakan hanya untuk menderita seperti ini? 😭😭😭."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bersambung...
Jangan lupa kasih dukungan like, komen, vote juga hadiahnya ya... Terima kasih sudah membaca... 🙏😘
Tapi ,Andin dan orang tua nya gga kan tinggal diam saat tau Adrian donorin jantungnya untuk Alya 🤔🤔🤔
Apa yg akan terjadi ???